Aku Bukan Gadis Menjijikan!

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Keluarga, Cerpen Motivasi
Lolos moderasi pada: 20 July 2013

Sebuah logam bulat tak bersalah menghampiri gadis itu. 1 2 3 4 bahkan 10 banyaknya kini berada di antara gadis itu. perlahan dia mengangkat kepalanya, melihat sekelilinginya. benar-benar ramai, tapi keramaian itu bukan memberinya kebahagiaan melainkan rasa kasihan untuknya. gadis itu mencoba mengutip satu per satu logam yang memang di jatuhkan untuknya. setetes air mata, dua tetes dan akhirnya tiga tetes jatuh di sudut pipinya yang lembut.
“hai gadis menyingkirlah dari depan kiosku. kamu benar-benar membuat kiosku kotor dengan kehadiranmu yang menjijikan itu.”
“paman, bisakah berbicara lebih sopan dan lembut kepadaku?”
“tak pantas!”
Namun tak lagi ada jawaban dari gadis itu, dia hanya berlari berusaha meninggalkan kios itu. mendekati sebuah warung kecil.
“ibu. saya ingin membeli 2 roti dan 1 minuman gelas.”
“mana uangmu?”
“ini bu.”
“ini roti dan minumannya, segera pergilah dari sini gadis menjijikan.”
“ibu, bisakah berbicara lebih sopan dan lembut kepadaku?”
“tak pantas!”
Begitu juga kali ini, tak lagi ada jawaban untuk ibu itu. gadis ini hanya pergi meninggalkannya, meninggalkan cacian yang sama sekali tak ingin dia dengarkan.

Berjalan, berjalan dan terus berjalan dengan langkah kaki yang sudah mulai lelah. sejauh apa lagi Tuhan aku harus berjalan? apakah Engkau tau, seberapa lelahnya aku? apakah Engkau tau, seberapa takutnya aku? Engkau punya segalanya, apapun yang Engkau inginkan, Engkau bisa dengan mudah mendapatkannya, sementara aku? seberapa panjangnya tanganMu untuk menolongku? apa hanya sebuah drama, atau bahkan lelucon yang Engkau lihat dari atas sana sambil makan pop corn atau lolipop? menertawakanku?
Akhirnya pertanyaan itu mengantarkan kaki kecil gadis itu pada sebuah Gereja. entah darimana asalnya, entah bagaimana caranya namun gadis itu telah sampai di sebuah Gereja. Gereja yang mungkin tak ada 1 orang lagi yang datang. dia memandang Gereja itu, tapi dia tak berani menghampiri Gereja itu.
“apa nantinya jika aku masuk ke sana atau hanya sekedar menumpang untuk duduk di depan pintunya, Engkau akan membukakan pintu untukku dan mengatakan ‘segera pergilah dari sini gadis yang menjijikan’ apa itu lagi yang akan ku dengan Tuhan? mendengar perkataan yang sama yang seperti mereka lontarkan tadi untukku.”
Hening, bisu. tak ada terdengar 1 jawabanpun dari beberapa pertanyaan gadis itu. air mata itu menetes lagi, membuatnya harus menjatuhkan lutut di depan Gereja itu.

Angin yang berhembus dengan lembut membuat gadis itu merasa terusir dengan rasa sedihnya. dia pergi, berlari lagi meninggalkan Gereja itu. kali ini dia menuju sebuah danau buatan yang biasanya setiap sore selalu ramai dikunjungi orang-orang.
Memandang ke arah seorang anak yang sedang naik sepeda bebek di tengah kolam dengan orang tuanya. di balik matanya yang sangat indah, ada kilauan yang begitu hangat, jika kilauan itu terjatuh di sudut pipinya akan membuatnya terasa semakin sakit.
“pergi dari sini gadis menjijikan. apa kamu kira kamu bisa masuk ke tempat wisata ini?”
“paman, bisakah berbicara lebih sopan dan lembut kepadaku?”
“tak pantas!”
Entah apa yang membuatnya membisu, lagi-lagi tak ada jawaban dari perkataan itu. perkataan yang semua orang tau kalau itu ‘hina’.
Dubraaaak.
“hei nak jangan berlari dengan kepala yang tertunduk, itu bisa membuat dirimu dan orang lain mungkin terluka.”
Gadis itu tetap menundukan kepalanya, dan berkata.
“paman akankah berkata hal yang sama seperti mereka? jika iya, silakan saja. jika itu bisa membuat diri kalian bahagia dan puas.”
Gadis itu kemudian pergi meninggalkan lelaki tua itu yang baru saja disebutnya paman. kemana aku, apa masih ada tempat untuk orang seperti aku? disandarkannya bahu yang sangat kotor itu pada sebuah pohon yang besar, mungkin sudah jauh dari keramaian.
“sepertinya kamu meninggalkan ini.”
Perlahan dia mengangkat kepalanya dan melihat apa yang telah dia tinggalkan. roti itu, matanya menatap tajam ke arah lelaki yang mengatakan itu, ternyata lelaki tua itu lagi.
“ini milikmu nak, ambillah.”
“hanya roti seperti itu, untuk apa paman datang menghampiriku. bukankah paman bisa membuangnya kalau paman mau. jangan mengotori tangan paman hanya untuk memungut roti itu dan mengantarkannya kepada gadis seperti aku.”
“kamu benar nak, bisa saja roti ini aku buang. tapi aku tau kamu memerlukannya. ambil nak, siapapun orang itu, jika melihat dan menemukan sesuatu yang jatuh di manapun itu, dia tak berhak untuk membuangnya.”
“tak perlu mengejarku paman. aku bisa saja kembali ke sana untuk menemukannya?”
“tak akan semudah yang kamu katakan nak. kembali dan menemukan, apa kamu yakin bisa? bagaimana kalau apa yang kamu cari sudah lebih dulu di temukan orang lain yang juga membutuhkannya.”
“berati dia bukan untukku paman.”
“itu jawaban yang bagus nak, kalau begitu apa harus juga kamu membiarkan kesempatan mengambilnya setelah dia ada di depanmu?”
“terima kasih paman. maaf telah mengotori dirimu.”
“siapa namamu nak?”
Gadis itu sama sekali tak menjawab pertanyaan paman itu, dia membuka 2 roti yang dia miliki. 1 roti dia makan dan 1 roti lagi.
“ini hadiah untukmu paman, maaf jika hanya sekecil ini.”
“terima kasih nak.”
Gadis itu menatap paman itu, melihatnya makan pemberian darinya. padahal itu hanya roti, bukan karena roti tapi karena pemberian dari seorang gadis sepertinya. kenapa paman itu tak merasakan sesuatu? sesuatu yang jijik.
“kamu tinggal di mana nak?”
“paman minuman ini untuk paman saja. tadi aku membelinya hanya 1 tapi belum aku minum. ambillah paman dan maaf.”
“tidak nak. jika hanya 1.”
“aku tidak membutuhkannya paman. paman lebih membutuhkannya karena paman usianya sudah tua jadi usai makan harus segera minum.”
“kalau begitu. ini minum duluan, dan berikan setengahnya kepadaku.”
Kaget, sangat kaget. apa paman ini bercanda. tak bisakah dia melihat entah sudah berapa lama aku tak menyikat gigiku? mungkin ini hanya sebuah lelucon.
Gadis itu mencoba minum setengah dan memberikan kepada paman itu. apakah benar dia akan melakukan seperti yang dia katakan?
“ini paman.”
“terima kasih nak.”
Masih dengan rasa tidak percaya, ternyata paman itu meminumnya. gadis itu semakin kaget.
“paman apa sebenarnya yang paman inginkan?”
“saya tak menginginkan apa-apa nak.”
“lalu kenapa paman melakukan ini semua kepadaku?”
“paman hanya…”
“kemari paman, lihat siapa di balik kaca ini. aku hanya seorang gadis dengan pakaian kotor, rambut yang kasar, dan segenggam logam recehan? apa paman tidak merasa aku ini menjijikan. sama seperti yang orang lain katakan padaku. kenapa paman mau berbagi minuman denganku? apa paman tau seberapa kotornya aku? apa paman tidak sadar?”
“penampilan yang kotor tak akan pernah bisa menutupi hati yang bersih nak. jangan menganggap dirimu seperti kotoran. paman yakin di balik penampilanmu ini ada hati kecil yang sangat bersih.”
“paman tau apa? apa setelah paman tau, paman akan ikut menertawakanku? 2 bulan lamanya aku hidup dengan sebuah hinaan dan cacian. aku tak memiliki lagi hati yang bersih itu. semuanya hilang paman. aku Cuma sampah yang tak bisa di perbaiki. mengotori setiap lingkungan yang aku dekati. aku…”
“cukup nak, sebenarnya paman ingin kamu ikut dengan paman. paman akan berusaha membuatmu bahagia nak. paman akan membantumu membuktikan ke semua orang kalau kamu bukan gadis menjijikan nak.”
“ikut dengan paman? kemana?”
“ke rumah paman nak. mendekatlah di kehidupan paman nak.”
“apa aku harus mempercayai paman? aku baru saja mengenal paman.”
“tak ada yang perlu kamu takutkan nak. coba tanya dengan hati kecilmu. apa aku terlihat asing olehmu?”
“aku tak tau paman. tapi aku akan ikut dengan paman.”
Gadis itu melihat lelaki itu mengeluarkan sebuah handpone, tidak beberapa lama sebuah mobil hitam menghampiri mereka.
“naiklah nak.”
“terima kasih paman tapi bolehkah paman duluan naik.”
“baiklah nak.”
Mobil itu melaju kencang. di dalam mobil tak ada sedikitpun terdengar suara orang yang berbicara. gadis itu berharap dia bisa mempercayai paman itu.
Terhenti di sebuah rumah megah. seperti istana.
“turunlah dari mobil nak.”
“iya paman.”

“ayu masuklah nak.”
“tapi paman. badanku.” air mata menemani suaranya
“ini rumah paman nak, tak akan ada orang yang memarahimu. tak akan pernah nak.”
“teeerima kasih paman.”

“ini kamarmu nak.”
“indah paman. terima kasih.”
“mandilah nak, dan ambillah pakaian yang ada di lemari itu. itu semua milikmu nak.”
“paman. teriima kasssiiih.”
Lelaki itupun meninggalkannya. gadis itu segera mandi dan memilih pakaian. entah sudah berapa lama dia tak mandi. mungkin sejak dia hidup di jalanan.
“paman. apa aku terlihat pantas mengenakan pakaian ini.”
“cantik. kamu benar-benar cantik nak.”
“terima kasih paman.”
“paman. apa yang harus aku lakukan ke depannya?”
“berdoalah nak. semoga Tuhan selalu mengabulkan impianmu.”
“maksud paman?”
“besok kamu akan masuk ke sebuah sekolah nak. belajarlah yang benar dan rajin. dan jangan lupa selalu bersyukur dan berdoa kepada Tuhan.”
“tapi paman, apa sebenarnya tujuan paman terhadapku?”
“paman hanya ingin membantumu mewujudkan cita-citamu nak.”
“cita-cita? aku tak punya lagi paman.”
“kata siapa kamu tak punya nak? mulai sekarang kamu akan punya cita-cita itu. cita-cita yang akan membuatmu menunjukan kepada semua orang yang telah menghinamu.”
“aku takut aku mempunyai keberanian untuk menggapainya paman.”
“paman akan selalu berusaha membantumu nak. percayalah tiada yang tak mungkin jika Tuhan Berkehendak.”
“terima kasih paman.”

“paman bolehkan aku bertanya, kenapa rumah semegah ini, hanya ada paman seorang.”
“tidak seorang nak. ada kamu, paman, supir, tukang kebun dan mbok. kita semua akan menjadi keluarga yang paling bahagia di dunia ini nak”
“terima kasih paman.”
“berterima kasihlah pada Tuhan nak.”
Gadis itu hanya membisu. apakah aku harus mengucapkan Terima Kasih pada Tuhan?
“jika kamu tamat, kamu akan melanjutkan keperguruan tinggi nak. paman akan menyekolahkanmu ke luar negri.”
“terima kasih paman. aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini paman. aku akan membuat paman bangga dan tak menyesal telah memungutku.”
“amin nak.”

1 tahun *
2 tahun *
3 tahun *
4 tahun *
“pamaaan aku lulusss. nilaiku sangat baik paman.”
“puji Tuhan nak. tetap semangat nak. apa cita-citamu nak?”
“arsitek paman.”
“kenapa harus arsitek nak?”
“karena aku ingin mengubah kota ini menjadi tempat yang lebih bagus tanpa menghancurkan kenyamanannya paman. banyak orang hanya berlomba-lomba untuk membangun sebuah rumah megah, bangunan bertingkat. tapi tidak dengan impianku paman. aku akan membangun tempat wisata yang indah penuh dengan penghijauan, udaranya pasti lebih sejuk paman. kelak tak perlu khawatir lagi tentang polusi udara yang hanya akan menyebabkan penyakit paman.”
“bagus nak. Tuhan pasti akan membantumu. paman akan mempersiapkan keberangkatanmu nak. kamu akan sekolah di salah satu perguruan terbagus di dunia. jadilah orang yang berguna, tapi tetap berhati bersih nak.”
“iya paman. aku akan membuktikan. 5 atau 6 tahun lagi aku akan membuat paman bangga. paman tak akan dengan harapan sia-sia. tapi paman bolehkah aku meminta supir mengantarku ke sebuah teman sebelum pergi ke luar negri paman?”
“silakan nak.”

Heii Gereja. aku kembali di depanmu. hari ini aku belum pantas membuka pintumu. tapi aku tunggulah aku kembali nanti. aku akan membuka pintumu dengan diri yang jauh lebih pantas dari saat ini. tunggulah aku.

“paman, jagalah kesehatan paman. tunggulah aku dengan impian yang terwujudkan.”
“baiklah nak.”

5 tahun kemudian *
Kini usia gadis itu 23 tahun. gadis itu kembali ke negaranya dengan senyuman yang masih polos. lelaki tua yang masih di sebutnya paman itu, menjemputnya di bandara.
Sekarang dia seorang arsitektur terkenal. banyak tawaran untukknya, tapi dia menolak. sesuai dengan impiannya, 6 bulan kemudian gadis itu berhasil membangun sebuah kota wisata yang indah. banyak di temukan pohon di pinggir jalan yang dulunya hanya ada bangunan dan keramaian orang. udara yang mulai sejuk. gadis itu juga berhasil memperbaiki kembali Gereja itu. membuat Gereja itu kini jauh lebih indah.
‘kita sambut Chikita Aubrella yang akan pertama kali meresmikan kembali Gereja.’
Gadis itu menguntingkan pita di depan pintu Gereja itu, dan membuka pintu Gereja itu. sesuai janjinya, dia kembali.
Gadis itu bertulut di hadapan sebuah salib besar. berdoa dengan tulus.
Terima kasih Tuhan. maafkan aku dengan perkataan 9 tahun yang lalu. aku percaya, sekarang aku yakin Engkau tak akan membiarkan semuanya sia-sia. Engkau akan mempunyai cukup cara untuk membantu hidupku. tanganMu yang kuat akan selalu menuntunku. terima kasih Tuhan.

ADVERTISEMENT

“akhirnya kamu ada waktu untuk libur nak.”
“ea paman. tapi tak akan hanya itu karyaku. aku akan membuat yang lebih indah paman. terima kasih paman.”
“sama-sama nak. nak besok malam ada seseorang yang ingin bertemu denganmu. dia sangat mengagumi karya mu nak. bisakah kamu menyediakan waktu untuknya?”
“baiklah paman. tapi paman juga harus ikut denganku.”
“iya nak, paman akan menemanimu sampai kapanpun dan kemanapun itu.”
“terima kasih paman.”

“perkenalkan Wilson. ini adalah Chikita Aubrella yang kamu kagumi itu.”
Namun ketika lelaki yang bernama Wilson itu menatap gadis itu, begitu juga sebaliknya. rasa kaget menyamber hati mereka berdua.
Gadis itu mengeluarkan air mata yang begitu deras. dia mengenal lelaki yang bernama Wilson itu, namun sudah hampir 9 tahunan lamannya dia tak pernah melihatnya bahkan tak ingin lagi melihatnya. dia berlari meninggalkan semua yang ada di sana.

“nak.”
“paman katakan padaku dari mana paman mengenal lelaki itu.”
“lelaki itu ayah kamu nak.”
“dari mana paman tau? kenapa paman mengenalnya? apa dia mencariku setelah aku sukses dan membuktikan pada semuanya kalau aku bisa berhasil paman?”
“paman tau semuanya nak. paman sangat mengenal ayahmu.”
“dari mana paman mengenalnya? sejak kapan? paman tidak tau bertapa tak berhati mulianya orang itu. paman tak tau seberapa hancur hidupku karena dia. paman aku tak ingin lagi melihat orang itu.”
“dari awal ayahmu hidup paman sudah mengenalnya nak. paman tau, tapi bagaimananya pun dia, dia tetap ayah kamu nak.”
“ayah? bukan paman, bahkan aku sendiri tak pernah ingin terlahirkan sebagai anaknya. aku membencinya paman. jangan pertemukan aku dengan orang itu lagi.”
“tapi kenyataan membuatmu harus merimanya nak. maafkan dia nak. bukankah sejak lama di dalam hatimu, kamu ingin membuktikan padanya kamu juga bisa berhasil nak?”
“tapi paman ini terlalu menyakitkan untukku. dia membuang aku paman. dia membiarkan aku hidup di jalanan semenjak bunda meninggal. dia tak mengiginkanku paman. alasannya karena aku hanya seorang anak perempuan. aku tak ada arti untuknya paman.”
“tapi Tuhan menolongmu nak, Dia membantumu. paman pernah mengatakan padamu nak, tetaplah pada hatimu yang bersih nak.”
“tapi paman. aku takut, aku takut semua akan terulang lagi.”
“tidak nak. tetap percayalah pada paman. paman akan selalu menjagamu.”
“baiklah paman. aku akan menemuinya kembali tapi tolong ikutlah denganku paman. temani aku.”
“iya nak.”
“terima kasih paman.”

“anakku. maafkan ayah nak. maafkan semua dosa dan kesalahan ayah. ayah akan menebusnya nak.”
“ayah berhentilah meminta maaf padaku. tak mengapa ayah. aku akan tetap kuat. sekarang mari kita mulai semuanya dari awal ayah.”
“terima kasih nak. semoga Tuhan melindungimu selalu.”
“begitu juga dengan ayah.”
“terima kasih ayah, sudah menjaga anakku.” kata ayahnya pada lelaki tua yang selama ini dipanggilnya paman
“ayah?”
Gadis itu bingung.
“iya nak. saya adalah ayahnya ayah kamu.”
“berarti paman adalah… Kakekku.”
Kakeek, di peluknya lelaki tua itu.
Beliau sebenarnya adalah kakeknya. selama ini beliau hidup di luar negeri karena bisnisnya sehingga gadis itu tak pernah sekali pun bertemu dengannya. lelaki tua itu sengaja mencarinya setelah mengetahui dari pembantu di keluarganya yang sudah bekerja lama untuknya, apa yang telah di lakukan anaknya terhadap cucunya. sebenarnya dia mempunyai 2 orang cucu, 1 orang lagi kakak lelaki gadis itu, namun telah meninggal akibat over dosis. pemakai nark*ba.
Beginilah hidup. bukan hanya seorang lelaki yang bisa berhasil, namun seorang wanita juga bisa berhasil. sebuah keberhasilan tak akan pernah memandang apa jenis kelamin orang itu. wanita bukan seorang yang lemah namun mereka lembut.

“apa yang anda cari? apa yang bisa saya bantu?”
“hai paman. waktu 9 tahunan yang lalu bisakah berbicara lebih sopan dan lembut kepadaku seperti sekarang?”
Sekarang paman itu yang membisu. seorang paman yang telah menghinanya.
Sambil tersenyum dan mengatakan padanya.
“aku bukan gadis menjijikan!”
“anda mau beli apa?”
“hei ibu. waktu 9 tahunan yang lalu bisakah berbicara lebih sopan dan lembut kepadaku seperti sekarang?”
Begitu juga dengan ibu tersebut, membisu. tak ada jawaban.
Sambil tersenyum dan mengatakan padanya.
“aku bukan gadis menjijikan!”

Cerpen Karangan: Zee Choco
Blog: bczchoco.blogspot.com
Facebook: http://www.facebook.com/choco.chofamz
Pin BB : 28536139

baca jua cerpen lainya :
* My First Love is Failed
* Bukan Dia tapi Aku
* Sahabat jadi Cinta
* Tangisan Terakhirku
* Waktu
* Dendam yang Memudar
* Jurang dari Keterpaksaanku

Cerpen Aku Bukan Gadis Menjijikan! merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Ibu Kembalilah ke Rumah

Oleh:
Perkenalkan namaku Ayunda Dias. Aku terlahir dari keluarga yang kurang beruntung. Aku memiliki seorang adik laki-laki Niko namanya, ia masih duduk di bangku sekolah dasar tepatnya kelas 3 sd.

Jejak Masa Lalu Dalam Semangkuk Mie

Oleh:
“Hah?? Mie lagi???” Aku menghela nafas berat diujung percakapan dengan Eyang Shilma di telepon. Sudah hampir seminggu aku menggantikan tugas ibu merawat Eyang Shilma. Dan aku merasa keheranan dengan

Sebatas Bunga Tidur

Oleh:
Andini masih berkutat di meja belajarnya. Dia tidak sabar menunggu hari esok untuk pergi berlibur ke rumah nenek bersama kak Dimas, ayah dan bunda. Nenek telah berjanji kepadanya, kalau

Aku Pergi Ma, Pa

Oleh:
Semilir angin malam menembus jendela kamarku. Hingga tiba-tiba pintu kamarku terketuk pelan. “Hem pasti Tante Lia.” Gumam Ara. “Ra, ayo makan malem, semuanya udah pada kumpul di bawah.” ajak

Misteri Waktu

Oleh:
Hal yang membahagiakan di dunia ini adalah dimana seorang manusia memiliki cinta, cinta akan seseorang yang kita sayangi, cinta terhadap keluarga dan cinta pada diri kita sendiri. Aku sendiri

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

6 responses to “Aku Bukan Gadis Menjijikan!”

  1. Makmur Krisma Atmaja says:

    ternyata choco penulis cerpen .. tetaplah berkarya .. dtgu karya-karya cerpen selanjutnya

  2. lia'Z says:

    Good story.. Keep posting(:

  3. Zee Choco says:

    @abang makmur_ mksih ea bang bt suport na ..

    @sist’ lia’Z_ thanx for u {}

  4. Pengomentar Cerpen says:

    Bagus banget cerpennya… Aku suka sekali cerpen karya anda

  5. Vira D Ace says:

    i like your story. keep writing!

  6. Beelobelly says:

    Zee Choco kristen, ya? Maaf bukan bermaksud nyinggung:)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *