Dinar

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Keluarga, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 11 July 2016

Namanya Dinar, dari kecil sampai sekarang aku dan dia bersahabat. Buatku, Dinar tipe anak yang manis, baik dan cukup penurut. Prestasi sekolahnya juga lumayan bagus, paling tidak dibandingkan denganku, prestasinya masih lebih bagus. Karena selalu sama-sama dari kecil, mamaku terkadang suka membandingkan aku dengan Dinar. Kalau aku sedang membuat mama jengkel, pasti mama aka bilang “Kinan, coba contoh Dinar, dia itu manis, penurut, tidak seperti kamu, kalau mama kasih tahu pasti membantah”. Selalu hal itu dan itu saja yang mama katakan, terkadang kesal sehingga aku berpikir kalau yang anak mama itu Dinar dan bukan aku.

Bertahun-tahun menjadi tetangga dan juga teman ternyata tidak membuat aku menjadi sahabat karib Dinar. Kami memang dekat tapi tidak semua hal kami saling bercerita. Akhir-akhir ini Dinar jarang terlihat, rumahnya pun terlihat sepi, padahal biasanya mamanya sering ke luar rumah. Mobil papanya pun tidak terlihat. Papanya Dinar adalah seorang arsitek dan sering ditugaskan ke luar kota, jadi kalau papanya jarang terlihat rasanya sudah tidak aneh.

“Ma, kok rumahnya Dinar akhir-akhir ini sepi ya?”. Tanyaku suatu sore kepada mataku.
“Hmmm iya, mama juga nggak tahu tuh, akhir-akhir ini mamanya Dinar juga jarang kelihatan, kamu sendiri suka ketemu Dinar nggak?”.
“Di sekolah aku jarang ketemu ma, lagipula kan kelas Kinan sama kelasnya Dinar lumayan jauh, besok deh Kanan tanya ke temannya”.

Besoknya saat istirahat aku coba mendatangi kelas Dinar, kelas IPA 2. Setelah mencari-cari, sosok Dinar yang aku cari tidak kujumpai. Sudah hampir dua minggu aku tidak bertemu Dinar, bahkan pesan yang aku kirimkan pun tidak dibalas, teleponku pun tak dijawab. Aku jadi semakin penasaran kemana sebenarnya Dinar.

Sebulan berlalu, tiba-tiba saat aku pulang sekolah, aku lihat lampu rumah Dinar menyala dan ada mobil papanya terparkir di depan rumah Dinar. Tanpa pikir panjang langsung kuhampiri rumahnya. Saat kuketuk pintu rumahnya, terdengar suara wanita dari dalam rumah Dinar. Aku hafal betul suara itu, itu suara mamanya Dinar. Mamanya cukup terkejut melihatku dan lalu mempersilahkan aku masuk. Tak lama aku menanyakan dimana Dinar. Sambil berurai air mata, mamanya Dinar pun mengatakan dimana Dinar berada. Mama Dinar bilang, sudah sebulan ini Dinar menjalani perawatan karena sakit kanker yang dideritanya. Seluruh tubuhku pun lemas, rasanya aku tak percaya, Dinar sakit kanker. Dan selama ini dia sedang menjalani perawatannya.

Aku pun meminta ijin mamanya untuk menemui Dinar dan akhirnya aku pun bertemu dengannya. Betapa kaget dan sedihnya aku melihat sosok Dinar yang sekarang, kurus, pucat dan lemah. Berbeda dengan Dinar yang kukenal, Dinar yang manis, berambut panjang. Kuhampiri Dinar yang terduduk di atas ranjang rumah sakit, senyum manisnya menyambut kedatanganku.
“Hai Kinan, apa kabar?”. Tanyanya dengan senyum manis dan membuat aku semakin sedih. Air mataku pun mengalir deras.
“Kamu jahat Din, kamu bilang kita ini sahabat kan?, kenapa kamu sakit aku justru nggak tahu. Sahabat macam apa aku ini?”.
Tangisku semakin menjadi, tapi Dinar hanya tertawa. Saat aku menjenguknya, Dinar selalu berusaha ceria dan tabah, katanya dia tidak mau orang lain bersedih karenanya.

Hari semakin sore, aku pun beranjak pulang, meninggalkan Dinar di rumah sakit. Satu hal pesan Dinar, dia ingin agar aku selalu mendoakannya.
“Doain aku ya Kinan”.
“Aku pasti doain kamu Dinar, kamu cepat sembuh ya”.

Kutinggalkan Dinar dengan senyum manisnya. Ternyata itu adalah senyum manis terakhir Dinar. Seminggu setelah kedatanganku, kondisinya memburuk dan akhirnya Dinar harus pergi selama-selamanya. Kembali ke sisi Sang Pencipta yang jauh lebih menyayanginya. Bagiku Dinar adalah teman terbaik yang pernah kupunya, kami tumbuh besar bersama, bermain bersama, sekolah bersama. Walaupun Dinar sudah tiada, dia tetap sahabat dengan senyum bermanik yang pernah kupunya.

Cerpen Karangan: Nurina Febriana
Facebook: Bundanya Fahqila

Cerpen Dinar merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Menemui Fajar

Oleh:
Ia adalah gadis yang sangat baik, semua tahu jika ia juga tak sempurna tapi ia tetap bersyukur dengan hidupnya. Ia tahu, tak seperti orang lainnya yang dapat melihat indahnya

Zizi

Oleh:
Setiap malam aku selalu di rumah seorang diri, tak ada satu pun orang di rumah kecuali bibi yang selalu memenuhi apa yang aku butuhkan di rumah. Orangtuaku yang selalu

Ada Yang Hilang

Oleh:
22 November 2006 Semuanya berakhir hari ini. Penantian buta itu terhempas begitu saja sore tadi, entah keberanian darimana yang membuatku mampu mengucap selamat tinggal dan semua yang kurasakan. Padahal

Lika Liku Kehidupan

Oleh:
Ketika mulut tak sanggup lagi untuk berbicara, disanalah hati yang berucap sambil mengeluarkan setetes air mata. Hidupku yang awalnya bahagia, karena kehadiran seorang ibu.. Kini ibu pergi untuk selamanya

Terima Kasih Ibu

Oleh:
Di siang hari ku berdiam diri dan tak lama kemudian masa laluku menghampiriku dan tak mau pergi dari pikiranku. Masa lalu yang akan selalu mengikutiku kemana pun aku melangkah.

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *