Goresan Luka Malam

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Keluarga, Cerpen Kisah Nyata, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 14 December 2013

Hari menjelang sore dan mentari pun mulai meninggalkan duniaku, seperti hari-hari biasa aku kerjakan meskipun tidak berat dan susah, yaitu menyapu halaman dan rumah. Usai menyapu segala isi rumah, aku bergegas untuk membersihkan diri karena hari ini aku sudah ada janji dengan teman-temanku untuk melihat acara Rockmen di Simpang Lima Gumul.
“Mau kemana kok jam segini mau mandi, Nak?” Tanya mamaku keheranan.
“Mau ke rumah teman, Ma!” jawabku. Aku terpaksa berbohong kepada mamaku karena aku takut tidak diperbolehkan keluar sore itu.

Usai mandi dan berdandan selayaknya remaja yang masih pada levelnya, yaitu dengan kemeja berlengan panjang dengan motif kotak-kotak merah hitam, bawahan celana jeans, memakai sepatu cewek berwarna pink. Aku pun mulai keluar rumah, mengambil helm sambil memanaskan motor. Sebelum berangkat mama sempat bertanya lagi seperti sebelumnya.
“Mau kemana, kok dandannya rapi begitu, Nak?” Tanya mama lagi.
“Mau ke rumah teman, Ma!” jawabku. Ini untuk kedua kalinya aku berbohong kembali kepada mama. Meskipun merasa bersalah, tapi aku berusaha menutupi rasa bersalahku tersebut dengan tidak panik dan sedikit tersenyum.
“Jangan pulang malam lo ya?” kata mama lagi.
“Iya Ma!” kataku lagi.

Sebelum ke tempat tujuan, aku mampir di rumah Yessi temanku dan berangkat bersamanya. Karena jam masih terlalu sore untuk menuju ke venue, aku menunggu di rumah Melissa. Kami pun mengobrol dan bercanda bersama, sambil bermain-main dengan anjing milik Melisa yang bercorak hitam putih, lucu sekali. Sudah cukup lama menunggu, kami pun berencana untuk segera berangkat karena takut kemalaman.
“Eh, udah pukul 18.30 nih. Berangkat yuk?” ajakku dengan santai.
“Ayo!!!” jawab Yessi dan Melisa serentak.

Sesampainya di venue, kami bertiga membeli tiket masuk ke venue. Di sana begitu ramai, tapi saya tak melakukan apa-apa hanya berdiam dan menikmati alunan melodi oleh performa band-band di atas panggung. Tepat pukul 20.00 WIB, ponselku berderit tanda ada yang menelepon. Aku sudah menebak bahwa itu adalah kakakku, tapi aku cuek dan tetap fokus pada konser Rockmen tersebut. Saat itu pula, Yessi juga mulai mengajakku pulang. Aku sedikit kecewa karena tidak bisa melihat performa band favoritku, mungkin sangat kecewa. Namun, ketika di jalan kami terjebak macet, sehingga perjalanan kami untuk pulang ke rumah sedikit terhambat.
“Yess, macet nih gimana dong?” keluhku.
“Ya udah sabar aja, yang penting selamat.” Jawabnya.
“Kalau kemaleman kita dimarahi gimana dong?” kataku.
“Ahh, biasanya juga tidak kok.” Jawabnya lagi.

Seperempat jam sudah kami terjebak dalam kemacetan dan kami pun akhirnya tiba di rumah masing-masing. Namun ketika tiba di rumah, suasananya sedikit berbeda. Di depan pintu rumah sudah ada kakak, papa dan mama saya berdiri disana seperti menunggu kedatanganku.
“Darimana kamu, tahu kamu ini jam berapa?” Tanya papaku dengan nada marah.
“Dari rumah teman pa, maaf tadi macet.” kataku untuk berbohong ketiga kalinya.
“Bohong pa, dia pasti dari caffe. Kecil-kecil sudah berani seperti ini, kalau besar mau jadi apa kamu?” kata kakakku memanasi suasana.
“Beneran kak, aku dari rumah teman.” Jawabku kembali.
Tiba-tiba, papa menjawab penjelasanku dengan melontarkan tangan kanannya ke pipiku dengan keras dan tak ketinggalan kakakku juga ikut menampar aku dengan ekspresi marah yang memuncak. Aku terkejut, papa dan kakak bisa semarah ini kepadaku padahal semua yang dikatakan mereka tak sedikitpun ada yang benar. Mama yang melihat kejadian itu, hanya bisa menangis.
“Mau jadi apa kamu, bajingan? Awas kalau sampai papa tahu lagi kamu pulang main malam-malam, papa nggak akan maafin kamu.” Ancam papaku.
“Mana ponselmu? Biar kamu nggak terus-terusan pacaran.” kata kakakku dan terpaksa aku melepaskan ponselku dari genggaman tanganku. Padahal hal itu nggak benar sama sekali.

Setelah papa dan kakak menamparku, serasa hati ini digoreskan serpihan kaca yang tajam. Luka yang ditinggalkan begitu dalam dan mungkin terlalu sulit tuk bisa disembuhkan. Secara fisik aku memang baik-baik saja, namun hati ini tidak bisa terus dibohongi. Goresan luka malam itu membuat ku tidak bisa melupakannya sampai nafas ini berhenti berhembus, karena seumur hidup baru kali ini aku merasakan kejadian dahsyat seperti ini, ditampar oleh papaku dan kakak, disangka berpacaran dan yang lebih parah lagi aku dituduh sebagai wanita nakal yang pekerjaannya pergi ke caffe setiap malam. Padahal, kejadian itu sama sekali tak benar dan tak pernah aku lakukan sepanjang hidupku.

Setelah kejadian itu terjadi mungkin hanya tetesan air mata yang dapat aku luapkan untuk mengimbangi semua rasa sakit saat kejadian itu muncul dalam benakku. Mereka benar-benar tak memahami bagaimana perasaanku. Aku menyadari jika sikapku memang salah, ditampar pun aku tak masalah. Namun, tuduhan-tuduhan itulah yang membuat aku sakit hati yang terlalu dalam. Ingin rasanya aku mengakhiri hidupku malam itu juga. Tapi, aku ingat bahwa semua kejadian buruk yang terjadi dalam dunia ini adalah cobaan yang harus aku hadapi dengan sabar dan keteguhan hati, sekaligus menambah kuatnya imanku.

Bagiku malam itu adalah malam yang bersejarah dalam hidupku, sejarah buruk yang pernah aku lewati sepanjang hidupku. Dan aku berjanji dalam hati bahwa aku tak akan pernah melupakan semua peristiwa yang pernah terjadi padaku malam itu.

SELESAI..

Cerpen Karangan: Putri Kharisma
Blog: putri-kharisma.blogspot.com
Facebook : Putri
Nama saya Putri Kharisma, berumur 17 tahun, siswa SMA Katolik Santo Augustinus Kediri kelas XI IPA-2
Happy Reading .. 🙂

ADVERTISEMENT

Cerpen Goresan Luka Malam merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Uang Untuk Operasi Istriku

Oleh:
“Maaf mas, Tapi saat ini saya masih belum bisa bantu, Bukanya saya tak memiliki uang, tapi uang yang saya punya juga sedang saya butuhkan untuk biaya sekolah anak saya

Marah Karena Sayang

Oleh:
Aku menunduk kesal setiap kali Mama memarahiku karena hal yang sepele. Itu semua karena ulah adikku yang membuatku dimarahi oleh Mama. Ada saja ulah adikku yang membuatku dimarahi setiap

Merindukanmu

Oleh:
Sinar mentari menyinari kamarku. Melalui jendela kamar yang terbuka. Wangi bunga-bunga di halaman yang diselimuti oleh embun pagi, memenuhi kamar mungilku yang juga berhias bunga. Pagi ini begitu cerah.

Sayonara… Ayra Chan

Oleh:
Aku tak tahu.. kapan aku bisa mengulang kenangan itu… tetapi aku tahu.. suatu saat nanti kenangan itu bisa terulang kembali “Masato…. ayo cepat” “iya mama.. sebentar” Hari ini adalah

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

2 responses to “Goresan Luka Malam”

  1. reniapratiwi says:

    ceritanya menyedihkan tapi bagus sangat menyentuh

  2. Catherine says:

    aku boleh copas ga? tapi tetep aku kasih nama buatan siapa dan ngambil dari mana kok

Leave a Reply to Catherine Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *