Kebaya Putih Dari Ibu

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Keluarga
Lolos moderasi pada: 17 January 2018

“Ibuu!! Aku lolos sidang!!” teriak Sarah dari luar sambil berlari masuk ke rumah.
“Kamu kenapa sih, Sar?” ucap ibu yang sedang menjahit baju dari pelanggannya.
“Aku akan diwisuda, bu! Lihat!” Sarah pun memberikan surat pemberitahuan dari kampus ke ibunya. Ibu pun menghentikan pekerjaannya dan membaca surat itu.

“Alhamdulillah.. jadi kamu besok diwisuda?” tanya ibunya dengan sudut bibirnya yang terangkat lebar.
“Iya, ibu. Insyaallah bulan depan Sarah akan di wisuda. Besok Sarah bakal pake baju kebaya, pake toga sama topinya terus maju ke depan dapet selamat dari rektor. Uh senangnya..” jelas Sarah sambil membayangkan dirinya besok saat diwisuda. Mendengar anaknya yang tersenyum senang, ibu pun juga ikut bahagia.

Setelah selesai membantu ibunya di dapur, Sarah pun pergi ke kamarnya. Ia berbaring di kasur sambil melepas rasa lelahnya. Sarah senyum senyum sendiri saat membayangkan dirinya besok diwisuda. Memakai baju kebaya dan didampingi ibunya saat akan di wisuda besok. Ngomong ngomong soal kebaya, Sarah jadi ingat apa dia punya kebaya? Dengan segera, Sarah pun menuju lemarinya dan mencari kebayanya yang dijahitkan ibunya saat ia SMA dulu. Kebaya putih dengan renda di leher dan lengan, sangat indah. Sarah melihat lihat kebaya tersebut.
“Sepertinya kekecilan.. yah, bagaimana ini? Masa aku harus minta ke Ibu? Akhir akhir ini ibu punya banyak pesanan. Bahkan sampai malam ia masih menjahit.. Jangan! Jangan minta ke ibu!” gumam Sarah dalam hati.

Hari wisuda tinggal 2 minggu lagi, tapi Sarah belum juga mendapatkan kebaya yang ia inginkan. Setiap hari ia memikirkan hal itu. Ia ingin sekali kebaya baru. Jika beli, pasti harganya mahal. Dan jika ia minta ke Ibu, ia takut ibunya nanti akan sakit. Sarah sangat bimbang.

Suara mesin jahit memenuhi rumah Sarah di malam hari. Bagi kebanyakan orang, pukul 10 malam adalah waktu yang tepat untuk beristirahat. Tetapi hal ini tidak berlaku untuk Ibu. Diwaktu waktu seperti ini ibu sering lembur mengerjakan jahitan pelanggannya. Maklum saja, ibu adalah single parent, ayah Sarah sudah meninggal karena kecelakaan, dan sekarang Ibu harus banting tulang untuk membiayai kehidupannya dan kedua anaknya, Sarah dan adiknya –Farah.

Sedangkan Sarah sedari tadi susah tidur karena memikirkan hari wisudanya. Ia masih bimbang bagaimana ia mendapatkan kebaya baru. Sarah pun bangun dari kasurnya menuju dapur untuk mengambil air minum. Ia melihat ibunya yang masih berkutat dengan mesin jahit tuanya. Sarah pun menghampiri ibunya.

“Ibu belum tidur?” tanya Sarah sekedar basa basi
“Belum, nak. Lah kamu kenapa belum tidur?” ibu balik bertanya ke Sarah.
“Susah tidur, bu. Terus ini tadi haus, ya udah ambil minum ke dapur” jelas Sarah. Ibu hanya mengangguk dan terus melanjutkan pekerjaannya.

“Ibu jangan malem malem tidurnya, jaga kesehatannya” sambung Sarah.
“Iya iya.. ini bentar lagi juga selesai kok. Kamu tidur aja dulu sana” usir ibu ke Sarah.
“Ya udah, Sarah ke kamar dulu” Sarah pun pergi ke kamar meninggalkan ibunya. Ibu tersenyum tipis melihat anaknya yang berlalu meninggalkan dirinya menuju kamar.

Sarah menghempaskan tubuhnya ke kasur dan mencoba untuk menutup matanya. Sepuluh menit berlalu dan Sarah masih belum bisa tidur. Sekilas, ia melihat sketchbooknya di meja belajar. Ia pun menuju meja belajarnya itu.
“Gambarku bagus bagus juga, ya..” gumam Sarah. Lembar demi lembar ia membuka sketchbook masa kuliahnya di jurusan desain grafis itu. Sampai akhirnya ia sampai di lembar yang kosong. Ia berencana ingin menggambar sesuatu dari sketch booknya.
“Gambar kebaya, ah. Siapa tau besok aku bisa jahit, hehe..” gumam Sarah sambil tertawa kecil. Ia ambil pensil dari kotak pensil di depannya. Garis demi garis ia goreskan di halaman kosong itu. Sesekali Sarah menguap menahan rasa kantuknya. Akhirnya selesai juga gambaran Sarah. Karena rasa kantuknya sudah sangat besar, ia pun langsung menaruh kepalanya di atas meja dan tertidur.

Pukul 12 kurang 15 menit, ibu sudah selesai menjahit baju pesanan pelanggan. Ia pun mematikan lampu dan menuju dapur untuk minum. Setelah itu ia pergi ke kamarnya untuk tidur. Saat melewati kamar Sarah, ia melihat lampu belajar Sarah masih hidup. Ia pun masuk untuk mematikan lampunya. Ibu terkejut melihat anaknya yang tertidur di meja tersebut. Dengan lembut ibu membangunkan Sarah dan menyuruhnya pindah ke kasur. Karena Sarah tadi lupa membereskan pekerjaannya, ibulah yang membereskannya. Tanpa sengaja ia melihat hasil karya Sarah. Ibu geleng geleng sendiri melihat gambaran Sarah. Tanpa sepengetahuan Sarah, ibu pun menyobek gambaran Sarah tersebut dan menyimpannya.

ADVERTISEMENT

Teet.. teet.. teet..
Suara jam weker Sarah menunjukkan pukul 4.30 berhasil membangunkannya. Ia mengucek matanya dan menstabilkan tubuhnya. Setelah cukup seimbang, ia pun bangun dari tempat tidur, melipat selimutnya dan langsung pergi mengambil air wudhu. Ibu sudah menunggu Sarah dan Farah untuk solat subuh berjamaah. Setelah selesai solat, Farah pergi dulu untuk mandi. Sedangkan Sarah masih melipat mukenanya. Sembari melipat mukena, tiba tiba ibu membuka percakapan.

“Sarah, wisudamu berapa hari lagi?” tanya ibu.
“Mmm.. 10 hari lagi kayanya, bu” jawab Sarah.
“Oh.. bentar lagi dong?” tanya ibu lagi.

“Iya.. eh, ibu besok ikut ya, sama Farah juga” ucap Sarah sangat bersemangat.
“Insyaallah, nak” jawab ibu. Mereka berdua pun tersenyum.

Wisuda tinggal 1 minggu lagi. Sarah masih belum mendapatkan kebaya. Ia masih merasa tidak enak jika meminta ke ibunya. Mungkin satu satunya cara adalah membeli yang baru. Ia pun membuka tabungannya. Ternyata uangnya kurang. Ia memutar otaknya bagaimana ia bisa mendapatkan uang untuk membeli kebaya baru. Akhirnya Sarah mempunyai ide.

“Ibu, aku pamit ya. Mau ke kampus dulu, ada urusan sebentar” ucap Sarah sambil mencium tangan ibunya.
“Iya, hati hati, ya. Pulangnya jangan malem malem” ucap ibu dengan perhatian.
“Iya, ibu juga jangan lupa makan, yaudah kalo gitu. Assalamualaikum!” Sarah langsung pergi meninggalkan ibunya.
“Walaikumsalam” jawab ibu.

“Sar!” teriak salah satu teman Sarah di kampus. Sarah pun berhenti dan menoleh ke sumber suara.
“Habis ini, kamu mau ke mana?” tanya teman Sarah.
“Mau ke cafenya si Rudi” jawab Sarah dengan entengnya.
“Ngapain?” tanya temannya lagi.

“Mau kerja. Kemarin aku tanya sama dia, kira kira ada lowongan nggak di cafenya, ternyata ada, ya udah aku mau aja kerja. Gapapa lah jadi pelayan, lagi butuh duit banget soalnya. Itung itung juga buat ngisi waktu luang” jelas Sarah yang hanya ditanggapi wajah melongo temannya.
“Kamu serius?” tanya temannya itu setengah tidak percaya. Sarah hanya mengangguk.
“Yah.. padahal mau aku ajak main sambil nyari kebaya. Ya udah deh kapan kapan aja. Duluan ya, Sar!” ucap temannya sambil melambaikan tangan dan dibalas lambaian tangan oleh Sarah. Sarah hanya bisa menghela nafas dan langsung pergi ke parkiran untuk mengambil mortornya.

“Assalamualaikum..” ucap Sarah saat memasuki rumah.
“Waalaikumsalam” jawab Farah dan ibu bersamaan. Sarah sampai rumah pukul 7 malam. Hal itu membuat ibu dan Farah heran.
“Tumben pulang malem. Emang ada acara apa di kampus?” tanya Farah yang sedang belajar di ruang tengah dekat dengan ibu yang sedang menjahit.
“Itu, gladi bersih buat wisuda sama tadi ada urusan bentar” jawab Sarah menyembunyikan sesuatu.

“Nih, ada oleh oleh martabak buat kamu sama ibu” ucap Sarah sambil menaruh sebungkus martabak di samping Farah. Seketika mata Farah langsung berbinar binar.
“Jangan dihabisin, sisain buat aku sama Ibu!” ledek Sarah. Mendengar hal itu, wajah Farah langsung cemberut. Sarah pun tertawa melihat ekspresi adiknya itu.

Lusa adalah hari dimana Sarah akan diwisuda. Uang yang ia kumpulkan sudah cukup. Setelah dari kampus nanti, Sarah berencana akan pergi ke pasar untuk membeli kebaya yang ia inginkan. Saat ia akan pergi ke parkiran untuk mengambil motor, ia mengecek uang yang ia bawa. Ternyata ia tidak membawa uang untuk membeli kebaya. Ia pun memutuskan untuk pulang dulu.

Sesampainya di rumah, ia langsung mengucapkan salam. Tetapi tidak ada yang menjwab. Sepertinya adiknya belum pulang. Ibu? Mungkin sedang mengantar pesanan pelanggan. Pikir Sarah. Ia langsung pergi ke kamar dan betapa terkejutnya ia mendapati sebuah kebaya warna putih yang ia inginkan menggantung di depan lemarinya. Ia seperti mengenali bentuk kebaya itu. Sarah baru ingat kalau itu adalah kebaya yang ia gambar di sketchbooknya. Ia pun mencari sketchbooknya dan memastikan apakah itu kebaya yang pernah ia gambar. Ia membuka sketchbooknya dan tiba tiba ada selembar kertas yang jatuh dari bukunya itu. Itu adalah gambar kebayanya yang sudah disobek. Pertanyaannya, siapa yang menyobek gambarnya dan siapa pemilik kebaya ini? Sarah masih bingung dengan keadaan ini. Ia terus memegangi kebaya itu sambil berpikr apakah ini nyata atau hanya imajinasinya? Lamunan Sarah buyar saat ada seseorang yang mengucap salam. Itu pasti ibu, pikir Sarah. Bukannya menjawab salam ibunya, Sarah malah langsung menginterogasi sambil menyeret ibu dan membawanya ke kamarnya.

“Ibu, ini punya siapa?” tanya Sarah dengan wajah bingungnya.
“Punya kamu lah. Kan ada di kamar kamu” jawab ibu denga muka tenangnya.
“Ih ibu, serius lah..” ucap Sarah semakin gemas.
“Iya, ibu serius. Itu punya kamu. Ibu yang jahit buat kamu” terang ibu yang membuat Sarah semakin terkejut.

“Tapi kan, Sarah.. Sarah nggak minta..” ucap Sarah dengan lesu.
“Walaupun Sarah nggak minta, ibu pasti kasih kok buat Sarah kalo itu bisa buat Sarah senang” jawab ibu sambil tersenyum.
“Ya, tapi kan aku jadi ngerepotin ibu. Aku ga mau kalo ibu sampai sakit gara gara aku..” ucap Sarah sambil menunduk. Ibu hanya tertawa kecil.
“Ya udah, tunggu apalagi. Ayo coba kebayanya, kamu suka kan?” ucap ibu memecahkan keheningan. Sarah mengangguk sambil tersenyum lebar.

“Sarah, Farah, udah jam 9. Sana tidur. Besok kan harus bangun pagi” perintah Ibu ke kedua anaknya yang sedang cekikikan menonton tv.
“Iya iya..” jawab Farah malas dan menuju kamarnya. Sarah juga pergi ke kamarnya. Ia keluar dari kamarnya sambil membawa sebuah kotak. Ia pun memberikannya untuk ibunya.

“Ibu, ini untuk ibu” ucap Sarah sambil menyodorkan kotak itu.
“Apa ini, Sar?” tanya ibu bingung.
“Buka aja” ucap Sarah. Ibu langsung menbukanya. Ibu kaget dan senang. Ternyata Sarah memberikannya kebaya berwarna peach, warna kesukaan ibunya.

“Ibu suka nggak?” tanya Sarah. Ibu hanya tersenyum menahan tangisnya.
“Kamu dapat dari mana kebaya ini?” tanya ibu
“Awalnya, aku bingung mau dapetin kebaya baru buat wisuda dari mana. Nanti aku minta ke ibu, malah ngerepotin, terus aku mutusin buat beli aja di pasar. Tapi uang tabunganku kurang, jadi seminggu yang lalu aku ngelamar kerja jadi pelayan di cafe temenku dan diterima. Akhirnya uangnya udah cukup buat beli kebaya, tapi pas aku mau beli kebaya, eh, udah ada di kamar. Ya udah aku nggak jadi beli. Tapi, aku masih ngerasa nggak enak sama ibu, jadi tadi siang aku sama Farah pergi ke pasar buat beli kebaya untuk ibu. Jadi gitu.. maaf ya bu, selama ini aku bohong sama ibu” ucap Sarah sambil menunduk. Ibu tersenyum dan akhirnya menangis terharu. Sarah dibuat kebingungan. Ibu pun memeluk Sarah sambil menangis.

Hari wisuda telah tiba. Sarah memakai kebaya putih pemberian ibunya, begitu juga ibu yang memakai kebaya warna peach pemberian Sarah dan Farah. Sedangkan Farah memakai kebaya dengan warna toska yang sangat simple. Mereka bertiga terlihat seperti bidadari yang jatuh dari surga. Ibu duduk bersama Farah di kursi yang sudah disediakan terpisah dengan Sarah sebagai peserta wisuda. Saat nama Sarah dipanggil, tak henti hentinya ibu dan Farah tersenyum senang atas prestasi Sarah. Dari kejauhan Sarah bisa melihat senyum kedua orang yang disayanginya itu.

“Terimakasih, ibu” ucap Sarah dalam hati sambil tersenyum kecil.

Cerpen Karangan: Fatika F
Facebook: facebook.com/fatika.febriyanti
seorang manusia biasa yang suka mengungkapkan perasaan lewat karya

Cerpen Kebaya Putih Dari Ibu merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Semua Karena Nayla (Part 2)

Oleh:
“Ibu kok nangis?” tanya Nayla melihat air mataku jatuh saat menatap foto pernikahanku dengan Mas Amran delapan tahun silam. “Ndak, Ibu ndak nagis kok,” kuusap air mata yang sedari

Ma, Pa, Selamat Tinggal

Oleh:
“Ma, Pa kenapa kalian terus-terusan berkelahi? Apa kalian tidak kasihan terhadap anak tunggal kalian ini?!, Aku sakit Ma, Pa! Aku sakit bukan di fisik ku! Namun dihatiku! Aku butuh

Datang Ke Panti Asuhan

Oleh:
Pada suatu hari ada seorang gadis yang cantik jelita dan dia sangat sedih. Karena Ibunya sudah meninggal dunia tapi dia tetap kuat dengan semua cobaan menimpa dia. Dia tinggal

Membagi Cinta

Oleh:
Jika Aku bisa memilih, Aku lebih baik dicintai daripada harus mencintai. Maafkan Aku.. Pagi itu ibu memintaku untuk mengantarnya ke pasar, baru kali ini Dia memintaku untuk mengantarnya. Biasanya

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *