Keindahan di Balik Mataku

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Keluarga
Lolos moderasi pada: 17 April 2014

Aku tidak pernah melihat bulan pada malam hari, matahari pun aku tidak bisa melihatnya. Mungkin cita-citaku adalah ingin melihat cahaya pada pagi hari dan melihat kupu-kupu beterbangan di taman dekat rumahku. Aku memang berbeda dengan tema-temanku, aku penderita tuna netra alias tidak bisa melihat untuk selamanya. Mungkin cita-citaku ini sangat aneh, apa yang aku inginkan adalah kebiasaan yang dilakukan anak normal. Aku tidak mempunyai teman, karena kejadian itu aku selalu mengurungkan diri di kamar pada hari Minggu.

Kejadian itu terjadi disaat aku ingin merasakan sejuknya udara di hari Minggu, di situ aku bertemu dengan anak-anak yang sering bermain di taman itu. Merek mengejukku dengan kata-kata yang menusuk hatiku “Hei, lihat orang itu! Ia buta, ia juga menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan” kata anak itu mengejekku. Aku selalu berdoa untuk diriku sendiri dan mamaku tersayang. Mama jarang sekali ada di rumah, karena kesibukannya ia sangat jarang untuk makan malam bersama di rumah. Papaku sudak meninggal sejak aku lahir, ia meninggal karena terjadi kecelakaan di tempat kerjanya.

Aku sampai lupa memperkenalkan diriku, namaku Vienna Natasya Putri. Aku lahir di daerah Jawa Barat, tepatnya di Bandung. Aku lahir dari keluarga yang cukup dan memiliki rumah di salah satu perumahan di Bandung. “Vienna, mama akan pergi ke Surabaya untuk beberapa hari. Mama janji setelah mama pulang, mama akan mengajak Vienna untuk kontrol ke dokter ya” kata mama di saat makan pagi di meja makan “Apa mama lama untuk pergi ke Surabaya?” tanyaku pada mama dengan serius “Mama di Surabaya sekitar lima harian, jangan kawatirkan mama, kamu di rumah sama Mbok Ijem, ya” jawab mama dengan penuh perhatian. “Aku percaya pada mama, mama cepat pulang ya, karena aku tidak bisa lama-lama untuk berjauhan dengan mama” aku berkata dengan sedikit meneteskan air mata, bertanda tidak ingin mama untuk pergi selama ini. “iya, mama janji akan cepat pulang” jawab mama dengan penuh kepercayaan.

Aku senang dengan perkataan mama tadi “Setelah mama pulang dari Surabaya mama akan mengajakmu kontrol ke dokter” berarti mama akan mengajak ku untuk kontrol mataku ini. Cukup bahagia diriku ini mendengarnya, berarti tidak lama lagi aku akan segera operasi. Lamunanku itu cukup mustahil bagiku, apa mama punya uang yang banyak untuk biaya operasiku, lagi pula mama hanya bilang untuk kontrol ke dokter, apa iya yang dimaksud mama itu dokter mata? Paling juga maksud mama itu dokter umum biasa dan mengotrol keadaanku saja. Itu hanya mimpiku yang tidak akan tercapai untuk selamanya.

Hari-hariku hanya di rumah, aku sekolah di SLB terdekat di rumahku. Hobiku adalah menulis puisi-puisi yang selalu bertema sedih, sedih seperti yang ku alami setiap hariku. Papa, apa papa tidak ingin melihatku. Mengapa papa pergi dulu sebelum aku lahir di dunia ini? Pikiranku melayang di angkasa saat ini, entah mengapa aku selalu seperti. Keinginanku sejak dulu adalah memang ingin bertemu dengan papa. Apa aku harus mati untuk bisa bertemu dengan papa? Anganku sungguh sudah melewati batas.

“Mok Ijem, aku ingin sekali dibuatkan sop dan tempe goreng kesukaanku, serasa sudah satu tahun aku tidak makan itu. Apa Mbok tadi pergi ke pasar untuk membeli sayur? Mbok tidak lupa kan? Kemarin perasaan aku sudah pesan untuk dibuatkan sop” tanyaku pada Mbok Ijem dengan panjang kali lebar “Maaf Mbak Vienna, bukannya saya lupa tapi hari ini Pak Bayu tidak masuk karena sakit, jadinya Mbok tidak pergi” jawab Mbok Ijem dengan nada lirih “Ya sudah, masak seadanya aja, Mbok” kataku dengan penuh kekecewaan.

Dalam hidupku yang seperti aku selalu memiliki imajinasi yang tinggi, dengan mengimajinasikan pohon dengan pikiranku sendiri, bentuk bunga selalu berubah dalam imajinasiku, dan juga wajahku yang aku belum tahu bentuknya. Dengan keterbatasanku yang seperti ini bukan membuatku untuk berhenti bermimpi, aku memiliki sejuta impian yang ada dalam kehidupanku. Tapi, mengapa satu keinginanku ini belum bisa tercapai di kehidupanku.

“Wah! Hujan telah tiba” kataku dengan penuh kebahagiaan. “Aku ingin sekali melihat pelangi, aku ingin melihat itu!” kataku penuh dengan pengharapan. “Ahh, rasanya keinginanku sangat mustahil, tidak mungkin aku akan melihat pelangi dengan mata yang seperti ini” mustahil-mustahil, tidak akan pernah terjadi di kehidupanku.

Di saat mama pergi, aku sering sekali meneleponnya. Di saat itu juga aku sangat merindukannya. Mama pernah berkata padaku “Vienna, kapan kamu mempunyai teman jika kamu seperti ini terus. Apa kau tidak kesepian di saat mama pergi lama keluar kota?” “Mama, Vienna tidak pernah merasa kesepian karena papa selalu ada di samping Vienna, dan juga di saat mama pergi keluar kota ada Mbok Ijem yang setia bercerita tentang pengalamnya di saat muda dulu” jawabku penuh semangat. “Mama hanya kawatir, nanti kamu malah tidak mempunyai teman juga sikapmu seperti ini” “Mama jangan pernah khawatirkan aku, karena aku pasti akan seperti ini untuk selamanya dengan keterbatasanku yang tidak bisa melihat” jawabku dengan tegas. Mama hanya diam dan sedikit melamun, aku tahu sikapku ini tidak baik untuk aku lakukan.

Hujan, aku ingin melihat temanmu yaitu pelangi. Pelangi selalu ada di pikiranku, aku tidak bisa membayangkan warna indahmu di saat kau datang menghiasi langit ini. Pelangi, apa kau ingin melihatku? Apa kau juga tidak bisa melihat sepertiku? Jika kau tidak bisa melihat, kau pasti juga tidak akan bisa melihatku, sama seperti aku tidak bisa melihatmu. Pelangi apa bisa kau mengiasi kamarku ini, aku ingin menghiasi kamarku dengan warna indahmu itu. Pelangi apa kau percaya dengan mimpi? Aku belum tahu percaya atau tidak, yang jelas mimpi ku satu pun tidak ada yang tercapai. Aku khawatir dengan keadaanku yang seperti ini, apa aku gila? Mungkin iya, aku tidak percaya bahwa selama hidupku ini aku bertumpu pada mimpi-mimpiku ini. Hariku telah lewat dengan kesedihan, aku sekalipun tidak pernah melihat apa-apa. Hanya hitam dan putih yang aku lihat. Aku sangat sedih, mengapa dunia ini tidak bisa aku lihat sampai aku mati nanti.

ADVERTISEMENT

“Mama! Mama sudah pulang!” suaraku yang sedikit menjerit bahagianya. “Iya sayang, mama sudah pulang. Ini mama bawakan oleh-oleh buatmu, Mbok Ijem, dan Pak Bayu” jawab mama yang terliihat sangat capek sekali. “Makasih ya Ma” jawabku sangat bahagia.

Hari ini aku cukup menerima kebahagiaanku. Tapi kata-kata mama sebelum berangkat ke Surabaya itu masih terbayang di benakku. Aku sangat ingin mendengarkan penjelasan dari mama, kemana sebanarnya kita mau kontrol.
“Ma, Vienna boleh tanya?” tanyaku pad mama “Apa Vienna. Kamu mau tanya apa pada mama?” “Ma, apa benar mama akan mengajakku kontrol ke dokter? Terus kita nanti akan ke dokter mana?” “Mama, akan membawamu ke dokter mata untuk memeriksa keadaan matamu itu” “Buat apa Ma? Mataku akan tetap seperti ini, tidak akan bisa melihat apa-apa” “Sayang, mama akan mencoba membuatmu bisa melihat, sebentar lagi kamu akan operasi mata” “Apa mama benar” “Buat apa mama ini bohong, buat apa juga mama ini selalu bekerja keras, hasil kerja mama, mama kumpulkan untuk operasi matamu itu” “Aku sayang mama” “Mama juga sayang Vienna”

Hari ini hari Minggu, mama mengajakku untuk segera kontrol pagi ini. Setelah berkali-kali aku kontrol ke dokter mata. Hari dimana aku akan operasi sudah di tentukan.

Hari ini adalah hari H ku di operasi. Aku sebenarnya sangat takut untuk dioperasi, tapi demi menggapai mimpi-mimpiku aku akan melakukannya. Di ruangan itu sangat ramai, banyak suara-suara orang, para perawat dan para dokter pemeriksa. Dan juga suara mesin-mesin yang membuatku takut.
“Vienna, mama ada di sampingmu” suara mama yang membuatku semakin yakin untuk melewati operasi ini. “Doakan Vienna ya Ma” pintaku pada mama. Mama hanya diam mungkin ia hanya mengangkukan kepala yang tidak bisa ku lihat.

Aku takut, tapi ternyata dokter membiusku. Sehingga aku lama-lama tidur dengan nyenyak. Tak lama aku terbangun dari biusanku itu. Tiba saat pembukaan perban di mataku, aku sangat senang pada hari itu. “Vienna, sebentar lagi kamu bisa melihat dunia ini” kata mama dengan nada lirih. “Di saat pertama kali aku melihat, aku sangat ingin melihat mama” sahutku pada mama. Tiba saat perawat telah memotong perbanku ini, ibu membuka perbanku dengan perlahan dan pasti. Di saat perbanku sudah terbuka, aku melihat sosok wajah yang cantik dan sedikit keibuan. Ya, pasti itu mama. “Mama, apa itu mama Vienna?” tanyaku pada seorang yang ada di hadapanku. “Vienna ini mama”

Ya, tidak menyangka mimpi yang tidak pernah akan terjadi sebelumnya di kehidupanku sekarang menjadi nyata dan ada. Aku bisa melihat suasana di pagi hari, di malam hari aku melihat bulan dan bintang yangmenerangi malam hari itu.
Aku sungguh bangga sebenarnya deengan keadaanku ini.

Aku sudah sekolah di Sekolah Dasar Negeri yang banyak ana-anak normal mungkin semua murid di situ tidak ada yang cacat. Berbeda dengan SLB yang semua muridnya anak-anak yang memiliki kekurangan di fisiknya. Tapi sungguh aku berterima kasih pada Tuhan, Tuhan telah mengobti mataku ini. Terima kasih Tuhan, aku sungguh menyayangi-Mu.

Terima kasih mama, engkau memang malaikatku. Aku sayang mama selamanya. Kini aku bisa melanjutkan mimpi-mimpiku yang tertunda. Aku akan menggapai cita-citaku dan bersekolah setinggi mungkin untuk membantu mama dan membahagiakan mama. Terima kasih mama.

Cerpen Karangan: Meidina Putri Pitaloka
Facebook: Meidina Putri Pitaloka
Saya sekarang bersekolah di SMPN 1 Ponorogo, alamat rumah saya berada di Desa Ngumpul Kecamatan Balong Ponorogo, Jawa Timur. Saya mempunyai hobby menulis dan membaca novel. Mungkin dari ini saya mempunyai bekal untuk menjadi penulis. Bukan hanya cerpen saja yang saya buat, puisi pun saya membuatnya. Terima Kasih.

Cerpen Keindahan di Balik Mataku merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Absolute Destiny

Oleh:
Kebahagiaan tampak di wajah Riana. Sambil bernyanyi riang bersama ayahnya, riana asyik menikmati pemandangan jalan raya pada pagi hari lewat jendela mobil. Saat ini riana sedang berulang tahun dan

Be I

Oleh:
“Aku akan terus tertawa sampai aku tak bisa tertawa lagi”. “Sampai kapan kau akan tersenyum bahkan tertawa di atas masalah yang benar-benar berat untukmu Yan?” “Haha.. aku akan tertawa

Satu Detik Pematah Senja

Oleh:
Semesta begitu kejam dan dengan mudahnya mematahkan berbagai perasaan. Ketika bahagia datang maka ia selalu mengingatkan lagi tentang luka. Pahitnya kehidupan harus ditelan paksa dan meyakinkan bahwa semua ini

Bahagiakah Aku?

Oleh:
Satu kata yang diharapkan oleh setiap orang agar tak pernah lepas dari hidupnya. Kata ini begitu sederhana, sesederhana orang mengucapkannya. Hanya saja cara unuk memperjuangkannya tidaklah mudah untuk dilakukan.

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *