Kisah Mawar Melati

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Keluarga
Lolos moderasi pada: 15 March 2016

Mereka bergenggaman tangan kuat-kuat. Seolah tak ingin dipisahkan. “Kak Mawar kamu harus kuat. Tarik napas lagi. Keluarkan lagi!!” teriak Melati di tengah-tengah usaha kakaknya melahirkan. Ya. Hari ini Bunga Mawar melahirkan. Sedangkan saudari kembarnya Bunga Melati tak pernah lepas menemaninya. Mawar adalah wanita dewasa yang ditinggal suaminya merantau selama beberapa bulan belakangan. Namun, ia merahasiakan kehamilan itu pada suaminya. Ia hanya tak ingin suaminya bekerja dengan tidak tenang. “Cepat pulang ya Mas Indra. Dinda akan selalu menunggu kehadiran Mas Indra.” ucapnya waktu itu.

Suasana menjadi histeris. Tangisan bayi memecah keheningan malam itu. Ada rasa ucap syukur di benak sang paraji (dukun beranak) yang berhasil membantu kelahiran jabang bayi. “Neng Melati, ini keponakannya silakan digendong.” kata si paraji. Melati hanya tersenyum. Lalu tiba-tiba tangan Mawar menepuk-nepuk tangan Melati. Mawar seperti ikan yang tersesat di darat. Mulutnya megap-megap seperti ingin mengatakan sesuatu. Melati yang tahu kakaknya akan meninggal langsung panik. “Kak bertahan Kak!!!” ujarnya sambil menangis.

“Ja-ga an-nak Kakak y-yah.. Ka-kak ss-sudah gg-gak kuat..” pesan Mawar pada adiknya. Melati hanya bisa pasrah melihat kakak kembarnya meregang nyawa. Hanya isak tangis yang tersisa di kamar itu.

“Mawar makan dulu sayang!” teriak ibu itu.
“Iya Bunda. Mawar akan pulang!” jawab anak kecil berusia 10 tahun itu. Lalu ibu itu melihat foto saudari kembarnya yang sudah meninggal 10 tahun lalu. Ya. Ibu itu Melati. Dia yang mengurus Mawar sejak lahir. “Anakmu udah besar Kak sekarang Udah cantik kaya Kakak.” benaknya dalam hati.

Selepas duhur nanti dia dan keponakannya itu akan bertakziyah ke makam Mawar. Memang ritual itu dilakukan sejak Mawar berusia 5 tahun. Dan bahkan dia sudah tahu tentang cerita ibu dan bibinya itu. Makanya dia memanggil bibinya dengan sebutan bunda. Sedangkan untuk yang melahirkannya ia panggil Ibu. “Bunda. Mawar kangen Bapak.” kata gadis kecil nan manis itu. Kata-kata itu membelalakkan mata Melati. Ya. Sejak kakaknya meninggal Indra tak pernah muncul lagi ke hadapannya. Dengar-dengar Indra sudah menikah lagi. “Mawar kamu jangan pernah tanya soal Bapak kamu ya. Bapak kamu itu ya Bunda.” sahut Melati. Mawar hanya terdiam.

“Melati aku sayang kamu.” ujar lelaki bernama Hendro itu. Melati kaget mendengar apa yang diutarakan Hendro padanya. Hendro adalah orang yang sangat menyukai Melati sejak dulu. Tapi ia tak pernah mengutarakannya.
“Aku juga sayang sama Mas.” sahutnya malu-malu.
“Kita akan menikah kan?” tanya Hendro. Melati hanya menganggukkan kepala. Tiap kedatangan Hendro ke rumah, Melati selalu menyuruh Mawar untuk sembunyi karena dia tak ingin Hendro tahu kalau dia punya anak tiri.

Tetangga sebenarnya sudah memberitahu Hendro kalau Melati punya anak tiri tapi Hendro tak percaya karena tak pernah melihat anak itu. “Gimana bund pertemuannya?” tanya Mawar. Sang Bunda hanya tersenyum. “Bunda akan menikah sayang. Kamu akan punya Ayah.” sahut Melati kegirangan. Mawar pun bahagia mendengar Bunda yang disayanginya itu akan menikah.

Hari demi hari berganti. Hendro yang mulai curiga dengan gelagat Melati memutuskan untuk menyelidiki kebenaran yang ada. Ia mencari tahu tentang Mawar. Seperti kata pepatah sepandai-pandainya menyimpan bangkai baunya pun akan menyebar, Hendro akhirnya tahu bahwa Mawar adalah anak tiri Melati. Ia tidak bisa menerima begitu saja kenyataan yang ada. Ia memutuskan untuk membatalkan rencana pernikahan yang tinggal menghitung hari. Kontan Melati sangat kecewa dengan sikap Hendro yang tak bisa menerima kenyataan yang ada.

ADVERTISEMENT

Rencana pernikahan batal. Hatinya hancur melihat lelaki yang ia sayangi pergi begitu saja meninggalkannya. Ia tak bisa menyalahkan Mawar. Jika bukan Mawar adalah anak kakaknya mungkin dia sudah menikah dengan Hendro sekarang. Mawar yang masih kecil itu memeluk Bundanya. “Maafkan jika keberadaan Mawar membuat Bunda gagal bahagia. Mawar janji akan membuat Bunda bahagia. Apa pun akan Mawar lakukan buat Bunda.” kata anak kecil itu lirih. Sang Bunda hanya menghela napas. Benaknya berkata, “Apa yang bisa kamu lakukan? Kamu saja masih terlalu kecil untuk mengenal hal seperti ini.” Mereka tertidur.

Kukuruyuk. Suara ayam berbunyi. Gontai langkah Melati menuju kamar Mawar. Ke manakah gerangan gadis kecil itu? Dia tak ada di kamar. Langkah Melati menjadi cepat. Anak yang selama ini dibesarkannya hilang ditelan bumi. “Mawar kamu di mana sayang? Jangan ninggalin Bunda!!” teriak Melati. Warga setempat jadi geger. Mereka mencari gadis kecil itu. Dari bedug subuh sampai menjelang pukul 8 belum juga membuahkan hasil. Melati hanya bisa menangis. “Sungguh Mawar Bunda tak bahagia jika Mawar pergi ninggalin Bunda..” tangis Melati. Warga mencoba menenangkan Melati. Hingga tiba-tiba. “Tinn…” klakson mobil memecah suasana. Mobil itu diparkir persis depan rumah Melati. Mobil itu tak asing. Ya. Itu mobil Hendro. Lalu keluarlah si empunya mobil.

“Melati maafkan saya. Saya dulu tidak bisa menerima Mawar sebagai anak kita tapi..”
“Sudahlah.. Saat ini aku tak ingin membahas hal itu padamu. Kau tahu? Anakku hilang!!!” bentak Melati. Hendro hanya tersenyum. Lalu ia berteriak.
“Keluar sekarang sayang. Bunda mengkhawatirkanmu.” Tak lama setelahnya muncul sosok mungil turun dari mobil itu.
Melati langsung menghampiri anak itu seraya menangis histeris. “Kamu dari mana sih?! Bunda khawatir tahu gak sama kamu.” peluk Melati pada Mawar.
“Kan aku udah janji mau bikin Bunda bahagia. Tuh udah Mawar bawain om Hendronya.” sahut gadis kecil itu. Akhirnya Melati menikah dengan Hendro.

Tamat

Cerpen Karangan: Baim Baper
Facebook: Saiful Rokhim

Cerpen Kisah Mawar Melati merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Kehilangan Yang Sama

Oleh:
Wanita berparas ayu itu duduk tak berdaya meratapi nasibnya kala jingga datang menjelma. Butiran air mata perlahan mengalir di permukaan pipinya seiring jingga yang mengucapkan salam jumpa dari sang

Rindu Ayah

Oleh:
Aku adalah seorang anak yang terlahir dari sebuah keluarga kecil yang sederhana. Keluargaku terdiri dari enam orang, yaitu Ayah, Ibu, aku dan tiga orang adikku. Aku sangat bahagia, mempunyai

Maafkan Aku Bunda

Oleh:
Aku berada di sebuah taman hijau yang indah dipenuhi dengan bunga-bunga merah yang bermekaran, di tengahnya ada kolam air bundar yang penuh dengan susu coklat yang sangat menggiurkan, di

Perjuangan Ibu Untuk Anaknya

Oleh:
Embun pagi menyelimut kota seribu menara itu, pada saat pagi hari ada seorang ibu menggunakan sepeda sedang mengantar anaknya ke TK yang mungkin sekitar 3 km dari rumahnya sang

Hamburger Shop

Oleh:
Sore itu, aku dan Ibu tengah melayani pelanggan terakhir kami sebelum kami menutup toko. Setiap hari, aku dan Ibuku sudah biasa capai karena saking banyaknya pembeli. Tapi kami senang

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *