Mawar Terakhir Dari Bunda

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Keluarga, Cerpen Nasihat, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 2 July 2013

Dari kecil mawar tak pernah melihat sosok seorang ayah karena saat bundanya sedang mengandung sembilan bulan ayah dan bundanya berpisah dan ayahnya membawa anak pertamanya yaitu bernama melati dia kakak dari mawar, namun mawar sama sekali tidak mengetahui bahwa mawar punya seorang kakak, dan wajah ayahnyapun sama sekali tak tahu bagaimana.
Tapi mawar bangga punya bunda yang sangat baik, punya bunda yang begitu menyayanginya, walaupun bundanya seorang pedagang kue tapi mawar tetap bangga sama bunda, bundanya itu bagaikan pahlawan buat mawar.

Sekarang mawar telah duduk di bangku SMA kelas dua, dia sering di ejek oleh teman-temannya karena tak punya ayah, dan seringkali dia di ejek dengan ejekan “Anak Haram” sakit memeng hati mawar tapi, mawar tak menaruh dendam sama sekali kepada teman-temanya, seringkali mawar menanyakan tentang ayahnya kepada Bundanya, namun sering kali juga bundanya mengalihkan pembicaraannya.

Sering kali terfikirkan oleh mawar tentang seorang ayah,
“ayah… sebenarnya aku itu punya ayah atau tidak, dari lahir aku ga pernah melihat ayah…” desah mawar.
Sesekali saat mawar sedang membantu Bundanya membuat kue mawar menanyakan tentang ayahnya.
“Bun… sebentar lagi umur mawar 17 tahun bun… mawar pengin melihat ayah bun.. sebenarnya mawar itu punya ayah kan bun…?, kenapa bunda diam… bun… jawab dong bun… mawar punya ayah kan..?” tanya mawar kepada bundanya.
“mawar… kenapa sih selalu menanyakan tentang hal itu terus, bunda cape dengarnya mawar.!” Ujar bunda dengan nada yang membentak

Bundanyapun pergi meninggalkan dapur, dan meninggalkan mawar yang sedang membantu bundanya, rasa bersalah tampak pada wajah mawar, mawarpun menghampiri dan meminta maaf kepada bundanya.
“Bunda… maafin mawar ya.. mawar terlalu ingin tahu tentang ayah, maafin mawar ya bun…” kata mawar dengan minta maaf dan mata yang berkaca-kaca.
Sungguh tak tega mawar melihat bundanya bersedih apalagi sampai meneteskan air mata, setetes air mata adalah sejuta luka untuk mawar, mawar sangat menyayangi bundanya, dan bundanya memaafkan mawar.

Pagipun tiba saatnya mawar pergi ke sekolah, tapi tak lupa mawar membawa kue buatan bundanya untuk di titipkan ke kantin sekolah, mawar berangkat sekolah dengan mengendarai sepeda kesayangannya,
“Bunda… mawar berangkat sekolah dulu ya..? Assalamu’alaikum.” Pamit mawar kepada bundanya.
“Walaikumsalam… hati hati nak..” pesan bundanya
“Ia Bun..” jawab mawar dengan mengendarai sepedanya.

Dengan keceriaannya mawar mengayuh sepedanya menuju sekolahnya dengan hati yang senang tanpa ada keluhan, sesampainya mawar di parkiran sekolah mawar memarkirkan sepedanya di tempat parkir sepeda, mawar tak minder sama sekali walaupun tempat parkir itu di penuhi dengan mobil-mobil mewah.
Setelah mawar memarkirkan sepedanya mawar pergi ke kantin etsss…! tapi bukan buat jajan tapi menitipkan dagangannya yaitu kue buatan bundanya ke kantin.

Mawar memnag anak yang ramah, rajin, pinter, dan cantik, dia punya banyak teman, tapi ga semuanya teman di kelasnya suka sama mawar, terutama genk dari christy dia ga suka sama mawar, karena mawar bukan dari kalangan orang kaya, tapi buat mawar itu ga ada masalah karena yang ada dalam pikirannya saat ini adalah mawar harus bersekolah.
Tapi christy dan teman-temanya tak bosan untuk mengejek dan sering kali mengerjai mawar.
“hai, anak HARAM…!” sapa christy kepada mawar
“kamu kalau mau nyapa seseorang harus dengan sopan chris,” ujar mawar
“upsss.! Emang anak haram harus di sopanin ya..!? hahahaa” ejek christy dan teman–temannya.
“chris, aku itu bukan anak haram, aku itu punya ayah.” ujar mawar.
“ooia..! tapi mana buktinya kalo lo punya ayah?” cela christy
Mawarpun langsung pergi meninggalkan christy dan teman-temannya.
“lo itu emang ga punya hati chris” ujar rina teman baik mawar.
Rinpun menyusul mawar ke kelas, dan mencoba untuk menghibur mawar.
“mawar kamu ga papa kan..?” tanya rina
“ga ko aku ga papa” ujar mawar sambil tersenyum manis kepada rina.

Saat bel pulang berbunyi mawar tidak langsung pulang melainkan pergi ke kantin untuk mengambil dagangannya. Jika dagangan mawar habis maka dia langsung menuju kerumahnya tapi kalau dagangannya tersisa mawar menjualnya lagi di tepi jalan menuju rumahnya. Dan kebetulan saat ini dagannya ga habis.
“hmmm aku harus jualan lagi nih biar kue buatan bunda habis” desah mawar

Dengan mengayuh sepedanya mawar menjajakan kuenya di jalan, tapi saat ini mawar pergi ke taman karena saat ini di taman sangat ramai.
“kue… kueee… kuenya om..” tawar mawar kepada pengunjung taman, hmmm tak banyak orang yang menolak dagangan mawar.
Saat dia mau menawarkan kuenya kepada seorang wanita ternyata wanita itu sedang menangis, tanpa mawar tahu wanita itu adalah melati kakak kandung mawar sekarang dia sudah dewasa dia seorang mahasiswa mawar dan melati selisih 3 tahun.
“Permisi mba… mau beli kue?”
Perempuan itu hanya terdiam dan menangis, mawarpun mendekatinya dan menanyakan kenapa dia menangis.
“mba… kenapa?” tanya mawar dengan lembut
Wanita itupun melirik ke arah mawar dan tersenyum kepada mawar.
“kamu siapa?” tanya wanita itu.
“mmm aku mawar.. mba, aku penjual kue..”
Wanita itupun memperkenalkan dirinya.
“aku melati, nama kita hampr mirip ya sama-sama nama bunga” ujar melati.
“ia mba.. oia tadi kan mba melati sedih kalau makan kue aku pasti mba melati ga bakal sedih lagi mba…” ujar mawar
“kamu jangan panggil aku mba ya? panggil aja aku kaka, ka melati ya..? perintah melati.
Melatipun tertawa karena mawar begitu pandai menghiburnya, tapi sayang mawar dan melati tak tahu kalau mereka itu bersaudara.

Waktu sudah sore saatnya mawar untuk pulang karena takut bundanya mencarinya dan khawatir.
“oia ka udah sore mawar pulang dulu ya takut bunda nyariin” ujar mawar.
“ya udah mawar bareng aja sama kakak ya?” Ajak melati
“ga deh ka, makasih lagian mawar juga bawa sepeda ka, ya udah mawar pulang ya ka..” pamit mawar.
Mawarpun pulang dengan mengayuh sepedanya dengan cepat karena waktu sudah sore,

ADVERTISEMENT

Dan akhirnya jam 5 sore mawar sampai di rumah,
“Assalamu’alaikum… Bun… Bundaa…” panggil mawar di depan pintu.
“walaikumsalam…” bundanya membuka pintu.
Mawarpun mencium tanngan bundanya.
“ko baru pulang nak…?” tanya bundanya
“ia bun… tadi mawar ke taman dulu ngabisin kue..” ujar mawar
“lain kali kalau kuenya ga habis mawar langsung pulang aja.” Uajar bundanya karena khawatir
“ia bunda… ya udah mawar mandi dulu ya bun..”

Saat mawar sedang mandi dan bundanya sedang menyiapkan bahan-bahan kue buat besok tiba-tiba hidung bunda berdarah dan tanpa tersadar darahnya menetes ke lantai.
“ya ampun, darah apa ini..?” desah bunda dengan kaget
Bundapun pergi ke kamar mandi dan hidung bundanya terus-terusan mengeluarkan darah.
Bundanyapun khawatir dan bertanya-tanya “kenapa ini kok aku bisa berdarah”
Saat mawar telah selesai mandi mawar ke dapur dan bunda baru keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sedih.
“Bunda…? bunda kenapa..?” tanya mawar dengan khawatir
“Bunda ga papa ko mawar mungkin bunda Cuma kecapaian aja” ujar bundanya.
“ya udah bunda istirahat aja ya bun.. biar mawar yang beresin semuanya “ ujar mawar.
“tapi kan kamu juga harus istirahat mawar.” Nasehat ibu
“besok kan hari minggu bun..” ujar mawar
Mawarpun menyelesaikan tugas bundanya, dan mawar mencoba membuat kue sendiri untuk di jual besok.

Saat pagi hari mawar langsung mengeluarkan sepedanya untuk berjualan kue di sekitar kampus deket taman kota dengan sepedanya dan di situ mawar bertemu dengan kak mawar dan teman-temannya dan langsung memborong semua kue buatan mawar.
“wah… kue buatan ku habis bunda pasti seneng” ungkap mawar.
Setelah mawar selesai berjualan mawar kembali untuk pulang, dan menyerahkan uang hasil julannya.
“Bunda… mawar pulang..” seru mawar
Tapi saat mawar pulang bundanya sudah tidak ada di rumah, di kamarpun sudah ga ada,
“loh bunda kemana, Bunda… bunnnn… bunda…” teriak mawar mencari bundanya di sekitar rumah.
Langit mendung namun bunda belum pulang juga perasaan khawatir mulai muncul, apa lagi bundanya sedang sakit, mawar semakin khawatir dengan bundanya.
Mawarpun memutuskan untuk mencarinya.
Mawarpun terus mencari bundanya, dan bertanya kepada tetangga sekitarnya.
“Bunda…! bun… bunda dimana… bunda…!” seru mawar mencari bundanya dengan mata yang berkaca-kaca. Mawar telah jauh berjalan namun tak ketemu juga sang bunda tercinta.
Mawar semakin bingung mau mencari kemana bundanya, tiba-tiba mawar melihat seseorang yang sedang tertatih di dekat halte bus, Dan mawar mencoba menghampirinya, dan ternyata itu adalah bundanya mawar.
“Bunda..!” teriak mawar dan langsung menolong bundanya.
“bunda kenapa..? bunda mau kemana malam-malam kaya gini, mawar udah nyariin bunda kemana-mana bun.. bunda ngapain sih…?” tanya mawar dengan khawatir.
“Mawar… Bunda sayang sama mawar.. bunda ga mau kamu di ejek anak Haram lagi sama teman-teman kamu, Bunda mau nyari ayah kamu nak… bunda ingin kamu bahagia nak..” ujar bundanya dngan linangan air mata..
Mawar sangat terharu dan meneteskan airmatanya.
“Bunda… kenapa bunda ngomong kaya gitu..? mawar sayang sama bunda… mawar ga papa kalau mawar harus ga punya ayah bun… yang penting mawar sama bunda, bunda yang selalu sayang sama mawar…” ujar mawar dengan lembut dengan air mata yang menetes di pipinya.

Mawarpun mengajak bundanya pulang dan menyuruhnya untuk beristirahat,
Mawar begitu sangat sedih ternyata keinginannya untuk bisa melihat ayahnya membuat bundanya menangis dan mencoba untuk mencari ayahnya.
“Tuhan… kenapa keinginanku untuk melihat ayah membuat bunda menangis… tuhan mawar yakin kalau mawar itu bukan anak haram… mawar yakin mawar itu punya ayah… Tuhan… pertemukan aku dengan ayah…” doa mawar kepada Tuhan.
Mawar begitu sangat sedih, mawar berharap suatu saat dia bertemu dengan ayahnya, dan bisa membahagiakan bundanya.
Saat mawar masuk ke kamar bundanya tiba-tiba bundanya tidak ada, dan mawar masuk ke dapur untuk mencari bunda.
“Bunda… bun… bunda…!”
Dan tiba-tiba mawar melihat wajah bunda yang sangat pucat dan hidung yang berdarah.
“Bunda..! bunda kenapa..? Bunda sakit..? kita ke dokter aja ya bun..?” ujar mawar dengan khawatir.
“ga mawar, bunda ga papa ko, bunda Cuma kecapean aja ko.. bentar lagi juga sembuh..” ungkap bunda
Mawarpun mengajak Bundanya untuk istirahat ke kamar, dan mawarpun masuk ke kamar karena sudah malam.
“Ya Allah, aku mohon, pertemukan mawar dengan ayahnya, ya Allah, berikan aku umur panjang agar aku dapat mencari Reza, ayah kandung mawar, jangan kau ambil nyawaku sekarang ya Allah, sebelum aku dapat membuktikan kalau mawar bukan anak haram, aku ingin melihat mawar tumbuh dewasa ya Allah…” Do’a Bundanya di malam hari.

Sekian lama Bundanya menyimpan rahasia tentang penyakit Leukimianya kepada Mawar, bundanya tidak ingin kalau di umur mawar yang ke 17, bundanya tidak bisa memberi tahu siapa ayah dan saudara mawar.
Bundanya tidak ingin mawar mengetahui tentang penyakit yang bundanya derita.
“aku ga mau mawar mengetahui tentang penyakit ku ini” desah Bundanya sambil mengusap darah yang mengalir dari hidungnya.

Tiga hari lagi, mawar ulangtahun yang ke 17, mawar ingin di hari ulang tahunnya yang ke 17 bisa merasakan pelukan sang ayah.
“seandainya ayah ada di sini, dan seandainya di hari ulangtahun ku ayah bisa datang dan mengucapkan selamat kepada ku, pasti aku akan bahagia.” Ungkap mawar, di kamar yang hening.
Pada saat mawar berangkat sekolah mawar begitu tidak tega meninggalkan bundanya yang sedang tidak enak daban dan begitu sangat pucat, tapi bundanya menyuruh mawar untuk tetap berangkat sekolah.
Saat mawar sedang bersekolah bundanya pergi untuk mencari Reza atau ayah kandung Mawar, kabar yang terakhir bundanya dengar bahwa ayahnya mawar bekerja di perusahaan dekat supermarket, ayahnya mawar bukan hanya sekedar bekerja tetapi dia adalah pemilih perusahaan tersebut.

Dengan keadaan yang sakit dan wajah yang pucat bundanya pergi untuk menemui ayahnya mawar yaitu pak Reza.
“permisi pak, saya Delima, saya mau bertemu pak Reza “ ujar bunda
“maaf bu, ibu tidak dapat bertemu dengan pak reza karena beliau sebentar lagi mau ada meeting bu..” ujar sekretaris pak Reza.
“ya sudah terimakasih mba,”
“ia bu sama-sama” ungkap sekretaris pak reza
Saat bundanya sedang membeli Bunga mawar untuk mawar, tiba-tiba bundanya melihat suaminya dan melati sedang berjalan ke arah mobilnya.
“mas…! mas reza,! Melatii..! ini bunda..!” teriak bundanya dengan berlari ke arah mobilnya pak reza, namum tiba-tiba, bundanya merasa pusing dan pingsan di jalan dengan membawa setangkai bunga mawar.
Sekilas dari kaca mobilnya melati melihat ada orang pingsan dan melati langsung mengajak ayahnya untuk turun dan melihat orang itu.

Setelah melati dan ayahnya mendekat ternyata ayahnya menegenalinya dan itu adalah istrinya yang sudah lama berpisah.
“Delima..!” panggil pak Reza atau suaminya
Dan melatipun masih mengenali wajah bundanya,
“Bunda..!” teriak melati.

Dan merekpun membawanya ke rumah sakit terdekat, dan setelah di periksa ternyata bundanya sudah mengidap penyakit leukimia sejak lama dan diperkirakan umurnya sudah tidak panjang lagi karena harapan sembuh sangat kecil, ayah dan melatipun sangat kaget, ternyata mungkin ini adalah pertemuan terakhirnya dengan sang istri yang sudah lama tak berjumpa.

Saat mawar pulang dari sekolah mawar mendapat kabar kalau Bundanya masuk rumah sakit dari tetangganya, dan mawar langsung menuju ke Rumah sakit dimana bundanya di rawat.
Setelah mawar sampai di rumah sakit mawar melihat melati sedang di rumah sakit juga, tapi mawar tak mengira kalau di juga sedang menunggui bundanya,
“Mawar..!” sapa melati, sambil menghampirinya di depan recepsionis.
“ka melati, ka melati sedang apa di sini keluarganya ada yang sakit juga?” tanya mawar
“ia.. bunda aku masuk rumah sakit war,” ujar melati
“ibu aku juga ada di rumah sakit.” Ujar mawar
Pada saat melati dan mawar sedang mengobrol tiba–tiba ayahnya datang menghampiri melati, dan melati memperkenalkan ayahnya kepada mawar.
“oia yah, kenalin ini mawar, penjual kue yang enak itu yah, yang waktu itu melati beliin buat ayah,” kata melati
“ohhh… jadi ini yang kemarin buat kue, kuenya enak banget, kapan-kapan, om pesen ya..?” ujar ayahnya, karena mawar dan ayahnya tidak mengetahui kalau mereka itu anak dan ayah

Setelah lama mengobrol mawar menuju ke ruangan bundanya, dan bundanya sedang terbaring dan belum juga membuka matanya.
“bunda… ini mawar.. bunda kenapa sih ko bisa kaya gini, bun… buka matanya bun… bunda… mawar sayang sama bunda… bunda bangun bun…” desah mawar dan mencium tangan bundanya sambil menangis.
Bundanya pun tetap tidak membuka matanya, rasa sedih sangat mendalam telah dialami oleh mawar.

Besok adalah hari ulang tahun mawar yang ke 17, tapi mawar ga bisa berbuat apa-apa, mawar hanya bisa menemani sang bunda di rumah sakit, menurut mawar menemani bunda adalah hal yang sangat istimewa dari apapun, karena bunda adalah segalanya buat mawar,
Tepat pukul 00.00 mawar berdo’a karena hari itu adalah tepat mawar berumur 17 tahu,
“Tuhan… trimakasih Engaku telah memberiku nafas sampai saat ini, terimakasih Engkau telah memeberika bunda yang baik untuk ku, Tuhan… aku minta pada Mu, sembuhkan bunda ku… Aku sangat menyayanginya..” do’a mawar.
“Bunda… sekarang mawar udah besar, mawar udah 17 tahun bunda… bunda… bangun… katanya bunda mau nyanyi buat mawar,
Happy birthday mawar… happy birthday mawar… happy birthday… happy.. birthday… happy birthday… mawar…” mawar menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk dirinya dengan linangan airmata yang menetes karena bundanya tak sadar-sadar.
Saat mawar selesai bernyanyi, tiba-tiba keluar darah dari hidung bundanya, mawar sangat khawatir dan langsung memanggil dokter.
Dan dokterpunn datang untuk langsung memeriksanya, setelah itu dokter langsung pergi dan menghubungi Pak Reza, mawar snagat penasaran apa yang terjadi dengan Ibundanya.

Saat mawar sedang bersama bundanya tiba-tiba melati dan ayahnya datang untuk menjenguk bundanya karena sudah di telfon oleh Dokter Taufik
Melati dan ayahnyapun kaget karena ada mawar di situ sambil menangis, begitupula dengan mawar, dia sangat kaget.
“mawar.. ko kamu ada disini..?” tanya melati dengan terheran
“lohh… seharusnya mawar yang tanya sama ka melati, kenapa ka melati ada disini..?” tanya mawar balik
Merekapun begitu bingung kenapa mereka bisa menjenguk orang yang sama, saat mawar dan meleti sedang tanya menanya ayahnya datang dan bundanya langsung siuman, dan bundanya menjelaskan semuanya kepada mawar dan melati.
“mawar… melatii…” panggil bunda..
“Bunda…” seru mawar dan melati
Mereka saling pandang memandang…
Bundanya menghela nafas untuk mengungkapkan semuanya..
“mawar… melati… perlu kalian tahu… kalian itu sebenarnya bersaudara, mawar… sekarang kamuu punya ayah… laki-laki yang ada di belakang kamu itu ayah kandung kamu sayang, mawar… selamat ulang tahun ya sayang… bunda Cu… Cuma… bisa kasih sa… satu.. tangkai mawar merah untuk kamu mawar…” ungkap bundanya dengan nafas yang susah… dan meneteskan airmatanya, dan memeberi bunga mawar terakhir untuk mawar.
“bunda… mawar seneng bisa ketemu sama ayah sama kakak mawar juga, tapi mawar ga mau kehilangan bunda…” ujar mawar sambil meneteskan airmata
“ia bun.. melati juga sayang sama bunda… kita semua sayang sama bunda…”
“mas reza.. aku minta sama mas… to… tolong.. jaga anak-anak kita, melati dan mawar..” pesan bundanya.
Mereka sangat sedih karena bunda berbicara seperti itu..
“bun.. kenapa bunda ngomong kaya gitu… bunda sayang kan sama mawar? bun… bunda harus kuat…” ujar mawar..
“sayang… mawar.. bunda sayang sama mawar, sama melati juga… tapi bunda udah ga kuat sayang… bunda… bunda… sa… sayang… ma.. mawar…” suara terakhir bunda untuk mawar…
“Bunda… bangun.. bun…! panggil mawar kepada bunda..
Dan dokter segera memeriksa bundanya dan ternyata bundanya dinyatakan meninggal pada pukul 01.00.
Mawar di peluk oleh ayahnya, mawar dan melati terus-terusan menangis..
“Bunda… mawar sayang bunda… akan mawar jaga mawar terakhir dari Bunda…” kata mawar.

Sayangilah, orang tua selagi masih ada, mereka memarahi kita bukan berarti mereka membenci kita, tapi semua itu adalah ungkapan rasa sayang mereka kepada kita, jangan biarkan airmata orang tua kita menetes karena ulah kita, karena air mata orang tua kita adalah hal yang sangat berarti untuk kita, satu butir air mata adalah 10 dosa untuk kita…

Inilah mawar yang terakhir Bunda berikan kepada Mawar…
Mawar Terakhir Dari Bunda

Cerpen Karangan: Devi Upi Lestari
Facebook: devii uphi lestarii

Devi Upi Lestari
Nama Panggilan : Devi Upi
Sekolah SMK Yos Sudarso Kawunganten, Jl. Greja No 03.
No. Tlp 082136263088 / 085869642959
Ttl. Cilacap, 12 Desember 1995

Cerpen Mawar Terakhir Dari Bunda merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Cinderella’s Pan

Oleh:
Masa putih abu-abu sudah berakhir dan besok adalah acara perpisahan sekolah. Momen yang dinantikan siswa-siswi namun, tidak bagiku! Aku sudah tak peduli dengan apa yang akan ku kenakan nanti.

Maaf Yang Tak Berarti

Oleh:
Bermula dari salah seorang gadis kecil yang terlihat sedang menangis. Wajah mungilnya terendam oleh deraian air mata. Ia menatap senyap ke arah depan. Helaian senyum bak mentari, meninggalkan secercah

Terimakasih Ibu

Oleh:
“Indi, aku yang jaga, kamu yang ngumpet, ya!” seru Kezia sambil berjalan menuju pohon terdekat untuk mulai menghitung. Dengan gembira, aku berlari mencari tempat persembunyian. Suara Kezia yang menghitung

Surat Kristal

Oleh:
Ini adalah ceritaku, Bintang, yang pada akhirnya harus meninggalkan sebuah surat untuk seseorang yang tak pernah menyadari bahwa cinta itu selalu sangat dekat, walaupun terkadang jalannya adalah jalan yang

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

One response to “Mawar Terakhir Dari Bunda”

  1. Aira oktavira says:

    Kasiannn

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *