Oh No!

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Keluarga, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 2 July 2016

Hatiku sangat sedih mendengar berita kecelakaan dari orangtuaku. Aku sekarang berumur 14 tahun. Dan selama ini aku selalu dirawat oleh nenek kakekku yang baik hati. Tapi mereka sedang sakit dan sudah sepuh, jadi aku sekarang harus mandiri walaupun dunia semakin berputar.

Aku selalu bangun jam 5. Karena sekarang waktuku untuk bekerja sebagai koran keliling dan majalah keliling. Sebulan aku hanya digaji 45.000, sudah banyak bagiku. Setelah selesai mengantarkan koran. Aku segera berangkat sekolah dengan sepeda yang kubawa untuk bekerja tadi.

Sampai sekolah…
“hai..Ghina!” sapa sahabatku, Rea.
“eh… hai!” Kataku menyapa.
Aku pun langsung ke sana dan menaruh tas di dekatnya.
“kamu sudah bekerja?” tanya nya tiba-tiba.
“sudah!” kataku.
Kami lama berbicara, tiba-tiba Bu Selly datang. Ia guru bahasa indonesia.
“anak-anak. Ibu punya berita gembira!. Tolong dengarkan jangan ramai!” Kata bu Selly sambil membiarkan siswanya tenang. Setelah tenang ia pun langsung memulai.
“oke!. Minggu depan kalian akan berpariwisata ke malang. Namanya STUDY TOUR MALANG. Sekarang siapa yang mau membagikan surat pemberitahuannya?” terang bu selly.
“saya bu!” Seru Rea dan ia langsung mengambil beberapa lembar pengumuman.

Sambil menunggu mendapatkan surat. Ia bergumam dengan sedih, karena siapa yang akan menjaga nenek kakekku? Gumamnya dan aku pun menangis, tapi tidak deras sekali.

“Eh… Ghina. kamu kenapa menangis?” tanya Rea saat selesai membagikan surat pengumumannya.
“aku memikirkan nenek kakekku. Kalau aku tinggal mereka akan bersama siapa?” tanyaku menangis.
“Iya… juga!. Padahal study tour ke malangnya 4 hari. Hmm… bagaimana ya?…” katanya sambil berpikir.
“apa… aku harus ti..” tiba-tiba omonganku terputus oleh Rea.
“bagaimana kalau pembantuku mba Chaca itu yang akan menjaga nenek kakekmu? Ia baik banget daripada mba Fella ia malah sombong dan keras kepala!” Katanya
“Hmm… boleh!. Tapi kalau orangtuamu tidak mengizinkan?” tanyaku khawatir.
“kamu tidak usah cemas. Itu urusanku.” Katanya sambil mengahpus air mataku.
“Baik…” kataku pelan.
Selesai pelajaran aku langsung pulang.

Sampai rumah aku langsung menyiapkan barang bawaan ku besok senin – kamis. Setelah selesai aku membuatkan makan untuk nenekku. Kakekku sedang tidak ada di rumah melainkan sedang ke masjid shalat Dhuhur.

Selesai membuatkan makanan aku segera shalat dan mengganti baju. Setelah mengganti baju aku dan nenekku makan duluan.
Selesai makan kami memmutuskan untuk tidur.

Pagi ini adalah pagi ku berangkat ke malang selama 4 hari. Aku dan teman-temanku langsung memasuki bus yang akan melaju ke malang. Aku langsung duduk dekat Ghina. Dan sebaliknya nenek kakekku sudah dirawat baik oleh pembantunya Rea. Tapi… sekarang mereka sedang apa ya?. aku mulai sedih memikirkannya.

Hari-hari yang kujalani di malang sangatlah baik. Sekarang waktunya kami akan pulang ke yogyakarta.
Di jalan aku selalu tumpah kalau memegang air putih ada apa ya? Jangan-jangan… aha jangan menuduh!
“Eh. Ghina kamu kenapa kok sedih?” Katanya sambil membuyarkan lamunan ku.
“Tidak apa-apa.” Kataku menyembunyikan.

Jam sekitaran jam malam. Akhirnya kami semua sudah sampai dengan tujuan selamat. Aku segera mengambil sepedaku yang kutinggal dan dititipkan dan langsung pulang.

ADVERTISEMENT

Saat sampai rumah…
“Loh… kok ada bercak-bercak darah di teras rumah,” kataku kebingungan.
Saat aku masuk. Ternyata itu mba Fella. Dan pembantu baik itu diikat dengan kuat. Dan-dan… mana nenek kakekku.
“kamu pasti mba fella. Mana nenek kakekku?” tanyaku sambil merebutkan pisaunya dari tangannya yang penuh darah.
“Hahaha… dia? Si orang tua gembel? Dia sudah mati!” katanya senang.
“Apa? Kamu jahat! Kamu tak akan aku ampuni. Dan kau tunggu sini!” Kataku berlari keluar untuk memanggil polisi.
“Baik!. Aku akan tunggu sini!” katanya santai sambi ke dapur untuk mengambil minuman.

Saat sirene polisi berbunyi aku segera memberitahu kalau penjahat itu di dapur. 5 menit kemudian akhirnya pembantu itu ditembak dan di penjara untuk dihukum mati.

Setelah sahabatku mengetahui itu. Ia dan masyarakat berbondong-bondong untuk menguburkan kakek-nenekku. Dan aku pun diperbolehkan menginap di rumah Rea sampai aku besar kelak nanti

THE END

Cerpen Karangan: Salma Nur Hanifah

Cerpen Oh No! merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Hujan Pasti Berlalu

Oleh:
Awan hitam seakan mengurung dinginnya pagi Burungpun enggan keluar Masih bertahan di sarangnya Ayam ayampun enggan berkokok Kamis 31 agustus 2017 Tak terasa sudah 3 bulan lulus dari sekolah

Kakek Supriadi

Oleh:
Suasana rumah panti jompo itu terlihat sunyi. Pohon-pohon berjajar rapi di sisi kanan dan kiri. Ada pagar dari besi mengelilingi rumah panti sederhana mirip bangun belanda tempo dulu. Matahari

Mimpi Kecil Dinda

Oleh:
Gadis kecil dengan rambut ekor kuda berjalan dengan tergesa-gesa membelah kesenyapan lorong rumah sakit. Tembok-tembok yang serba putih, dan aroma khas obat-obatan yang begitu mengusik ketenangan batinnya. Kekhawatiran hati

Kuman dan Perutku

Oleh:
Aku mempunyai 3 sahabat yaitu Andi, Adi dan Dani. Kami bersahabat sudah lama sekali mulai dari kita SD kelas 1 hingga kini kami sudah naik ke kelas 5 SD.

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

One response to “Oh No!”

  1. Rafeyna says:

    kok kurang nyambung ceritanya ya ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *