Perjuangan Seta
Cerpen Karangan: Christian Gandhi Satrio, SMP Tarakanita 1 JakartaKategori: Cerpen Keluarga, Cerpen Motivasi, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 21 May 2023
Di suatu pagi yang cerah, ada seorang anak laki-laki bernama Seta. Seta sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Seta duduk di bangku SMP kelas IX di sekolah swasta yang ada di Jakarta. Seta adalah anak yang tekun, pintar, murah hati, dan punya sifat pantang menyerah. Seta tinggal di Jakarta bersama orangtuanya, Seta punya keluarga yang terdiri dari Ayah dan Ibu dan Seta merupakan anak tunggal di keluarganya.
Keluarga Seta sedang mengalami krisis ekonomi, yang membuat Seta harus berusaha membantu orangtuanya agar menaikan derajat ekonomi keluarganya. Selain itu sebentar lagi Seta akan masuk SMA yang pasti butuh biaya banyak untuk uang sekolah, buku pelajaran, seragam dan lain-lain.
Setelah Seta sudah siap untuk berangkat ke sekolah, Ia pun memulai perjalanannya menuju sekolah. Biasanya Seta berangkat menggunakan angkot tetapi kali ini dia memilih untuk jalan kaki saja, agar dapat menghemat pengeluaran sehingga uangnya bisa Ia tabung.
Seta akhirnya sampai di sekolah, lalu Ia masuk ke kelas dan mengobrol bersama teman-temannya seperti biasa. Saat bercanda dengan teman, Seta selalu menjadi bahan bully teman-temannya di sekolah. “Ta ibu lu jadi ibu-ibu kantin nih? AHAHAHAH”, begitulah cara teman-temannya bercanda. Seta menyadari dia dibully karena dia adalah orang susah dan punya keluarga dengan latar belakang tidak mampu. Ayahnya selama pandemi tidak bekerja karena di PHK dan baru bekerja kembali, sedangkan ibunya berjualan makanan di kantin sekolah. Seta sering diejek saat ikut berjualan di jam istirahat. Seta membantu ibunya melayani teman-temannya.
Awalnya Seta merasa cuek dan menganggap teman-temannya hanya bercanda. Tapi lama-kelamaan Seta merasa bahwa temannya berlebihan bercandanya. Sebenarnya orangtua Seta tidak pernah meminta Seta untuk membantu berjualan, niat itu datang dari Seta sendiri. Karena rasa sayang pada orangtuanya dan merasa sudah cukup besar maka Seta menawarkan diri untuk ikut berjualan dengan Ibunya. Tetapi lama kelamaan Seta merasa lelah dengan omongan teman-temannya.
Bel pun berdering tanda bahwa jam pelajaran sudah selesai, dan Seta mulai jalan pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang, Seta banyak berpikir dan berandai-andai. Ia berandai-andai “wah kalo gua orang kaya pasti gua ga perlu bantu-bantu orangtua buat ngehasilin uang, ga dibully sama teman-teman, dan ga jualan di kantin. Waktu istirahat bisa dipake buat ngobrol sama teman-teman juga”, pikirnya.
Seta banyak diam dan murung di rumah, merasa minder terutama saat berkumpul dengan teman-temannya. Ada saja temannya yang suka nyeletuk atau menyebut dia dengan sebutan “mas kantin” atau meyuruh Seta untuk ke kantin membawakan makanan yang dijual ibunya.
“Seta, anterin pesenan gua donk ke meja ya” kata temannya saat jam istirahat sekolah. Seta tidak menjawab dan hanya diam. Ibunya Seta tau bahwa Seta terlihat sedih dan tidak bersemangat. Ia pun bertanya, “kamu kenapa Seta, Apa yang bikin kamu sedih?” “ga ada apa-apa bu”, jawab Seta sambil pergi mengantarkan makanan temannya.
Ibunya tau kalau Seta tidak nyaman ikut berjualan di kantin. “Seta, kamu ga harus ko ikut ibu berjualan di kantin, ibu bisa sendiri. Kamu bermain saja sama teman-temanmu, ini kan jam istirahat kamu juga. Ibu gak papa Seta”, kata ibunya kepada Seta. “Iya bu, ga apa-apa ko bu”, jawab Seta. Seta semakin tidak nyaman dan bingung karena kata-kata ibunya tadi. Seta ingin membantu ibunya tapi dia juga minder dengan teman-temannya. Candaan teman-temannya itu sedikit mempengaruhi semangatnya dalam belajar. Dia ingin segera keluar dari sekolahnya dan pindah ke skolah baru saat SMA nanti. Sekolah dimana dia tidak harus ikut berjualan di kantin bersama ibunya.
Saat tengah malam Seta terbangun dari tidurnya dan langsung menuju dapur karena Ia merasa haus. Di dapur, Ia melihat ayah dan ibunya sedang masak bersama mempersiapkan makanan yang akan ibunya jual di kantin sekolah. Ia merasa sedih dan merasa bersalah akan sikapnya selama ini. “Astaga, kok gua jadi ngerasa bersalah ya, orang tua gua aja semangat buat kerja, harusnya gua sebagai anak satu-satunya bisa bantu orangtua gua” pikirnya. Baru Ia sadari bahwa ayah dan ibunya berjuang keras mencari nafkah untuk kebutuhan Ia dan keluarga. Ayah dan ibunya pasti sangat lelah tetapi setiap hari masih harus bangun di malam hari untuk mempersiapkan barang dagangannya.
Seta merasa malu terhadap dirinya sendiri. Ia pun kecewa karena dulu Ia tidak pernah malu membantu jualan di kantin, bahkan Ia sendiri yang ingin berjualan membantu ibunya. Ia menyesal karena mudah terpengaruh gaya gaul teman-temannya, merasa minder dengan keadaanya, padahal Ia anak yang baik dan pintar di sekolah. Ia pun sadar dan merasa tidak perlu rendah diri, apalagi dia sudah berjuang giat belajar untuk masuk SMA bagus dan dapat beasiswa nantinya. Saat itu juga Seta merasakan semangat yang luar biasa tumbuh lagi dalam dirinya. Semangat membuktikan ke teman-temannya bahwa anak yang jualan di kantin sekolah bisa berprestasi dan sukses.
Keesokan harinya Seta bangun dengan semangat yang tinggi, berjalan kaki dengan rasa percaya diri ke sekolah. Saat jam istirahat, Ia kembali membantu ibunya berjualan di kantin dengan penuh senyum. Ibunya melihatnya dengan heran karena beberapa hari kemarin Seta seperti tidak mau membantu ibunya. Tapi ibunya tidak banyak bertanya, hanya memandang Seta dengan bangga.
Seta sibuk sekali melayani pembeli makanan ibunya, Ia melayani dengan sangat bersemangat siang itu. Seta sudah tidak mempedulikan panggilan “mas kantin” yang dilakukan teman-temannya. Semua candaan temannya Ia jadikan cambuk untuk selalu semangat menjalani hari-harinya. Ia berusaha dan berjuang untuk membuktikan bahwa Ia akan sukses walaupun bukan berasal dari anak orang mampu. Ia tidak pernah lagi merasa minder karena tidak punya barang sebagus dan semahal teman-temannya. Ia belajar bersyukur dengan apa yang Ia punya dan sangat bersyukur dengan orangtua yang Ia miliki, yang selalu berjuang untuk dirinya, sekolahnya dan masa depannya.
Cerpen Karangan: Christian Gandhi. S
Christian Gandhi.S
Seorang pelajar kelas IX
SMP Tarakanita 1 Jakarta
Cerpen Perjuangan Seta merupakan cerita pendek karangan Christian Gandhi Satrio, SMP Tarakanita 1 Jakarta, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Friendship or Friendshit
Oleh: Aulia BerlianiSelama ini, kukira kamu baik. Ternyata kamu lebih buruk dari seorang musuh. Namaku fara, aku memiliki seorang sahabat bernama Adel. Kita bersahabat dari bangku SMP hingga kini kita sudah
Hey, Kembalilah Menulis
Oleh: RizkyelAkibat bergadang membaca secara maraton novel-novel yang belum sempat kubaca, pagi ini kedua kelopak mataku sama beratnya seperti sekarung beras. Aku tiba di sekolahku, SMA Gema Kreasi Bangsa, pukul
Kekerasan Hidup
Oleh: Zahra Almira FHari itu, aku sedang duduk di kursi yang sudah mulai mereot ini, aku membaca buku lamaku yang sudah bosan kubaca. Hai, namaku Adinda aku mempunyai seorang kaka yang dimana
Duo Bocil Berfaedah
Oleh: M. Falih WinardiBagi siswa kelas V-B SD Lumintu, Pak Aurick adalah guru matematika paling killer yang pernah ada. Sudah pelajarannya susah, orangnya galak pula. Namun berbeda dengan Agam. Baginya, Aurick Friendli
Haluku Menjadi Candu
Oleh: Octorina AisyahSembilan tahun aku menjalani pernikahan, Panggil aku Raya. Dan suamiku Wicak hidup dengan bahagia. Aku bekerja sebagai arsitek dan Wicak bekerja sebagai perwira abdi negara. Tak banyak waktu bagi
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply