Siapa Do?

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Keluarga, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 27 June 2016

Sinar matahari membuatku terbangun dari tidurku, rupanya seseorang telah membuka jendela dan membiarkan matahari dan udara pagi masuk ke kamarku. Aku pun bergegas pergi ke meja makan, seperti dugaanku ada papaku yang sibuk membaca Koran dan secangkir kopi di sampingnya dan mamaku yang sedang sibuk mengoles selai keroti untuk sarapanku dan adik kecilku yang sedang meneguk segelas susu dengan lahapnya, ia bernama Naila dan masih duduk di bangku kelas 1 sd.

“Lisa habiskan sarapan mu, papa ingin bicara” ucap papaku yang tak seperti biasanya, ia terlihat sangat serius. Aku pun bergegas menyelesaikan sarapan, karena sangat penasaran “apa yang sebenarnya ingin papa bicarakan ya?” ucap ku dalam hati.

“apaaaaaa? Pindah? Terus sekolah lisa gimana dong pah?” “kalo soal sekolah kamu udah papa urus, siap kan semua barang yang perlu kamu bawa. Lusa kita berangkat” pinta papa dengan tegas. Aku menatap langit-langit kamarku, aku mana mungkin bisa meninggalkan kamarku ini. Aku melihat satu satu coretan gambaran yang aku buat bersama sahabat-sahabatku, terlalu banyak kenangan di kamarku.

“tingtung” bel rumahku berbunyi, aku yang biasanya sangat bersemangat mendengar bel rumahku berbunyi tapi kali ini berbeda. “Lisaa…” panggil mamaku, aku merasa sangat enggan untuk bangun dari kasur ku. “iyaa, mah” sahut ku lesu tak bergairah. “Lisa… kamu kenapa?” suara itu membuat aku terkejut, tenyata teman-temanku datang bekunjung ke rumahku. “ada kalian ternyata hehehe” moodku pun mulai membaik dengan kedatangan ketiga sahabatku Nisa, Ika dan Alya. Aku pun membawa mereka ke kamar ku. “Teman-teman sebenarnya aku pengen ngomong Sesuatu ke kalian” ucap ku pelan-pelan, “kami udah tau kok soal kepindahanmu lis, nggak usah dijelaskan lagi kami udah ngerti” ucap Alya seraya memberikan senyuman seolah memberikan aku semangat. “Iya lis justru kedatangan kami ke sini mau bantu kamu berkemas terus kita jalan-jalan, foto-foto bareng. kita buat hari ini jadi hari yang paling bahagia” sambung Ika membuatku semakin lupa bahwa mulai lusa aku sudah tidak bisa bersama mereka lagi.

Hari ini terasa sangat indah, nggak terasa pagi berganti siang dan siang telah berganti sore. “makasih ya nis, ka, ya.. aku nggak kan lupain kalian, walau kita bakalan jarang ketemu tapi jangan pernah putus ya persahabatan kita. Jangan lupa aku bakalan sering chat kalian” tanpa kusadari air mataku pun terjatuh. Kami pun berpelukan, dan mereka mengucapkan selamat tinggal dan saling bertukar kado sebagai kenang-kenangan.

Alarmku pun berbunyi, dan membuatku terbangun. Entah kenapa aku merasa sangat ngantuk dan ingin kembali tidur padahal ini sudah jam 7 pagi, tapi aku memaksakan diri untuk bangun. Samar samar aku melihat koper besar terletak rapi di samping kaca riasku. “Grek…” suara seseorang membuka pintu kamar ku, Ternyata mamah membuatku terkejut saja. “mah ini koper apaan?” tanyaku binggung “lah besok kan kita pindah nak, bawa yang kamu perlukan saja. Sini mama bantu siapkan keperluan Lisa” senyum mamaku, walau aku tau di matanya ada sesuatu yang tersimpan. “Mah sekolah Lisa sama adek gimana dong? lisa kan nggak punya teman di sana. kenapa kita harus pindah sih, kan lisa nggak mau. Kenapa papa tiba tiba ambil keputusan tanpa Tanya dulu sama lisa sih!” omelku pada mama. Tapi mama diam dan tersenyum lalu membelai rambutku. “gini sayang, papamu dipindahkan kerjaannya. Jangan khawatir soal sekolah udah diurus semuanya. Mama ngerti kok kamu nggak pengen pisah sama teman temanmu, kemaren senangkan udah jalan jalan bareng sama teman teman lisa. Nanti sore kita ke rumah nenek ya mau pamitan. Cantik cantik dong anak mama jangan sedih di sana lisa bakalan dapat teman teman yang nggak kalah baiknya mama yakin deh. Di sana juga banyak sepupu sepupumu ada nenek dari papa lisa juga jadi jangan sedih. Nah lisa selesaikan ya beres beresnya mama mau ngurusin kamar adek dulu.” Jelas mama panjang lebar dan aku hanya bisa menghela nafas dan pasrah.

Mataku terus menatap jalanan yang dipenuhi genangan air akibat hujan sejak semalam seolah menggambarkan suasana hatiku yang penuh kacau. Tapi aku berusaha menikmati perjalananku. Sesampainya di rumah baruku, aku merasa sedikit mengganjal di hatiku. ketika melihat kamar yang begitu kosong dindingnya tak seperti kamarku sebelumnya yang terlihat banyak coretan coretanku. Aku berusaha menata kamarku kembali agar terlihat seperti kamarku yang sebelumnya tapi, usahaku gagal tetap saja rasanya bebeda.

“Selamat pagi kehidupan baru”, ucapku seraya menghirup udara segar pagi dengan semangat aku mengenakan baju sekolah kembali, tak baik juga aku terus bersedih lebih baik aku mensyukurinya. “pagi mah pah, pagi juga adikku” sapaku bersamangat sambil mencubit pipi tembem adikku yang membuatku sangat gemas. “Buruan pah.. masa hari pertama sekolah telat sih!” omel ku kepada papa, yang sedang memanaskan mobil. “sabar atuh kak lisa” pintah adekku bergaya sok dewasa. Selama perjalanan ke sekolah jantungku berdegup kencang, aku mencoba menenangkan diri dengan mengintip obrolanku semalam bersama teman teman lamaku, seketika aku teringat akan teman temanku pasti sekarang mereka lagi duduk di taman dan nunggu aku datang. Belum sempat aku menyelesaikan khayalanku, ternyata udah sampai.

Sekolahnya terlihat lebih megah dan mewah dari sebelumnya, dan bersebelahan dengan sd adikku. Sebenarnya aku binggung di mana kelas ku, aku teringat kata kata papa untuk menelpon nomor yang telah diberikan papa di secarik kertas yang bertuliskan bu imah, aku pun duduk di bangku panjang taman depan sekolah yang tertata rapi. “halo, benar ini nomer bu imah. Saya lisa murid dari sekolah pindahan.” Ucapku kepada bu imah di telpon “iya lisa, kamu sekarang bisa langsung ke ruang guru” pintah bu imah “baik bu..” jawab ku melaksanakan pintahnya Sebenarnya aku binggung mencari di mana ruang guru, di sekolah ini muridnya banyak sekali ucapku dalam hati. Ada yang sedang mengobrol, main basket, main bola dan lain lain. Aku mencoba memberanikan diri untuk bertanya di mana letak ruang guru. “permisi, aku mau Tanya ruang guru di mana ya?” Tanyaku pada cowok sedang duduk membaca sebuah buku. “kamu anak pindahan ya? Kamu terus saja, nggak jauh dari sini liat sebelah kiri ada ruangan betulisan ruang guru” jawabnya dengan ramah walau aku tak berani menatap wajahnya tapi aku lihat dia orang yang baik. “iya makasih” jawabku dengan senyuman lalu bergegas pergi.

Ternyata bu imah adalah wali kelasku, kelas 8 d. gossip yang ku dengar itu kelas yang dipenuhi anak anak nakal dan bodoh. Huftt sialan pikirku. Setibanya di kelas bu imah memintaku memperkenal kan diri, dengan percaya diri aku tersenyum berdiri di depan kelas yang dipenuhi sekitar 40 murid. “perkenalkan nama saya lisa putri hadiono, saya harap kalian bisa membantu saya dan dapat bergaul dengan saya” bu imah pun memintaku duduk di bangku kosong yang ada. “Hai lisa, aku yasmin.” Sambut teman sebangkuku seraya menyulurkan tangan, dan aku menyambutnya dengan senyuman. Bu imah mengajar hari ini pelajaran matematika, buset dah ucapku dalam hati, hari pertama disambut matematika.
“kring kring kring. kring kring kring” ye… sorak seluruh kelas, tiba jam istirahat “ternyata dimana mana sama ya, kalo pelajaran matematika kusam semua mukanya” tawaku dalam hati.

ADVERTISEMENT

Hari hariku kembali seperti biasa tak terasa seminggu sudah aku berada di sini, aku sudah mengenal seluruh teman teman kelasku apalagi aku sudah dapat teman dekat yasmin, dela dan ayu. Hari ini aku berangkat sekolah lebih awal karena jadwal piket. Aku mulai membersihkan dari laci mejaku, dan membuatku terkejut. Aku mendapati sebuah kertas yang bisa dibilang seperti surat berwarna hijau bertuliskan “lisa.. aku selalu mengiuti gerak gerikmu tanpa kamu sadari. Biarkan aku mengenalmu lebih jauh lisa. Aku ingin menjadi sahabatmu tertanda DO” “pagi lisa..” sapa ayu, sedangkan aku sibuk segera menyembunyikan surat itu. “apaan tuh lis, cie dapat surat dari siapa?” oceh ayu yang membuat ku kesal. “apaan sih yu orang ini kertas coretanku kemarin, pas pelajaraan fisika” jelasku berbohong..

Tak terasa lama kelamaan aku sering berbalas surat dengan DO tanpa mengenal siapa dia sesungguhnya Tiba suatu hari DO tidak lagi membalas surat yang kutaruh di laci mejaku. hingga muncul sebuah gosip seorang laki laki kelas 8 a terlibat kecelakaan. Aku mulai berfirasat laki laki itu adalah DO, aku memutuskan ikut bersama temanku untuk mejenguknya walaupun aku tidak meengenalnya.

Setibanya di sebuah rumah sakit swasta yang dapat dibilang mewah, kami bergantian memasuki kamar yang ditempati laki laki tersebut. Saat itu aku, yasmin, dela dan ayu memasuki kamarnya bersamaan. Di sana hanya akulah yang tidak mengenalnya. Saat melihat wajahnya aku merasa tidak asing padanya, dia terus melihat ke arah ku. Aku terus mencoba menguras memoriku untuk mengingat tetapi tetap saja aku tidak bisa mengingatnya.

Saat perjalanan pulang dari rumah sakit supirku telah menungguku sejak lama, di sepanjang perjalanan aku terus bertanya Tanya dalam hati “sebenarnya dia siapa ya? Kenapa dia terus menatapku, padahal aku tidak mengenalnya!” ahggrr laki laki itu terus menghantui pikiranku.

Tak terasa sebulan telah berlalu, tetapi tiada balasan dari DO. “lis, kamu belum nentuin bakalan ikut eskul apa” Tanya dela “Bener tuh, katanya kalo nggak ikut eskul bisa nda naik kelas” sahut yasmin “Aku masih binggung nih mau pilih eskul apa” jawabku, jujur saja di sekolahku ini banyak sekali eskulnya “gimana kamu ikut basket aja” saran ayu yang mencintai basket, di sekolahku ini basket merupakan salah satu eskul elite.

Keesokan harinya seperti biasa kami berempat aku, yasmin, ayu dan dela pergi ke kantin bersama saat istirahat. Aku mendapati mading yang membuka pendaftaran eskul band. Aku memutuskan untuk memilih eskul tersebut. Sebulan sudah aku mengikuti eskul band dan lebih dari dua bulan pula tidak ada balasan dari DO. “Besok lusa sekolah lisa mengadakan pementasan untuk memeriahkan ulang tahun sekolah dan lisa terpilih untuk tampil bukan hanya itu pelatih lisa juga menjadi kan lisa vokalis.” Ceritaku pada mama. “hebat anak mama” puji mama yang membuat ku tersipu malu “oh iya ma, nanti mama sama papa datang ya liat lisa adek juga harus datang” pintaku. Tapi mama hanya terenyum Aku gugup sekali, resahku dalam hati. Jujur ini pertama kalinya aku tampil di depan banyak orang dan bernyanyi.

Aku menyanyikan lagu yang berjudul ayah, mamaku datang untuk melihat penampilanku, aku sangat senang sekali mama bisa melihat aku tampil. Di pertengahan lagu mama berlari pergi meninggalkan kursinya aku terkejut melihatnya setelah aku menyelesaikan laguku aku pun bergegas berlari turun panggung dan mencari mamaku. Ponselku pun berbunyi, tenyata ada sms masuk dari mama “lisa maafin mama, mama ada urusan mendadak, kalau mau pulang telpon pak Dede. Jangan pulang terlalu lama di rumah ada adek sama bibi saja” pak dede adalah supirku, sebenarnya aku sedih padahal tadi mama sudah berjanji akan pulang bareng tapi..

Sebelum pulang aku memutuskan untuk singgah di mini market untuk memebeli parfumku yang keemarin ditumpahkan adik ku yang bawel itu. Aku mengecek uang di dalam dompet ku “sialan” gumamku, uangku habis, aku pun pergi mencari mesin ATM. Jeng.. dalam perjalananaku menuju mesin ATM ada sebuah cafe dengan kaca transparan Aku melihat mamaku menangis duduk di dalam caffe itu, dengan seorang laki laki. Laki laki itu memiliki wajah yang tampan, kemudian papaku datang duduk bersama mama dan laki laki itu. Di situlah perasaan ku becampur aduk. Melihat mamaku menangis.

Setelah sekitar 30 menit mama pun keluar dari cafe itu, aku segera bersembunyi. Papa mengejar mama yang benar-benar saat itu sedang kacau. Mamaku yang tak pernah menangis, tak pernah marah mengatakan hal yang begitu sulit diterima bagiku. Aku pun pulang ke rumah berjalan kaki rasanya tanganku bahkan tak kuat untuk memeggang teleponku untuk menelpon pak dede

“Asalamualaikum..” Ucapku memasuki rumah “Ye.. kak lisa datang” ujar adiku Entah mengapa tiba–tiba aku mengatakan nya “iya adik kakak, kakak bakalan selalu ada buat naila” ucapku lembut seraya pergi ke kamar.

Aku menunggu mama pulang hingga pukul 2 malam. Aku menunggunya di ruang tamu. “grek..” bunyi pintu Sepertinya mama terkejut melihatku “lisa belum tidur ya, tadi mama habis datangin papamu di kantor, malam ini papamu ada lembur lagi” ucap mama seolah tidak terjadi apa apa “kalian pembohong, pengkhiaat!!!” teriakku seraya berlari ke kamar.

Pagi harinya aku pergi pagi-pagi sekali agar tidak betemu mama, aku sengaja bolos sekolah di hari jumat ini karena aku rasa hatiku masih hancur. Aku bahkan mematikan ponselku. Aku berjalan mengelilingi taman bermain. Aku melihat sekeluarga sedang berliburan sesaat aku teringat mama yang sedang sedih bukannya aku menghiburnya tapi malah menyalahkannya. Aku pun dengan kencang mengayunkan sepedaku pulang ke rumah. Aku merasa berat rasa nya untuk melangkan kaki masuk ke dalam rumah. Aku mebuka pintu dan melihat mamaku sedang membersihkan dapur seperti biasa. Aku pun lari memeluk mama ku. “mah maafin lisa nggak sepantasnya lisa gini, ngebiarin mama sedih” ucapku sambil memeluk erat mamaku dan menangis “maafin mama lisa, ini semua salah mama, mama nggak perduli lisa tau semua ini dari siapa intinya masalah itu pasti ada dan kita harus berani menghadapinya agar masalah ini cepat tuntas.” Ucap mama membuatku kembali bersemangat. “Sebenarnya besok ada kegiatan persami tapi lisa gak mau ninggalin mama sendiri” ucapku pada mama “lisa pasti bosan di rumah terus, lisa ikut persami deh. Mama nggak sendirian kok besok tante kamu mau temanin mama di rumah” terang mama padaku

Keesokan harinya aku pun mengikuti kegiatan persami, aku bahkan hampir lupa mengecek laci ku karena terlalu semangatnya. Wah… teriakku, yasmin, della dan ayu pun terkejut menengar aku berteriak. “ada apa lis?” Tanya mereka bersamaan “Ini loh DO akhirnya kirim surat lagi ke aku” Ujarku Akhirnya kami berempat membaca surat itu bersamaan

“lisa maaf sudah lama sekali tak mengirim surat untukmu, bukan karena aku lupa padamu tapi aku ada yang harus aku selesaikan, hari ini ada persami di sekolah aku tau kamu pasti mengikuti persami. Temui aku sehabis makan malam di depan lab ipa. Ttd DO”

Wah tak sangka persami sangatlah seru, kami mengelilingi api unggun. Setelah makan malam aku baru teringat akan DO. karena saat pesami tak boleh menggunakan ponsel jadi ponselku dititipkan kepada seorang pembina. Aku minta izin pada Pembina untuk mengambil ponselku karena ingin menelpon mama. Aku menyalakan ponselku yang tadinya dimatikan, seraya berjalan menuju lab ipa, jujur saja dengan luas sekolah begitu dari perkemahan menuju lab ipa lumayan jauh dengan penerangan yang remang remang aku mengggunakan hpku sebagai senter.

Di depan lab ipa aku melihat laki laki yang berdiri, “gayanya ya ampun cool banget” ucapku dalam hati. Beberapa langkah lagi aku menuju ke arahnya rasanya jatung ini hampir lepas wah deg deg degan sekali. Namun tiba tiba ponselku berbunyi ternyata dari tanteku.

“Apaaaa?” ucapku di telpon seraya pergi meninggalkan DO dengan berlari. saat itu sekitar pukul 8 malam untuk pertama kalinya aku sangat berani berjalan pada malam hari. Aku berlari menuju pagar sekolah dan pak dede sudah menungguku. Saat itu perasaanku benar benar kacau. Aku belari menuju ruangan dimana papaku dirawat. Mama dan adik serta tanteku duduk dengan wajah khaawtir aku berlari hendak memasuki ruang di mana papa ku dirawat tapi suster melaarangku untuk masuk. “Mah papa kenapa bisa kecelakaan kenapa mah” ucapku sambil menangis Mama berusaha menenangkanku tapi tak berhasil, beberapa jam kemudian.

Di keadaan papa sekarat di akhir hembusan nafasnya mama mengucapkan kalimat syahadat di telinga papa saat itu hanya mamalah yang boleh masuk dan akhirnya papa pun mennggalkan kami semua. “Inalillahi” ucapku di telinga adikku, seraya memeluk adikku. Kasihan sekali adikku yang masih kecil aku tau pasti berat untuknya. adikku yang masih berusia tujuh tahun masih benar benar butuh kasih sayang dari seorang ayah. “Papa papa papa” adikku terus memanggil papa saat papa dipindahkan keruang mayat. Aku berusaha tegar tapi air mata ini tak bisa aku tahan.

Keesokan harinya hari dimana ayahku dikuburkan, aku mendapati sebuah surat di dalam tasnya.

“istriku tercinta, andai waktu bisa diulang aku takkan pernah meninggalknanmu membiarkkanmu bersedih. Kalau tuhan masih memberiku usia dan waktu untuk kita aku ingin menebus dosa tak termaafkan pengkhianatan serta perselingkuhan, tolong maafkan kekhilafanku. Terima kasih istriku telah memberiku seorang anak yang cerdas aktif dan berhati mulia, terima kasih terlah melahirkan lisa dan naila telah menjaga merawat serta mendidik mereka dengan baik, jika kau menemukan surat ini pasti aku sudah tidak ada di dunia ini untuk lisa dan naila anak papa turuti perintah mama jadi anak baik bukan seperti papa maafkan papa nggak pernah ada waktu untuk kalian papa mencintai kalian dan keluarga papa, tertanda papa”

Aku menangis membaca surat dari papa, aku memberikan surat itu pada mama aku rasa mamalah yang paling sakit atas semua nya.

Seminggu sudah papa meninggal aku mulai masuk sekolah kembali pulang dari sekolah aku mendatangi kuburan papa dan meninggalkan bunga disitu. Tiba tiba ada seorang laki laki yang menjulurkan tangannya kepadaku. Aku menatap ke arahnya, “kamu siapa?” Tanyaku “aku DO, dua oval” jawabnya sambil tertawa aku pun jadi tertawa Baru kusadari selama ini DO adalah teman dekat ku saat aku sd namun entah kenapa dia tiba tiba pindah sekolah, kami selalu bersama karena itu kami dijuluki dua oval selain selalu bersama kami sama-sama memiliki muka yang oval. Nggak nyangka bisa ketemu dia lagi, Wijaya itu lah nama aslinya. Setelah kepergian ayahku wijayalah yang mampu mengobati kesedihanku “eh lisa emang lo nggak nyadar apa pas pertama kali lo masuk sekolah nanya ruang guru sama gue. Terus pas gue sakit lo juga jengukin gue” kata wijaya dengan kebiasaannya menjitak kepalaku “ahh.. sakit tau. Mana aku tau lah, muka kamu sih beda” bentakku “makin ganteng kan” jawab wijaya dengan gayanya yang sok sekali Kita tertawa bersama, boleh kuakui memang dia semakin ganteng dan tinggi sempat terlintas di benakku saat besar aku ingin menikah dengannya hahaha

Cerpen Karangan: Hasanathul Jannah
Facebook: Hasa Jannah

Cerpen Siapa Do? merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Penantian Dikala Senja

Oleh:
Sedih rasanya ketika melihatnya tertawa bahagia bersama sahabatku. Aku yang berusaha tersenyum melihat mereka, meski hatiku ditelan luka. Sebenarnya aku tidak tahu apa itu cinta, tapi aku tahu dan

Senandung Aulia

Oleh:
Mungkin melihat setetes embun pagi adalah hal yang biasa bagi kalian, tetapi, hal itu adalah impian bagiku. Coba kau tebak, mengapa aku memimpikan hal itu? Ya, aku anak tuna

Cinta Tak Terbalas

Oleh:
Ah… keluh Nafiah arsum yang biasa orang-orang memanggilnya nay, yang sedang mengantri bersama seorang pria paruhbaya yang mungkin saja itu adalah ayahnya, untuk mendaftar di SMA mata nay mencari-cari

Mimpi Besarku

Oleh:
Aku seorang pelajar SMA yang cukup ternama di kota Tasikmlaya. Aku anak semata wayang alias anak satu satunya dari keluarga. keluargaku sederhana, akan tetapi ayahku sudah tiada sejak aku

Hamburger Shop

Oleh:
Sore itu, aku dan Ibu tengah melayani pelanggan terakhir kami sebelum kami menutup toko. Setiap hari, aku dan Ibuku sudah biasa capai karena saking banyaknya pembeli. Tapi kami senang

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *