Terlambat

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Keluarga, Cerpen Penyesalan
Lolos moderasi pada: 2 May 2016

Tanahnya belum sepenuhnya mengering, Angga yang duduk di bangku taman kampusnya sudah berdua dengan Lilia. 2 bulan lalu Ariani, istrinya baru saja meninggal. Ya mereka menikah ketika masih sangat muda. Orangtua Ariani menuntut pertanggung jawaban Angga atas perbuatan pada anak semata wayangnya. Angga yang notabenenya anak orang berduit, menanggapi dengan enteng masalah ini. Angga tak pernah sekali saja sekedar menengok kamar yang dulu ditempati oleh mendiang istrinya. Dia seorang playboy, jangankan dua, sepuluh wanita bisa digaetnya dalam sehari. Bermodal tampan, penampilan, dan duit pastinya. Jam 2 malam ia baru pulang. Ibunya menunggu di sofa sambil tertidur. Angga membangunkan ibunya lalu pergi ke kamar.

“Nanti sore ada sepupunya Ariani ke sini. Dia akan menginap sebulan, besok Papa dan Mama mau jemput di bandara, kamu ikut kan Zaen?” Tanya mama.
“Nggak ah Ma, aku ada janji,” kata Angga sambil terus mengunyah sarapannya.
“Lalu kapan mau ngejenguk anak kamu?” Tanya papa agak meninggi.
“Nanti kalau udah sempet,” Jawab Angga seenaknya.
“Angga!” Bentak papa.
“Aku jadi nggak nafsu makan. Aku berangkat dulu.” Tanpa salam dia nyelonong pergi.

Besoknya, Angga turun mau sarapan, dia melihat sosok wanita sedang menyiapkan meja makan bareng mamanya dan pembantunya. “Ini Ifa, sepupunya Ariani. Ini Angga.” kenal mamanya.
“Hai! aku baru pulang dari Ausi. Maaf baru bertemu, dan nggak dateng di saat-saat terpenting,” Sapa Ifa ramah.
“Iya tidak masalah,” Jawab Angga enteng.
“Oh ya, nanti kita jemput Argan yuk Ngga? aku tadi ditelepon tante Marry -mamanya Ariani- katanya sebulan kedepan, mereka mau ke luar negeri,” Ajak Ifa.
“Gua nggak bisa, ada kuliah hari ini. Lagian kenapa nggak dititipin ke saudaranya?”
“Loh kamu kan Ayahnya. Ya udahlah nanti aku jemput sendiri.” kata Ifa dengan semangat.

Seminggu sudah Arga di rumah, dirawat Ifa dan mama Angga. Angga sendiri merasa di neraka, apalagi kalau tengah malam tiba-tiba Argan menangis. Siang itu orangtua Angga juga mau bisnis di luar kota selama 2 minggu. Jadi mereka berpesan agar Angga mau membantu Ifa selama mereka pergi. Angga masih belum mau menyentuh anaknya. ketika ia tengah duduk menikmati acara tv. Ifa berteriak minta tolong.

“Ada apa?” Tanya Angga.
“Ngga tolong gendong Argan bentar ya. Gue mau ke toilet dulu, sembelit nih gue.”
“Panggil mbok aja,” Tolak Angga.
“Mbok yah kan lagi ke pasar sama bang Rud. Udah bentar doang,” Kata Ifa sambil mengulurkan Argan untuk digendong sang ayah pertama kalinya. Ifa mengajari untuk menenangkan Argan yang tengah menangis.
“Pelan-pelan pakai hati dong.” Kata Ifa. Angga pun menurut, entah perasaan apa yang tengah menyelubungi hatinya. Argan berhenti menangis di pelukan ayahnya.

Entah malaikat dari mana merasuki jiwanya, Angga mulai mau membantu merawat Argan. Ia juga merasa ada perasaan berbeda pada Ifa. Mereka berdua kompak merawat Argan. Tiga hari sebelum hari ke 100 Ariani. Mungkin sekarang sudah waktunya Ifa memberitahu Angga tujuan ia ke sini. “Ngga, sorry ya sebelumnya. Sebenernya gue ke sini adalah undangan sepupu gue. Dia nyuruh gue nyerahin Argan ke lo, agar Argan tahu betapa Ayahnya mencintai dia. Dan soal lamaran lo kemaren maaf gue nggak bisa terima, karena gue udah nikah. Kamar Ariani adalah jawaban yang harusnya lo lihat. Dan ini chat gue sama Ariani, udah gue print buat lo.” Kata Ifa.

Dunia Angga seolah berputar, ia sakit mengetahui kenyataan. Ifa pulang dijemput suaminya, orangtua Ariani yang datang sudah pulang. Pengajian pun telah usai. Dengan menggendong Argan, Angga masuk ke kamar mendiang istrinya. Terasa menusuk dadanya, dinding kamar istrinya penuh dengan foto dirinya dan foto pernikahan mereka. Juga hasil USG anaknya. Angga duduk di meja tempat istrinya menghabiskan waktu membuat catatan dan tugas untuk membantunya. Dan dia tertegun dengan buku diary istrinya yang bercover foto dirinya waktu SMP dulu. dengan gemetar menahan luapan hatinya ia membuka satu per satu lembaran itu. Pertahanannya roboh, mengetahui besarnya pengorbanan istrinya. Dan pembelaan istrinya dari cacian sahabat-sahabatnya untuknya.

“Kenapa baru sekarang aku jatuh cinta padamu istriku. Ke mana saja aku, ketika kasih sayang yang kau curahkan itu ada. Maafkan aku istriku, karena tak sedetik pun aku memperhatikanmu. Kenapa penyakit itu ada dalam tubuhmu yang suci? dan kau memilih buah hati kita memeluk erat diriku.” Ia menidurkan Argan ke tempat tidur mendiang istrinya. Angga menatap lekat-lekat wajah anaknya dengan rasa sayang, bersalah, dan penyesalannya. Perlahan ia membaringkan badannya di sisi putra kesayangannya. Sebuah kecupan lembut mendarat di kepala Angga. Sosok itu juga berbaring di sisi Argan. Angga membuka matanya. Ia menangis tertahan, mencoba menyimpulkan senyum pada sosok yang berbaring di samping anaknya.

“Ariani….”

Sosok Ariani mengusap butir-butir air mata Angga. Malam ini mungkin hanya malam ini Angga akan menikmati saat terindah dalam hidupnya bersama kedua orang yang mencintai dan cintainya.

ADVERTISEMENT

Cerpen Karangan: Fitri Karomah
Facebook: Fitri AlMukarromah

Cerpen Terlambat merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Waktu Yang Berharga

Oleh:
Kosong. Kutatap nanar apa yang ada di hadapanku saat ini. Tak kuhiraukan rasa dingin yang mulai menelusup sampai ke tulangku. Duniaku seakan terpusat pada satu titik saat ini, yaitu

Penyesalanku

Oleh:
Andaikan malaikat itu nyata wujudnya, tidak akan mungkin ada malaikat yang terluka hatinya karena lidah yang bersilat. Andaikan hati malaikat itu tidak lebih lembut dari sutera, pastilah hatinya tak

Hujan Air Mata

Oleh:
Sepasang lampu-lampu bernyanyi lirih dalam gerimis yang tak kunjung reda. Sunyi tiba-tiba sempurna merebak ke seluruh arteri jalan. Tak mau kalah kuayunkan sepedaku berwarna biru. Kutelusuri jalan dengan menerobos

Takdir

Oleh:
Sore ini hujan kembali jatuh membasahi bumi, kupandangi tetes demi tetes butiran hujan dan sesekali kuulurkan tanganku untuk merasakan dinginnya hujan sore ini dari jendela kamarku. Angin bertiup seakan

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *