Tersisa Sebuah Pohon
Cerpen Karangan: Muhamad BakhtiarKategori: Cerpen Anak, Cerpen Keluarga
Lolos moderasi pada: 22 October 2016
Orangtuaku memiliki banyak tanah, salah satunya di sebelah rumah. Disana banyak ditanam pohon mangga. kini sekarang sudah besar-besar dan berbuah lebat. saat mulai masak aku memberitahukannya kepada Ibu. “Bu, buah-buahanya sudah hampir masak, kapan kita petik?”
“Iya kah, kalau begitu Ibu akan menyuruh Bapakmu memetiknya besok!” Kutanyakan lagi, “Terus buahnya mau diapakan Bu?” Sambil tersenyum, “Sebagian kita jual, sisanya lagi untuk kita sendiri.”
Namun satu tahun kemudian tak ada satu pohon pun yang berbuah, bila pun ada buah itu pasti busuk. Oleh karena itu, orangtuaku berkeinginan menebang semua pohon dan lalu membangun rumah di atasnya. Semua orang setuju, kecuali aku. Aku yakin tahun nanti ia akan berbuah lebat. Aku berusaha menyakinkan mereka, “pohon-pohon ada kalanya berbuah dan tidak mungkin tahun ini kalanya tidak berbuah. Ada pun kita harus sabar menunggunya kembali berbuah!”
Mereka tersentak diam mendengar penjelasanku, tak lama berselang Bapak memegang bahuku seraya berkata, “Bapak juga tak ingin, tapi kamu kan melihat bahwa tak ada satu pohon pun berbuah.”
“Bagaimana kalau kita tinggal sebuah pohon agar kita tau apakah nanti ia akan berbuah atau tidak?” usul kakak.
Aku terdesak daripada tidak sama sekali, lebih baik mengambil saran ini. Semua pohon habis ditebang kecuali satu pohon yang paling besar. Tidak lama setelah satu tahun ia berbuah lebat, bahkan dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Melihat hal itu orangtuaku dan kakakku menyesal menuruti nafsu mereka. Untung sajalah masih tersisa sebuah pohon.
Cerpen Karangan: Muhamad Bakhtiar
Facebook: Bakhtiar.ina64[-at-]gmail.com
Cerpen Tersisa Sebuah Pohon merupakan cerita pendek karangan Muhamad Bakhtiar, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter Google+" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Migegil
Oleh: Ina HernawanWaktu menunjukkan pukul 05.00, sudah menjadi kebiasaanku untuk bangun tidur lalu membantu pekerjaan rumah, kemudian mandi, sarapan dan berangkat sekolah. Kemudian aku bangkit dari tempat tidur sambil menutup mulutku
Kenangan Bersama Bapak
Oleh: Delia Seftiani ZubirEntah mengapa langit hari ini terasa lebih tinggi bagi Dani. Dani membuka jendela, angin terasa berhembus dengan sangat kencang, sehingga menjatuhkan beberapa daun kering dari rantingnya. Srkkk.. srrk, dari
Kebahagiaan Untuk yang Terkasih
Oleh: Novita Qurroti AiniSudah dua tahun aku di sini, penciumanku bahkan sudah terbiasa dengan bau obat-obat, yang entah untuk penyakit apa saja. Kehidupanku terbatas oleh pagar besi yang kokoh, dinding beton yang
Renungan “NASIB”
Oleh: Virmansyah25 tahun yang lalu, Inikah nasib? Terlahir sebagai menantu bukan pilihan. Tapi aku dan Kania harus tetap menikah. Itu sebabnya kami ada di Kantor Catatan Sipil. Wali kami pun
Sepatu Balet Valerina
Oleh: Marsaa Putri“Lalalalala…Lalalala..” Senandung Valerina sambil mendengarkan kotak musik miliknya. “Syalala…Syalala..” mulut kecilnya bersenandung menirukan suara asli dari kotak musiknya. Tiba-tiba terlintas ide di benak Valerina. Ya! Sepatu balet. Dia mengambilnya
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply