Tetesan Air Mata Terakhir

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Keluarga, Cerpen Penyesalan, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 16 November 2013

Ani adalah anak bungsu. Setiap hari Ani menjalani hidupnya dengan penuh kecerian, tapi sekarang pupus sudah dengan harapan lebih tak ada artinya. Ani hanya mendapatkan kesedihan yang sangat mendalam. Ia tak bisa merasakan lagi indahnya kehidupan yang pernah ia jalani dulu. Ani mempunyai seorang kakak yang bernama Aini dan adiknya Riko. Setiap harinya Ani menjalani kisah hidup bersama mereka dengan penuh canda dan keharuan namun semenjak sang papa meninggalkan mereka, semua berubah.

Suatu hari, Ani ingin berangkat ke sekolah nya untuk menjalani kehidupan sebagai murid baru. Setiap harinya Ani diantarkan oleh papa dan mamanya, tapi sekarang sudah hilang. Saat Ani ingin pergi, Ani selalu mencium tangan kedua orang tuanya, tapi sekarang Ani tidak dapat lagi, karena kasih sayang itu hilang dan pupus begitu saja kepadanya. Ani kecewa, karena ia hanya mendapat sebuah acuan yang tak lebih dari orang tuanya sendiri. Berbeda dengan kakak dan adiknya sendiri, mereka berdua selalu di sayang, dikasihi dan tak lupa selalu di manja. Ani hanya dapat terdiam.

Disaat kakak, dan adiknya ingin pergi ke sekolah mereka mencium tangan sang mama. Tapi Ani tak sempat, dan ia hanya mendapat senyuman hampa dari sang mama sendiri. Ani hanya bisa diam dan meredamkan perasaan sedihnya dengan raut wajah yang merah. Sebelum ia pergi, ia berkata kepada mamanya “ya udah ma, aku berangkat! Pagi ma, semoga kerja mama lancar!” Ani mengungkapkan dengan hati tulus dan ia langsung meninggalkan sang mama.

Bel masuk pun berbunyi, Ani pun memasuki kelasnya. Namun pada saat Ani ingin memasuki kelasnya, terdengarlah suara seorang guru yang memanggil namanya dengan begitu terburu-buru dan ingin cepat, kaya’nya sang guru membawa kabar baik. Ternyata tanpa disadari sang guru menginginkan Ani untuk tampil dalam pentas seni untuk perpisahan kelas VI nanti. “Ani, ibu sangat bangga dengan prestasi kamu, makanya ibu memanggil kamu untuk mewakili kelas kita dalam pentas seni perpisahan kakak kelas kamu nanti. Apakah kamu mau Ani?” ibu bertanya dengan seriusnya sampai-sampai membuat ia gugup. “bu Ani gak bisa menjawabnya sekarang, Ani butuh waktu bu, apakah boleh bu Ani berpikir terlebih dahulu?” ibu menjawab dengan senyuman “sangat boleh… kabarkan kapan kamu akan menjawabnya Ani, ibu menanti jawaban dari kamu!” Ani membalas “baik bu, akan Ani kabarkan jika sudah terpikir dengan baik” Ani tersenyum sambil menjawabnya dengan senyuman manis yang membuatnya menjadi percaya diri. Tak lama kemudian, Ani memutuskan untuk berpikir panjang, dan ia hanya menjawab saat ia memutuskan untuk menerima atau menolaknya. Ibu mengerti semua itu, ibu akan menunggu Ani sampai selesai berpikir. Ani pun langsung memasuki ruangan kelasnya. Disana Ani banyak memiliki teman, dari yang usil sampai yang baik. Ani terkesan dengan semua, rasa sedih di hatinya hilang. Ani sempat menuliskan sebuah puisi

“GAUNG PERSAHABATAN”.
Sahabat…
bukan kata yang aneh diucapkan oleh bibir…
bukan kecerian yang di nanti..
bukan Kesedihan yang dicari…
namun, kesenangan lah yang diimpikan saat sahabat ada…
Persahabatan membuat lemah
membuat tanpa arah…
membuat tanpa air mata..
sahabat…
menjadi arti besar dalam hidupku..
inspirasi yang mengalir lebih di jiwaku…
sahabat…
kau lah titisan terakhir untuk ku…

Itulah salah satu inspirasi Ani, dengan menuliskan karya besarnya. Ani banyak mendapatkan inspirasi dari kisah nya. Pada saat ia mendapatkan kesenangan, kebahagiaan dan kesedihan. Tak beberapa lama, bel pulang yang selalu dinanti-nanti pun datang, semua anak-anak pulang dengan kebahagiaan. Guru memberikan sebuah undangan untuk menghadiri pentas seni perpisahan kelas VI. Ani berpikir tentang tawaran sang guru, akhirnya Ani memilih untuk menerimanya dengan senang hati. Ia akan tampil maksimal di depan semua orang, dan ia akan mempersembahkan untuk kedua orang tuanya.

Saat perjalanan pulang, Ani berharap orang tuanya tidak lupa akan dirinya. Ia berharap agar kejadian yang pagi tak terulang kembali. Namun itu kembali menghampirinya, tetesan air mata terurai lembut membasahai pipi manisnya, selalu mencairkan senyuman manis yang membuat ia percaya diri akan apa yang terjadi pada dirinya. Ani kecewa karena sang mama lupa akan dirinya. Ani hanya bisa terdiam lemah. Ani ingin sekali memperlihatkan undangan itu, namun ia tak sanggup jika ia hanya di marahi, dan tak dianggap ada di saat ia bicara tentang dirinya itu. Akhirnya ani memutuskan untuk memberanikan diri berbicara bersama sang mama. “ma, aku ingin mama datang ke acara sanggar seni sekolah ku, aku ingin mama, kakak dan adik melihatku nanti! Aku ingin sekali mama bangga terhadap diriku! Namun jika mama tidak dapat hadir aku hanya dapat berkata untuk mama, terima kasih” dengan wajah sedih Ani mengucapkan sebuah kata-kata yang melontarkan air mata nya, akhirnya sang mama pun menjawab “oke oke… mama akan coba datang!” mama menjawab dengan melontarkan kata-kata yang asing bagi dirinya. Kata-kata yang di lontarkan sang mama, membuat tetesan air mata jatuh membasahi pipinya. Saat itu Ani hanya dapat terdiam dan hanya bisa mendengarkan mama nya dalam sekejap mata.

Ia langsung pergi meninggalkan sang mama. Saat Ani memasuki kamarnya, tiba-tiba tetesan darah jatuh dari hidung mungilnya, ia tak sadar apa yang akan terjadi pada dirinya itu. Ani langsung berlari ke kamarnya untuk mencuci tetesan darah yang keluar dari hidungnya. Ani tampak sedih, kesedihan itu membuat ia melukiskan sebuah karya puisi

“DARAH”
warna merah…
menetes di helaian bibirku…
mamaksa aku tuk berjalan…
memaksa aku tuk berair…
memaksa aku tuk menangis…
Darah…
itulah kata yang paling pahit…
paling pahit di antara Asam…
mengalirkan sejuta tangis…
tanpa disadari sendiri…
merah, merah dan merah…
hanya terurai tanpa ada kesesalan…
tanpa tangis dan tanpa tawa…

Ani merangkaikan sebuah kisah tentang dirinya dalam puisi yang ia buat. Sampai akhirnya ia tau bahwa ia menderita penyakit kanker yang mebuat orang selalu mengeluarkan darah dari hidung. Ani mengetahui itu saat melihat sehelaian kertas di atas meja sang mama. Ani sadar bahwa hidupnya gak akan berakhir lama.

ADVERTISEMENT

Hari berlampau hari, hari yang di nanti-nanti pun datang. Ani berharap acara sanggar ini berjalan dengan baik. Namun kekecewaan menghampiri Ani. Ia tak melihat sang mama datang ke acara sanggar seni sekolahnya. Ia hanya bisa melihat seorang supir pribadi yang mengantarkannya kemanapun. Ani mulai kecewa, ia hanya dapat melihat teman-temannya di hiasi sang mama, di peluk sang mama, dan di sayang-sayang sang mama. Ia hanya bisa mengeluarkan air mata. Tanpa diketahui, Ani menangis dan tetesan darah dari hidungnya pun keluar. Dan ia langsung berlari-lari menuju kamar kecil yang ada pada sekolahnya. Ia tak menyangka, itu kan terjadi lagi. Sampai akhirnya ia tampil di penghujung acara.

Ani sangat menyesal, karena ia bukan yang terbaik bagi sang mama, yang terbaik bagi sang mama adalah kepentingan kakak dan adiknya. Ani mulai putus asa, namun pada akhirnya ia menyadari bahwa itu hanyalah semata saja. Namun keputusasaan itu, tak Ia angggap, ia hanya berpendapat bahwa itu hanya mimpi. Setelah selesai membacakan puisi yang telah ia tulis untuk sang mama, Ani turun dengan amat sedih dan kecewa tetapi tak bertahan lama, kesedihan itu menjadi senyuman karena ia selalu menganggap itu hanya mimpi bukan aslinya. Setiap kali ia ada acara sang mama selalu tak datang, sang mama selalu sibuk dengan urusannya. Ani sangat berharap sang mama bisa datang untuk terakhir kalinya saat ia mengikuti lomba membaca puisi antar sekolah. Ani ditunjuk untuk mewakili sekolahnya. Ani sangat-sangat berharap jika ini terakhir kalinya ia tampil di hadapan banyak orang mama akan datang untuknya.

Liburan kelulusan kelas VI pun datang. Hari berlampau hari, semakin cepat rasanya, dan semakin cepat pula sakit yang dirasakan sang Ani. Ani merasa bahwa penyakit ia itu semakin membuat ia lemah. Tetapi Ani tak gampang menyerah, dan tak mudah putus asa. Ia tetap akan berusaha sampai pada penghujung ia hidup. Setelah selesai menjalani liburan, Ani disambut dengan gembira. Puisi yang akan ia bawakan terakhir kalinya adalah

“DUNIA PENUH KEHAMPAAN”
hampa…
kata yang selalu dilihat..
kata yang selalu diucapkan…
hampa dapat terjadi di mana ia berada…
ia bisa datang dengan kebahagiaan…
kehampaan…
semua kata yang terucap dengan kepasraan…
dunia yang selalu dihiasi kehampaan…
dan kehampaan menghiasi dunia sampai kehilangan suatu impian…

Ani membacakan puisi dengan penuh percaya diri, walaupun ia tak bisa bertahan lama. Ia berharap suatu hari nanti, ia bisa bahagia dalam pelukan sang mama. Saat Ani turun, ia terjatuh. Ia langsung dilarikan ke rumah sakit. sebelum ia tampil, ada pesan singkat sang ani yang ia berikan kepada bibi untuk mama nya. Bibi pun beranikan diri untuk berbicara dengan mama nya ani. “non… saya mau” tiba-tiba telepon pun berdering. “bi… handpone ku berbunyi ngomongnya ntar aja yah di rumah! Saya mau meeting dulu, Titip salam aja buat Ani bi! Ingat bi jaga Ani baik-baik” bibi menjawab dengan raut wajah yang sedih “ya non… saya akan menjaga Ani dengan baik” Bibi kecewa pada sang mama, karena sang mama tak dapat melihat anaknya sendiri.

Akhirnya bibi berlari menuju kamar ani, dimana ia dirawat. Tanpa disengaja sang bibi melihat ani sedang duduk dengan hamparan air mata. Ia duduk sambil menuliskan sebuah karya terakhir untuk sang mama. Ia membuat dengan hati yang tulus. Namun sang mama tak mengerti akan semua itu. Ia hanya bisa mengucapkan kata terakhir dalam puisinya itu “I LOVE U MAMA”. Sang bibi sangat terharu melihat ani, karena perjuangan yang selama ini ia jalani dengan penyakit yang ia derita tak ia bebani. Ia hanya tersenyum manis. Setelah beberapa saat, bibi melihat sang Ani terjath pingsan dengan sendirinya. Bibi langsung memanggil Dokter untuk melihat keadaan ani. Namun tak disangka-sangka sang ani telah tiada. Bibi menangis, karena ani orang yang paling ia sayangi pergi jauh dengan air mata terakhir. Tangisan itu membuat bibi sadar, ia langsung menelpon sang mama.

Akhirnya mama sadar akan keegoisan dirinya terhadap ani. Sang mama langsung pergi. Sang mama menyesal karena permintaan terakhir ani tak terkabulkan dengan baik. Sang mama langsung menghampiri ani dengan air mata penyelesaian. “Ani… maafin mama nak, mama terlalu egois dengan diri mama sendiri, padahal kamu, maafin mama nak..” dengan tetesan air mata sang mama mengucapkannya. Sang mama mulai sadar akan semua peristiwa itu, pada saat itu, mama melihat sehelaian kertas yang terlumuri darah dan air mata Ani. Kertas itu adalah ungkapan hati ani yang terakhir kalinya untuk sang mama. Ia menuliskan sebuah puisi

“SAYANG MAMA”
mama…
adalah orang yang paling berarti dalam hidupku…
saat suka maupun duka…
hidupku indah bersama sang mama…
walau badai menghantam tak membuat itu pupus…
canda, tawa, bahagiaa…
itulah yang kurasakan pada sang mama…
selalu ada untukku walau ia tak tau aku…
ku sayang mama…
sampai ku pergi jauh untuknya…
kan ku kenang dirimu sampai ku pergi…
i love u mama…

Ia sangat menyesal, karena ia tak mengerti akan Ani. Saat itu sang mama sadar bahwa ani adalah yang paling berharga. Akhirnya mama tau, bahwa tetesan air mata ani inilah yang terakhir kalinya.

Kehidupan sang mama menjadi tentram. Dengan itu, mama sadar bahwa, anak itu tak ada bedanya satu sama lain. Mama akan mengenang dan menyimpan semua kenangan yang telah ani buat dalam kalbu sang mama. “I LOVE YOU TO Ani” itulah ungkapan terakhir sang mama kepada Ani, walapun tak secara langsung ia ucapkan kepada Ani.

Cerpen Karangan: Dwi Yohana
Facebook: Hana ImUet ClalU
hello friend =D
Nama saya Dwi Yohana,
Tanggal Lahir : 23-07-2013
Alamat : Padang, Sumbar

Cerpen Tetesan Air Mata Terakhir merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Di Atas Kertas Ku Berjanji

Oleh:
Ku tuliskan secarik kertas itu, tanda kekesalanku hari ini. Aku tak mengerti mengapa aku dianggap berbeda. Tatapan mereka, menganggapku seperti hewan yang menjijikkan bahkan lebih dari itu. Aku hanya

Tegar, Ikhlas dan Bersyukur

Oleh:
Aku adalah seorang pria yang boleh di bilang lugu, cupu dan kurang pergaulan, Semasa aku smk aku di kenal sebagai anak yang biasa saja tapi aku mempunyai mimpi dan

Rini… Maafkan Aku

Oleh:
Nita dan Rini adalah sahabat sejak TK. Mereka kini kelas 2 SMP. Nita adalah gadis yang feminin, cantik, pintar dan disukai banyak orang. Sementara Rini adalah gadis yang tomboy,

Penantian

Oleh:
Aku memperhatikan pohon natal itu beberapa kali. hiasan dan ornamen pada setiap helainya menambah keindahannya. Dari balik kaca ini. aku bisa melihat pohon natal indah ini. pohon yang wajib

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

13 responses to “Tetesan Air Mata Terakhir”

  1. ayu says:

    ceritanya sedih bgt..

  2. Kania says:

    aku terharu, karena aku mengerti perasaan sang Ani, walaupun aku tak terkena penykitnya, tapi perasaan sayang terhadap ibunya sangat besar, terimakasih, karena aku sudah dapat inspirasi

  3. Layra Azkadzkiya says:

    Ceritanya bagus deh….

  4. charisa dwi santika says:

    Cerita nya sedih banget puisi yang ada di ceritanya juga keren 10 jempol deh buat yang nulis

  5. Syahrul seoul says:

    Sedih banget cerpennya

  6. Mass bahull broww says:

    Pnyesalan emg dha blakangan..
    Qta blajar dri cerpen ini
    Luangkan waktumu dgan keluarga.

  7. finny says:

    Penulisnya hebat nih. baru setahun uda bisa buat cepen sesedih ini =))

  8. Tiffa Ipung says:

    Aku sampe nangis Liat and baca cerpen ini..

  9. ayu momi says:

    bagus banget ceritanya,jujur pas ngebaca langsung mewek. hanya keknya ada sedikit kesalahan. maaf sebelumnya,tapi Ani-kan anak bungsu kok punya adik? maaf klw prkataan sy nyinggung

    salam^^

  10. Resphania Stephanie says:

    Mamanya jahat banget yaa..!! Meskipun gitu Ani tampaknya nggak nyimpen dendam. Padahal kalo aku sama ibuku marahan aku sampe nangis di kamar mandi, mogok makan, diem-dieman, cemberut, semuanya deh!

    Good cerpen! Nice story!

  11. Tsania Ramadhani says:

    Setelah membaca cerpen ini aku serasa hanyut dalam cerita nya yang membuat ku menangis.Cerpen ini bener-bener membuat ku sedih jujur aku sampai meneteskan air mata

  12. mohammad dian jamalia says:

    setelah saya membaca cerpen ini sangat sedih aku sampai meneteskan air mata

  13. Isna says:

    Ceritanya menyentuh banget

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *