Diary Rintikan Gerimis Membawa Kenangan

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Galau, Cerpen Kisah Nyata, Cerpen Penantian
Lolos moderasi pada: 29 April 2015

Saat ku tulis cerita ini aku berharap kamu membacanya, dan kamu tau kalau aku tak pernah melupakanmu seperti kamu melupakan aku. Aku masih menyimpan rapi tentang kenangan kita.

Malam ini sama seperti malam itu, hujan gerimis turun. Tetapi tentu ada yang berbeda, karena saat itu masih ada kamu. Inilah yang membawa jemari ku mengabadikan sekilas cerita tentang kita. Dengan mata berkaca-kaca hingga berlinang air mata, aku mulai menulis cerita ini.

Diary Rintikan Gerimis Membawa Kenangan
Malam ini hampir sama dengan malam itu, entah kenapa aku mengingatnya, dan sangat sulit melupakannya. Kadang aku bertanya dalam hati kenapa aku harus mengingatnya? kenapa aku harus memikirkannya? aku juga sering bingung kenapa aku melakukannya seperti sudah menjadi rutinitas ku. Entah mengapa otak ku dengan sendirinya menyuruhku agar terus mengingatnya. Walaupun sebenarnya dia tidak pernah mengingatku sekalipun.

Ya. Dia adalah orang yang pernah mengisi hati ku dulu, bahkan hingga sekarang mungkin masih mengisi hati kecilku. Tapi sayangnya orang yang selalu ku banggakan itu pergi jauh. Dia pergi karena orangtuanya pindah tempat pekerjaan. Bukan karena kepergian dan kepindahan orangtuanya yang ku sesalkan. Tetapi sebegitu mudahnya dia melupakanku saat dia sudah berada di tempat baru disana.

Malam itu aku ingat betul tanggal 1 juli 2013. Itu adalah malam terakhir aku kencan sama dia, karena keesokan harinya dia akan pergi jauh ke kota A, dan mungkin tak akan kembali. Malam itu menjadi malam yang menyedihkan sekaligus akan selalu ku ingat sampai nanti. Malam itu tepat hujan gerimis turun membasahi bumi seakan tahu keadaan hatiku saat itu. Dengan angin dingin dan gelapnya malam kami menyusuri jalan yang mungkin besok tidak akan bisa kita lalui bersama lagi. Beberapa untaian lagu menghisai perjalanan kami dan beberapa patah kata-kata dan janji yang kami ikrarkan berdua.

Sejenak aku memikirkan sesuatu, aku bahkan berharap tidak ada hari esok pada saat itu. Aku tak sanggup menghadapi kepergian orang yang paling ku sayangi. Air mataku sudah membendung di kelopak mata ku seakan-akan berdemo ingin keluar, tetapi aku menahannya. Aku tak ingin ini menjadi malam yang menyedihkan. Yang ada cuma canda dan tawa yang akan menjadi malam terindah.

Udara dingin semakin menusuk tulangku, tetapi tidak bearti apa-apa dengan kesedihanku karena akan kehilangan dia.
Kami duduk berdua di sebuah tempat dimana kita bisa leluasa melihat bulan dengan diterangi lampu malam di sisi jalan, dengan alas tanah yang masih basah karena guyuran gerimis. Di bawah naungan bulan itu aku menatapi wajah indahnya yang besok, lusa, dan seterusnya aku tak bisa lakukan lagi. Seketika air mataku berlinang di pipi begitu hangat saat menatapnya. Sungguh aku tak sanggup jika harus kehilangan orang yang paling ku sayangi dengan secepat ini. Dengan segenap hati dia berusaha menenangkanku saat itu “aku janji aku bakal balik lagi kesini, ini nggak akan lama kok. Aku hanya akan menghabiskan waktu SMA ku disana lalu kembali kuliah disini. Tunggu aku ya. Aku janji aku kembali nanti. jangan nangis ya” kata-kata yang tak pernah aku lupakan sampai sekarang. Tangisanku semakin menjadi-jadi saat itu. Benar-benar mimpi buruk yang harus aku alami. Ku peluk erat tubuhnya saat itu, ku menangis di bahu nya yang selama ini selalu menjadi sandaranku.

Keesokan harinya aku mengantarnya ke bandara, kulihat dia sangat tampan dengan kaos nya berwarna ungu. Akhirnya waktu yang tidak pernah aku inginkan itu tiba. Mau tidak mau itu adalah kenyataan pahit yang harus ku telan hidup-hidup. Aku melihatnya dengan jelas dia memasuki pintu yang tak pernah aku inginkan, iya itu adalah pintu keberangkatan. Dengan sekuat hati aku berusaha menahan air mata dan berusaha tegar. Saat itu tak ada kata-kata yang terucap, hanya lambaian tangan tanda selamat tinggal. Dan senyuman yang terlontar tanda aku akan setia menunggu dia kembali.

Sekarang sudah setengah tahun lebih kepergiannya dan aku belum mendengar kabar apapun dari dia. Inikah yang dia janjikan sebelum pergi dulu? begini kah dia ketika sudah mejajaki dunia baru? kecewa, marah, sedih, bercampur rindu sudah menjadi makanan ku sehari-hari jika mengingatnya. Dari sini aku tersadar bahwa dia tidak akan pernah kembali. Jika bisa aku ingin sekali melupakannya, jika bisa aku ingin sekali tidak mengingatnya. Tetapi aku selalu gagal. Bayangannya terlalu kuat menghantui ku. Kadang aku berpikir ingin sekali membenci nya tetapi aku terlalu merindukannya untuk membencinya. Kenangan indah bersamanya lah yang membuatku masih bertahan sampai saat ini.

Tanpa dia sadari aku selalu menunggunya walau tak bisa ku katakan. Setiap ada jam kosong di kelas, aku selalu merebahkan kepalaku di atas meja sambil melihat indahnya langit yang kulihat dari jendela, dan mendengar dentingan suara jam tanganku yang berdetak setiap detik. Dari situ aku bertanya di dalam hati, ini sudah menjadi detik keberapa atas kepergianmu?, berapa detik lagi aku akan menunggu?, berapa detik lagi kamu akan kembali?, berapa detik lagi kamu akan menghubungi ku?, mungkin itu 1 detik lagi, atau puluhan, ratusan, atau bahkan jutaan hingga triliunan detik lagi. Entahlah aku menghitungnya hingga aku bosan dan tertidur dengan berlinang air mata yang kusembunyikan dari teman-teman ku. Berapa lama lagi akan begini?

ADVERTISEMENT

Aku berusaha tersenyum setiap hari untuk menutupi rasa kehilangan ku. Suaramu, Wajahmu bahkan aku masih mengingatnya. Aku ingin melihat mu, aku ingin melihatmu sekali lagi, apa kamu sudah melupakan semua tentang aku? Aku ingin melihatmu.

Cerpen Karangan: AVP
Facebook: yuuyake ni kieta

Cerpen Diary Rintikan Gerimis Membawa Kenangan merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Harapan Yang Hilang

Oleh:
Kita dipertemukan dalam sebuah lingkungan. Lingkungan yang mengharuskan kita untuk bertemu setiap hari. Ada kalimat “Cinta datang karena terlalu sering bersama” dan mungkin itulah yang aku rasakan padamu. Aku

Untuk Kamu Yang Sempat Hadir

Oleh:
Apa kabar? Udah lama kita tidak berjumpa, jangankan berjumpa, saling sapa pun sudah tidak pernah lagi. Aku maklumi itu semua aku menghargai kehidupanmu, dan kamu? Entahlah masih peduli dengan

Rindu Kembaran

Oleh:
Di tengah gemuruh acara-acara pondok, di setiap kegembiraan yang menghampiriku disitu pula mata ini meneskan air mata. Bukan tangis duka maupun tangis sengsara akan tapi itu semua tangis rindu,

Cinta Mikha

Oleh:
23 Desember 2014 merupakan hari perpisahan antara aku dan dia. Namaku Mikhaila Putri, biasa dipanggil Mikha, aku kuliah di salah satu universitas swasta di Jakarta. Dia adalah mantan pacarku

Kita Perlu Bersabar

Oleh:
“Ada satu hal yang terlihat kecil namun ia seperti suatu bilangan Besar dalam Metode BIG-M Pemrograman Linier. Satu hal itu tertanam dalam hati. Dan ia kau kenal dengan H.A.R.A.P.A.N”

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

One response to “Diary Rintikan Gerimis Membawa Kenangan”

  1. Aufa liddini says:

    Bahasa cerpennya masih terlalu monoton. Sebenarnya ceritanya menarik, tapi alangkah lebih menarik lagi kalau diiringi bahasa sastra karena akan lebih menghayati pembaca

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *