Kepercayaan

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Kisah Nyata, Cerpen Pengalaman Pribadi
Lolos moderasi pada: 8 July 2016

Namaku Nela, seorang mahasiswi semester 4. Kurang lebih satu tahun belakangan ini aku menjalani hari-hariku seorang diri, tanpa adanya orang yang begitu spesial. Aku bahagia dan tidak merasa kesepian karena selalu ada sahabat dan teman-temanku yang slalu membuat hari-hariku lebih berwarna. Dan ada juga seorang wanita luar biasa paruh baya yang selalu menguatkan dan memberiku nasehat, untuk selalu sabar dan berdoa meminta kepada Tuhan YME. ya, dia adalah ibuku. Tempatku mencurahkan segalanya, tempatku bersandar dan tempatku meneteskan air mata dikala aku aku tak mampu lagi menghadapi kenyataan pahit hidup ini.

Pernah sekali aku merasakan tak mampu lagi untuk hidup di dunia ini, dan ingin mengakhiri semuanya. Hanya karena aku salah jatuh cinta pada lelaki yang salah. Dan sekali lagi, untuk kedua kalinya. Aku kembali merasakan hal yang sama. Tak mampu lagi kurasakan nafas, terasa sakit disetiap bangun pagiku.

Dia! Aku menang sudah mengenalnya beberapa bulan yang lalu melalui media sosial, tapi karena profesinya yang berbeda dari yang pegawai kantoran yang lain kami pun jarang berkomunikasi.
Saat itu aku santai-santai saja dan tak berharap lebih pada seorang yang baru kukenal dari sosmed. Aku hanya berkata “ahh, bodo amat.. mau dia bbm aku atau tidak terserah. Yang penting kita udah berteman..”
Lalu seiring berjalannya waktu, kami jadi sering berhubungan melalui bbm walaupun tidak setiap hari. Tapi aku senang mendapat teman baru.

Beberapa hari kemudian, dia menghilang entah kenapa. Dia sibuk atau gimana, aku juga tidak tau. Tapi dengan tiba-tiba dia datang padaku dan berkata
“aku boleh dak sayang sama kamu, nel?”
Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba dia bicara seperti itu. Lalu aku bertanya kenapa bisa tiba-tiba, lalu dia menjawab
“karena aku dak mau mendam perasaan aku ke kamu nel..”
Aku hanya bisa diam membaca pesan darinya. karena aku tak ingin berharap terlalu banyak, aku hanya meresponnya dengan gurauan kecil. Tapi, dia tidak terima dengan gurauanku
“ini serius nel…” katanya.
Lalu aku membalas pesannya
“Kalau kamu memang benar sayang, coba kamu buktikan, ngomong langsung sama orangnya. Biar semua jelas..”
Dia mengiyakan dan siap melaksanakan, untuk membuktikan bahwa dia serius dengan perkataanya.

Hari itu aku menunggunya sampai malam minggu, lalu dia menelepon kalau sebenarnya dia ingin bertemu malam itu. Tetapi dia tidak bisa karena ada kerjaan malam, jadinya dia memintaku untuk teleponan saja.

Cukup lama kami bicara di telpon, tertawa bersama menceritakan hal yang lucu. Sampai saatnya tiba, dia membuka pembicaraannya yang serius. Bahwa ia ingin bersamaku, menjadikanku yang terakhir dalam hidupnya. Tanpa rasa ragu aku pun menerimanya sebagai sepasang kekasih, dan kami pun resmi menjadi sepasang kekasih. Disaat itu yang aku rasakan hanyalah, kebahagiaan bersamanya. Awalnya berjalan mulus, tapi nasib baik tidak berpihak padaku. Bahagia yang kurasa hanyalah sekejap.

Hari demi hari kami isi dengan pertengkaran, ada saja yang ia tak suka dariku semua yang aku lakukan dan yang aku ucapkan tak pernah benar di matanya. Kesalahanku yang membuat ia semakin marah, ketika ia melihatku jalan berdua bersama teman lelakiku. Susah payah aku menjelaskannya, ia semakin tak percaya. Dia menuduhku tidak menghargainya sebagai pacarnya, aku mencoba mengerti apa yang dia rasakan. Aku hanya ingin dia memahami bahwa apa yang dilihat, bukanlah apa yang ada di pikirannya. Sehari aku mendiamkannya, aku kira kami akan berakhir begitu saja. Tapi setelah aku bertanya, dia mau memaafkanku.
“karena aku masih sayang sama kamu jelek, jangan jalan sama cowok lain lagi ya…”
Mataku mulai berkaca-kaca, aku bahagia karena dia tak meninggalkanku dan masih tetap tinggal bersamaku. Aku berjanji padanya untuk tidak menggulang kesalahanku.

Beberapa hari terakhir, hubungan kami membaik, kami kembali bersenda gurau. Malam itu aku mengajaknya untuk ke luar dan dia membelikanku makanan. Saat menunggu, aku tidak sengaja mencerita kan hal yang tak ia suka, dan membuat hubungan kami kembali berakhir untuk selamanya. Kembali ia mengecek isi handphoneku, dia mulai menggelengkan kepalanya. Kucoba meraih handphoneku, tapi dia semakin marah. Begitu tak yakinkah kamu padaku? Kata maaf tak henti aku ucapkan, aku tak mengerti apa yang ada di dalam pikirannya tentangku, tentang seberapa besar ia mencintaiku. Yang aku tau hanyalah, aku selaku salah dan dia tak mau menpercayaiku. ya, aku menuruti apa maunya. Pesan terakhir darinya yang masih aku ingat, dia berkata padaku
“Saya tidak mau mengemis cinta padamu, dan maaf saya tidak percaya lagi padamu. Cukup sampai disini aku mengenalmu, jaga dirimu…”

Diam dan menangis, hanya itu yang bisa aku lakukan. Aku sangat kecewa padanya, bahwa ia tak pernah tulus untuk mencintaiku. Mudah sekali baginya untuk berkata bahwa ia tidak ingin mengemis cinta padaku. Tidak lah sulit untuk saling percaya dan saling memahami satu sama lain. Aku sendiri pernah ada di posisi itu, aku percaya sepenuhnya pada orang itu. Sampai saatnya tiba, orang itu sendiri yang menunjukkan bahwa dirinya tak pantas untuk dipercaya.

Aku tak akan menyalahkanmu dan juga ini bukan sepenuhnya salahku, karena itu semua percuma. Tidak akan merubah keadaan. Kini aku hanya bisa pasrah, berserah diri pada Tuhan. Ini jalanmu dan ini nasibku.

ADVERTISEMENT

“Aku tidak memintamu berubah. Tapi bila kita saling mencintai, kita tau apa yang harus kita lakukan. Kita perjuangkan, kita usahakan!..”

Cerpen Karangan: Marselina Natalia
Facebook: Shely Marshelinaa
Marselina Natalia

Cerpen Kepercayaan merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Untukmu Yang Tak Pernah Kembali

Oleh:
Diawal pagi ini kucoba memberanikan diri untuk mulai menggoreskan kisah yang mungkin tidak akan membuatmu tertarik bahkan untuk meliriknya sekalipun. Tidak terasa sudah hampir 10 tahun kita berpisah. Banyak

Tulisan Rindu

Oleh:
Lama rasanya tak kutorehkan sebaris tulisan dalam handphoneku ini. Biasanya setiap berkutat dengannya kususun kata demi kata yang terngiang di kepalaku, kuketik perlahanan dengan keyboard virtualku, dan kusimpan dalam

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *