Seharusnya

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Kisah Nyata, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 23 September 2021

“Assalamualaikum Ayu, pendaftaran di SMA N 1 Seberida belum dibuka kan Yu?” tanyaku kepada Ayu teman satu kelulusanku.
“Waalaikumsalam, iya Ulfa belum dibuka” jawab Ayu.
“Ya udah Ayu, besok kalau udah ada info pendaftaran udah dibuka tolong kasih tau ya”
“Oke” Ayu pun menyetujui permintaanku.

Namaku Ulfa Nur’faida, aku adalah seorang gadis desa yang baru saja lulus SMP di tahun ini. Aku berniat untuk melanjutkan ke sekolah yang lumayan jauh, alasannya sih agar aku menjadi orang yang lebih mandiri. Ada dua sekolah yang kutuju yaitu SMA N 1 Sungai Lala dan SMA N 1 Seberida. Alasan kenapa aku menuju dua SMA itu karena jika aku tidak diterima di SMA N Seberida, aku menuju SMA N 1 Sungai Lala, ataupun sebaliknya.

Aku tinggal di desa dengan jaringan yang susah didapat bahkan listrik pun tidak sampai ke rumahku. Tapi semua itu tidak membuatku putus asa untuk mencari informasi di internet mengenai PPDB tahu ini. So, aku mengetahui kalau mendaftar sekolah harus melalui media online. Tidak hanya itu aku juga mendapat info bahwa PPDB se Riau akan dibuka mulai tanggal 28 Juni sampai 3 Juli. Aku sangat senang ketika aku tau pendaftarannya sebentar lagi akan segera dibuka. Rasanya aku sudah tak sabar untuk mendaftar di sekolah tujuan.

Saat pendaftaran sudah dibuka aku mendaftar bersama sahabatku Nili, dan dibantu oleh tanteku. Kami pun mendaftar di SMA N 1 Sungai Lala terlebih dahulu. Setelah selesai kami pun melanjutkan untuk mendaftar di SMA N 1 Seberida. Tetapi… apa yang terjadi? ternyata sudah tidak diperbolehkan mendaftar di dua sekolah. Sebelumnya aku tidak mengetahuinya. Memang salahku juga tidak mencari tau tentang itu sebelumya. “Tidak apa-apa lah kalau gitu, yang penting aku sudah mendaftar dan semoga diterima” pikirku sejenak.

Akhirnya aku pun memberi tau kepada ibu kalau aku sudah mendaftar. Ibu terlihat senang mendengarnya, Ibu pun selalu mendukungku untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

Tepat pada tanggal 7 Juli, aku mencari tau di website sekolah apakah aku diterima atau tidak. Tetapi apa yang terjadi?, aku yang mendaftar di jalur prestasi tidak menemukan namaku tercantum disana begitu juga dengan sahabatku. Ada rasa kesal, kecewa, marah tapi tak tau pada siapa. Dengan perasaan yang kacau balau aku pun bertanya kepada Ayu yang mendaftar di SMA N 1 Seberida.
“Gimana hasil punya kamu Yu” tanyaku penasaran.
“Alhamdulillaah diterima” jawab Ayu.
Mendengar jawaban dari Ayu, hatiku bertambah kesal. Sebenarnya aku tidak marah padanya hanya saja aku tidak menyangka bahwa takdirku akan seperti ini. “Andaikan dulu aku mendaftar di tempatnya Ayu mendaftar pasti aku dan Nili juga diterima, bukankah nilaiku dan Nili lebih tinggi dari nilainya Ayu…” pikirku. Tetapi ini memang sudah takdirku tidak diterima disana. Entah apa yang menyebabkan aku dan Nili untuk mendaftar di SMA N 1 Sungai Lala terlebih dahulu, padahal dari dulu kami sangat ingin mendaftar di SMA N 1 Seberida. Ini semua memang salah kami, aku sangat mengakuinya. Dan… beginilah jadinya, aku dan Nili tidak diterima disana. Aku mencoba untuk bersabar walaupun sangat menyakitkan.

“Gimana hasilnya?” tanya Ibu ku.
“Gak diterima Bu” jawabku sambil mengusap air mata yang mengalir di pipiku. Ibu terlihat begitu sedih mendengar jawaban dariku.

Saat malam tiba aku terus memikirkan keaadaanku. “Kenapa aku tidak diterima disana?, apa nilaiku kurang bagus. Tidak. Tidak mungkin, bagaimana bisa, selama SMP aku tidak pernah keluar dari sepuluh besar. Bahkan aku pernah mendapatkan peringkat pertama, bahkan juara umum, dan bukakankah nilai kelulusan SMP di sekolah kami tahun ini, aku mendapatkan nilai yang lebih tinggi?” segala pertanyaan muncul di pikiranku yang kalang kabut. Aku sudah tidak peduli dengan omongan orang yang mungkin menyebutku bangga akan nilaiku. Aku tidak sombong tetapi memang seperti itu kenyataanya. “Sudahlah aku tidak tau.. mungkin bukan salah nilainya tetapi ada kesalahan lain, bisa saja kami ada kesalahan dalam mengisi formulirnya” aku mencoba meyakinkan diriku sendiri.

Keesokan harinya Nili mengambil keputusan, dia bilang kalau dia akan berhenti sekolah tahun ini, dan akan mencoba mendaftar lagi tahun depan. Aku yang mendengarnya tidak yakin akan keputusan Nili. Tetapi harus bagaimana lagi, sekolah sudah ditutup pendaftarannya, lalu aku harus apa?. Memang masih ada sekolah yang masih dibuka pendaftarannya waktu itu. Tetapi SMK swasta. Haruskah aku masuk disana?. Tidak. Aku tidak akan masuk disana, aku merasa tidak ada jurusannya yang kuminati, lagipula Ibu tidak setuju begitu juga dengan abangku. Akhirnya aku juga memutuskan untuk berhenti satu tahun. Walaupun berat tapi harus kujalani.

Hari ini tepat pada tanggal 12 Juli, dimana hari ini merupakan hari pertama siswa/siswi baru masuk sekolah. Kulihat banyak teman-teman sebayanya ku lewat didepan rumahku. Kulihat juga Abangku juga sudah mengenakan baju yang rapi untuk berangkat sekolah, dimana abangku dan teman yang lewat di depan rumahku bersekolah di SMK yang kusebutkan tadi. Mungkin dari dulu mereka sudah memutuskan untuk masuk SMK, dan mendaftar disana. Kulihat mereka mengenakan seragam putih abu, mereka terlihat sangat rapi, dan bersemangat untuk pergi ke sekolah. Aku yang melihat mereka hanya bisa berdiri di balik jendela dengan perasaan yang sulit untuk dijelaskan, yang paling menonjol adalah rasa iri.

ADVERTISEMENT

Dalam hatiku “Seharusnya sekarang aku seperti mereka. Seharusnya aku ikut mengenakan seragam putih abu. Seharusnya aku menyandang tas sekolah. Seharusnya aku menulis di buku yang baru. Seharusnya aku duduk di kelas yang belum pernah kutempati. Seharusnya aku melihat teman-teman baru. Seharusnya aku mengenal guru-guru baru. Seharusnya aku menjadi murid baru di sekolah idamanku sejak dulu”. Dalam pikiranku selalu ada kata “seharusnya” yang sekarang tidak bisa untuk ku lakukan. “Kenapa?. Kenapa semuanya begini?, kenapa aku harus seperti ini?.” hatiku bertanya-tanya. Tetapi aku berusaha untuk membuang semuanya jauh-jauh dari pikiranku. Aku berusaha untuk tidak menyalahkan mereka, menyalahkan orangtua, menyalahkan teman dan sahabatku, menyalahkan diriku, apalagi menyalahkan Allah. Aku percaya yang namanya takdir. Aku percaya suatu saat Allah akan memberikan yang tebaik untukku. Ada saatnya aku untuk bahagia, karena Allah sudah mengaturnya. Aku lebih percaya Allah, karena Allah lebih tau sedangkan aku tidak tau.

Cerpen Karangan: Uut Permatasari Sari
Blog / Facebook: Uut Permata
TTL: Lada Usang, 02/08/2006 (Riau)
Hobi: Membaca, dan menyanyi (tapi suaraku falez, hehehe)
Ini adalah kisah nyataku, semoga tidak ada yang salah paham dengan cerpenku ini ya.. nama tokoh disini sengaja kusamarkan. Mohon maaf ya
.. jika banyak yang salah karena aku baru pemula. Yang mau berteman hubungi akun sosmed ku ya,aku orangnya asik kok tapi cuek dikit, wkwkwk.

Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 23 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com

Cerpen Seharusnya merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Pertama dan Terakhir

Oleh:
Dea sedang duduk santai di depan kelasnya bareng teman teman gengnya yang lagi pada ngerumpi. “Lihat deh ke lapangan si Redo cakep banget ya”. “Apalagi kalau lagi main Basket

Sebatas Patok Tenda

Oleh:
“Dengarkanlah suara hati ini Suara hati yang ingin kudendangkan Tak mampu untuk kusampaikan Kan kuungkapkan lewat laguku” Lagu itu perlahan mengalun di music player-ku. Aku menghentikan aktivitas minum kopiku

Dua IPA

Oleh:
Bulan-bulan pertama aku menduduki bangku kelas dua SMA, lebih tepatnya lagi di kelas dua Ipa. Untuk orang seperti aku Ipa adalah pilihan yang paling salah untuk dipilih, dengan kemampuan

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *