Destiny

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Fiksi Penggemar (Fanfiction), Cerpen Korea
Lolos moderasi pada: 8 July 2018

Pertemuan dan perpisahan itu datang begitu saja. Tanpa adanya rencana dan tanpa ada seorang pun yang tahu. Termasuk dengan kedua manusia berlawanan jenis ini.

Mereka dipertemukan dengan ketidaksengajaan yang dinamakan oleh keduanya sebagai takdir. Takdir yang sama sekali tidak bisa dihindari.

Hari itu awan hitam bergerumul mendung. Bahkan rintikan hujan sudah mulai turun ke bumi dengan cukup deras.

Gadis bernama Choi Sooyi beberapa kali mendesah. Hari sudah hampir malam tetapi ia masih terjebak di halte bus ini. Sendirian dan kedinginan.

Sudah sejak tadi kedua tangannya memeluk dirinya sendiri. Bibirnya sudah terlihat pucat. Rambutnya yang rapi juga sudah mulai lepek karena terkena rintikan hujan beberapa saat yang lalu ketika ia berlari ke halte ini.

Ia mengutuk nasib sialnya hari ini yang dirasakan seperti tidak ada habisnya.

Ia terpaksa harus tinggal di sekolah lebih lama untuk menyelesaikan tugasnya yang harus dikumpulkan keesokan harinya. Sekarang ia harus menunggu bus yang belum tentu ada atau tidak, dengan cuaca buruk seperti ini. Sialnya lagi ia sama sekali tidak membawa jas hujan ataupun payung.

Disela kekhawatirannya, ia mendengar suara langkah kaki terburu-buru menuju halte. Dari ekor matanya ia dapat melihat seorang laki-laki yang duduk di sebelahnya. Laki-laki itu menyeka rintikan hujan yang menempel pada mantelnya dan setelah itu Sooyi mengalihkan perhatiannya dari laki-laki di sampingnya.

“Kau menunggu bus?”

Sooyi mendengar laki-laki itu bertanya. Tetapi ia tidak tahu apakah pertanyaan itu ditujukan kepadanya atau bukan. Takutnya jika ia menjawab ternyata pertanyaan itu bukan untuknya, ia akan malu setengah mati. Jadi ia memilih diam.

ADVERTISEMENT

“Hei,” pundaknya merasakan ada sebuah tangan yang mendarat. “Aku bertanya kepadamu.”
“Oh eh aku?” Sooyi menunjuk dirinya sendiri. Laki-laki di sampingnya ini tertawa.
Sooyi mengerutkan keningnya tidak suka, “Apakah ada yang lucu?”
“Tentu saja!” katanya masih tertawa. “Kau sangat lucu saat merespon pertanyaanku.”
“Jangan tertawa! Aku bukan pelawak!” pekik Sooyi kemudian. Ia membatin betapa tidak sopannya laki-laki di sampingnya ini. Menertawakan seseorang yang bahkan tidak dikenalnya.

Perlahan laki-laki itu menghentikan tawanya lalu tersenyum penuh arti kepada Sooyi.
“Maafkan aku. Aku tidak bermaksud.” katanya.
Sooyi mengangguk-anggukan kepalanya dan kembali mengalihkan perhatiannya selain pada laki-laki disampingnya.

Laki-laki itu kembali tersenyum beberapa saat lalu dengan cepat ia melepaskan mantelnya, “Ini.”
Sooyi menoleh, “Apa ini?”
“Mantel. Pakailah, aku tidak yakin hujan ini akan berhenti dalam waktu dekat. Aku juga tidak yakin akan ada bus yang lewat di jalan yang lenggang seperti ini.”
Sooyi menggigit bibir bawahnya. Ternyata laki-laki ini cukup baik dan cukup sadar degan keadaan seperti ini.

“Ambillah.” Laki-laki itu masih bertahan dengan menyodorkan tangannya yang memegang mantel.
“Aku…,”
“Ambillah. Aku sama sekali tidak menerima penolakan!” ada nada ketegasan yang terdengar dari mulut laki-laki itu.
Sooyi menerima mantel itu dengan ragu. Ia melihat wajah lelaki di depannya yang tersenyum meyakinkan.

“Bagaimana dengan kau?” tanya Sooyi, tersirat rasa khawatir dan tidak enak dari pertanyaannya.
“Tenang saja, kau jangan mengkhawatirkan aku.” kata lelaki itu kembali meyakinkan. “Pergilah dan hati-hati.”
Sooyi tersenyum membalas semyuman laki-laki asing yang baik padanya ini.
“Terimakasih. Aku harap kita bisa bertemu lagi untuk mengembalikan mantelmu.”
“Aku juga berharap kita bisa berjumpa lagi. Sekarang pergilah sebelum ada badai.”
Sooyi mengangguk dan mulai memakai mantel laki-laki itu yang kebesaran di tubuhnya. Mantel itu tahan air dan cukup hangat.

Ketika Sooyi sudah berjalan, lelaki itu memanggilnya. Sooyi menoleh.
“Namamu siapa?” teriak laki-laki itu.
“Sooyi, Choi Sooyi. Dan kau?” Sooyi tidak kalah keras saat berteriak.
“Aku Kim Taehyung. Senang berkenalan denganmu dan sampai jumpa.” Laki-laki itu kembali memamerkan senyum menawannya dan melambaikan tangan riang kepada Sooyi.
Sooyi tersenyum dan balas melambai singkat lalu kembali melanjutkan langkahnya yang terhenti.

Keesokan harinya ketika gadis itu baru saja turun dari bus di halte, ia melihat laki-laki yang menolongnya itu sedang bersender di tiang halte. Tanpa sadar Sooyi tersenyum.
Laki-laki itu, Taehyung, menegakkan tubuhnya ketika sadar gadis yang ditunggunya sudah datang. Senyumnya mengembang, ia pun menghampiri Sooyi.

“Selamat pagi!” sapa Taehyung kelewat ceria.
Sooyi mengangguk dan membalas sapaan pagi Taehyung. Senyumnya masih bertahan di bibirnya sejak tadi.
“Oh, ini mantelmu.” Sooyi memberikan paper bag kepada Taehyung.
Tetapi Taehyung malah mendorong paper bag tersebut dan berkata, “Untukmu saja. Anggap sebagai kenang-kenangan dariku.
“Kenapa?” Sooyi tentu saja mengerutkan dahinya. Perkataam Taehyung tersirat kesedihan yang luar biasa meskipun laki-laki itu menyembunyikannya dengan senyuman.
“Tidak apa-apa. Um, mau menemaniku membolos?”
“Eh?”
Terlambat. Sebelum ia memberikan protes, tangannya sudah ditarik oleh Taehyung. Membawanya untuk menaiki bus lagi.

Keduanya duduk bersebelahan. Taehyung memperhatikan Sooyi yang masih kebingungan. Sadar akan tatapan Taehyung kepadanya, ia menunduk. Ia sangat salah tingkah. Selama ini ia tidak pernah ditatap seperti ini, tatapan yang penuh makna salah satunya kekaguman, mungkin.

Taehyung membawanya ke danau yang sangat indah. Ia terkagum-kagum, ia tidak tahu bahwa ada danau sebagus ini di kota tempat ia tinggal.

“Kau terlihat baru pertama kalinya ke sini.” Taehyung terkekeh.
“Memang.” balas Sooyi yang masih terkagum-kagum.
Taehyung menghentikan kekehannya dan memekik, “Sungguh?”
“Ya aku tidak bohong dan terimakasih untukmu karena telah membawaku kesini.”
Taehyung mengangguk, “Ku harap kau tidak akan bosan untuk datang ke sini.”
“Tentu saja.” kata Sooyi bersemangat.
“Ayo berkeliling. Akan aku tunjukkan hal-hal indah kepadamu.”

Lalu keduanya berjalan beriringan untuk melihat keindahan danau dan sekitarnya. Mereka juga tidak melewatkan untuk berperahu ke danau atau pun bermain permainan air yang memang disediakan.

Tawa keduanya mengiringi kebersamaan mereka. Mungkin orang-orang beranggapan mereka adalah teman yang sudah berteman lama atau mungkin mereka dianggap sebagai pasangan kekasih namun kenyataannya adalah mereka yang sama-sama orang asing di pertemukan dengan ketidak sengajaan.

Setelah puas bermain dan berjalan, mereka memutuskan beristirahat di sebuah kafe yang masih berada di area tersebut.

Mereka duduk berhadapan dan saling memperhatikan. Ada beribu makna dalam tatapan mereka. Ada kebahagiaan juga yang secara tidak langsung mereka sampaikan kepada satu sama lain.

“Terimakasih sudah membawaku pada keindahan di sini.” Sooyi memecah keheningan.

Taehyung mengangguk dan tersenyum. Kedua tangannya menarik kedua tangan Sooyi yang berada di atas meja lalu mengelusnya. Sooyi tentu saja terkejut. Jantungnya bahkan tiba-tiba saja berpacu sangat cepat.

“Terimakasih juga karena sudah menjadi temanku. Aku sangat senang berkenalan denganmu.” kata Taehyung.

Sooyi bingung dengan maksud laki-laki yang menyentuh tangannya ini namun ia menutupinya dengan senyuman dan mengangguk.

Setelah hari itu keduanya semakin dekat. Taehyung akan menunggu kepulangan Sooyi di halte tempat pertemuan pertama mereka dan Taehyung akan langsung membawanya ke tempat-tempat yang menakjubkan.

Keduanya semakin mengenal satu sama lain dengan mendalam. Tanpa sadar keduanya telah menumbuhkan bibit cinta di masing-masing hati mereka.

Namun, ada hari dimana Sooyi sama sekali tidak menemukan Taehyung yang bersender di tiang halte dan tersenyum ketika melihat dirinya menghampiri lelaki itu. Tentu saja ia kecewa. Sebelumnya, setiap hari Taehyung memang akan menunggu kepulangannya.

Itu berlaku juga untuk hari-hari berikutnya. Ia sama sekali tidak bisa menemukan batang hidungnya yang seolah hilang ditelan bumi. Ia berusaha menyingkirkan spekulasi negatif dari pikirannya dan menanamkan hal-hal positif tentang kenapa Taehyung tidak datang.

Hingga tiba hari dimana ia dikejutkan oleh dua orang lelaki berjas dan satu orang wanita yang sudah menunggunya di halte.

Setelah menanyakan namanya, wanita paruh baya itu tiba-tiba memeluknya dan terisak. Sooyi tidak bisa berkata apa-apa. Ia masih terkejut karena kedatangan ketiga orang yang tiba-tiba datang.

Wanita itu melepaskan pelukannya dan menyeka tangisnya lalu tersenyum.

“Aku ibu Taehyung dan kedua laki-laki ini adalah ayah dan kakak Taehyung.”

Oh, keluarga Taehyung. Ada apa mereka bertemu dengannya lalu di mana Taehyung?

“Ada hal yang harus kita bicarakan. Maukah kau ikut dengan kami?” kata laki-laki yang ia yakini adalah ayah Taehyung.

Hal yang harus dibicarakan? Apa ada hubungannya dengan Taehyung? Tiba-tiba saja perasaannya tidak enak. Ia berharap tidak terjadi apa-apa dengan Taehyung. Akhirnya ia mengangguk menyanggupi permintaan ayah Taehyung.

Keluarganya membawa ke pemakaman umum. Ia mengerutkan dahinya bingung dan perasaannya semakin tidak enak saja. Jantungnya semakin berpacu cepat.

Lalu ia sampai pada sebuah nisan yang terlihat masih baru. Yang membuatnya terkejut adalah nama yang tertera di nisan tersebut.

Air matanya bergerumul di sudut matanya, siap tumpah kapan saja. Ia menahannya dan menoleh kepada keluarga Taehyung.

“A..ap..pakah ini Taehyung?” katanya terputus-putus dengan suara bergetar. Ayah Taehyung mengangguk sementara Ibu Taehyung sudah kembali terisak dipelukan Kakak Taehyung.

Ia sendiri merasakan tohokan yang sangat keras di relung hatinya. Air matanya sudah tidak tertahan lagi. Ia menangis dalam diam.

Sooyi bersimpuh dan menyentuh nisan itu. Beberapa kali ia menggumamkan nama Taehyung. Ia juga memeluk nisannya. Disela tangisnya, terputar kembali kenangannya bersama Taehyung. Jadi ini alasannya Taehyung tidak menemuinya kembali dan ini pula alasannya Taehyung memberi mantelnya kepada dirinya dan berkata sebagai kenang-kenangan karena lelaki itu tahu bahwa umurnya tidak akan lama.

Sooyi merutuki dirinya sendiri, jika tahu bahwa Taehyung akan meninggalkannya jauh seperti ini, ia akan mengatakan perasaannya kepada laki-laki itu dan menemani sisa-sisa hidupnya.

Beberapa saat kemudian ibu Taehyung menghampiri dirinya dan memeluk lagi. Sooyi membalas pelukan itu dan berusaha saling menguatkan.

Ibu Taehyung melepaskan pelukannya, ia tersenyum disela tangisnya. Jemarinya mengusap air mata di wajah Sooyi.

“Kau cantik, pantas Taehyung menyukaimu.”

Sebuah fakta yang membuat Sooyi terkejut. Ternyata Taehyung menyukainya dan ini semakin membuat dirinya menyesal.

Tiba-tiba tangannya diraih Ibu Taehyung yang memberikan sebuah amplop berwarna biru kepadanya.

“Ini surat dari Taehyung. Ini satu-satunya hal yang bisa ia lakukan ketika ia berbaring di rumah sakit dan menitipkan kepadaku agar memberikannya kepadamu.”
“Taehyung sakit?” tanya Sooyi dengan bergetar.
“Ya, kanker otak stadium akhir,” kata Ibu Taehyung. “Beberapa hari sebelum mengenalmu, Taehyung sudah putus asa untuk hidup. Ia bahkan kabur dari kemoterapinya di hari ia bertemu denganmu. Aku bersyukur karena setelah bertemu denganmu, ia menjadi ceria dan mempunyai semangat hidup. Ia berkata bahwa kau adalah teman sekaligus cinta pertamanya.”

Hati Sooyi tentu saja sakit mengetahui kenyataan tentang Taehyung. Laki-laki itu menyembunyikan kesedihan dan kesakitannya dibalik tingkah cerianya.

Dipeluknya surat dari Taehyung. Ini adalah kenangan yang Taehyung tinggalkan selain mantel dan momen indah bersana lelaki itu. Ia akan menyimpan perasaan cintanya kepada Taehyung di ruang hatinya dan akan selalu tersimpan dan terkenang. Ia berjanji kepada dirinya sendiri.

TAMAT

Cerpen Karangan: Ayu Indarti
Blog / Facebook: Ayu Indartii
Nama: Ayu Indarti
Asal: Boyolali, Jawa Tengah
Email: ayuindartii99[-at-]gmail.com
Ohya untuk menemukan ceritaku yang lain kalian bisa mengunjungiku di wattpad @ayasquishy
terimakasih:)

Cerpen Destiny merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Goodbye Summer

Oleh:
Musim panas selalu menjadi salam perpisahan di antara kita. “kita seperti kembali kemasa kita masih sekolah dulu. Kau masih ingat sewaktu kita dihukum karena tidak mengerjakan tugas dulu?” tanya

His Promise, Pria Berjersey (Part 1)

Oleh:
Aku benar-benar kesal ketika berada di posisi ini. Menunggu, adalah hal yang paling dibenci setiap orang. Tidak terkecuali Aku, karena Aku juga orang. Namun, entah kenapa berulang kali juga

Haunted Hause (Homokulus)

Oleh:
“Hantu alah gak mungkin ada hantu” kata kata yang pasti keluar dari mulutku yang tidak percaya akan adanya hantu, tapi ternyata mereka ada sesekali muncul di hadapan kita, akankah

Love is Really Pain

Oleh:
Bulan purnama masih setia menggantung di atas sana dengan kepersikannya yang membias, melapisi legamnya langit yang bercorak awan-awan pembawa takdir. Lengkingan suara jangkrik yang khas sepertinya mendominasi kesunyian malam

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

One response to “Destiny”

  1. Dwiezy says:

    Semangat..

Leave a Reply to Dwiezy Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *