Tidak Harus ke Jepang
Cerpen Karangan: Rachmat Algi FarryKategori: Cerpen Cinta Romantis, Cerpen Lingkungan, Cerpen Perpisahan
Lolos moderasi pada: 15 September 2013
Malam yang gelap, dan dingin yang menusuk tulang, aku masih di teras rumah sambil berdiam diri, itulah yang kulakukan. Aku Algi Farry, duduk di bangku kelas 1 di salah satu sekolah SMK di Lampung dan usiaku 16 tahun. Aku sejak lama ingin sekali pergi ke Jepang, dimana aku bisa melihat sakura mekar, memancing di sungainya yang bersih, atau memberi makan burung-burung liar. Berbeda dengan Indonesia, dimana hanya mall atau pasar malam saja yang bisa dijadikan tempat rekreasi. Pernahku bertanya pada diriku, mengapa Indonesia tak seperti negara-negara kebanyakan seperti jepang, disini sungainya kumuh, banyak asap kendaraan, dan gunung yang terus ditambang. Apa orang Indonesia tak peduli lagi dengan lingkungannya, membuatku tambah resah.
Sudah terlalu malam, aku harus tidur. Sebenarnya suasana malam yang dingin ini memaksaku untuk berlama-lama bersamanya, namun aku harus tidur jika aku ingin bangun pagi.
Pagi telah menyapa, raja siang menyoroti cahayanya kearahku, tak terasa hari sudah pagi. Ibu menyiapkan nasi goreng untukku, akupun langsung melahapnya. Karena ini hari libur, Pagi yang cerah ini aku tidak mau di rumah terus-terusan, aku ingin pergi ke pantai kalinda resort (pantai ternama di Lampung) meski aku sendirian untuk mengisi liburan. Sebenarnya aku ingin berenang, namun aku berfikir tak enak bila berenang sendirian jadi aku ingin memancing saja.
Sesampainya di pantai, aku menikmati suasananya yang indah, tanpa suara kendaraan dan bau asap knalpot, sungguh indah dan membuatku ingin memancing di tengah-tengah laut. Saat aku ke pantai dan ketika itu juga pandanganku beralih pada sosok gadis muda berpakaian putih sedang duduk sendirian, Entah karena melamun atau sedih yang jelas aku tidak tau. Karena penasaran, aku memberanikan diri untuk menyapanya. saat kutemui tak kusangka dia cantik, berambut hitam dan aku pun tertarik padanya. Seketika itu Aku menyapa gadis itu “hhhai, nama saya Algi, saya liat kamu sedih, kenapa?” tapi ia menjawab, “sorry, I not understand which you tell”. Kurasa ia orang WNA, dengan berbahasa inggris, Aku kembali bertanya kepadanya dan ingin berkenalan dengannya. “hello, my name is Algi, may know who is your name?”, Tanyaku sambil tersenyum. Dan kami saling bekanalan.
Tak kusangka ia adalah warga jepang. Namanya adalah Natsumi Yukiteru, dari kota Yokohama, Jepang. Pantas saja ia berwajah asia, ku bertanya kepadanya mengapa dia sedih namun tidak mau menjawab, yah… Wajarlah, aku kan baru berkanalan dengannya tak mungkin langsung akrab. Aku merasa kasihan padanya, lalu dengan rasa takutku memberanikan diri untuk mengajaknya memancing. “hai”, itulah yang kudengar dari mulut natsumi yang berarti iya. (bahasa jepang). Tak kusangka dengan mudahnya ia menerima ajakanku. Aku senang karena ada yang menemani ku memancing mesikpun baru kenal. Dengan perahu kecil yang ku sewa kami pergi ke laut. Terasa membosankan disini, kami tidak saling bicara, maupun tertawa. Di hatiku berkata “Kalau begini jadinya untuk apa aku mengajaknya memancing, huh”. Sambil memegang pancinganku yang belum dapat apa-apa, tiba-tiba pancinganku terasa ada yang menarik, ternyata ada ikan kakap sebesar lengan terpancing. Sontak itu juga membuat Natsumi terkejut, ikannya memberontak sampai kami kebasahan. sayangnya ikannya lepas. Tetapi itu malah membuat Natsumi tertawa. Aku senang karena membuat Natsumi yang tadinya sedih menjadi tertawa dan akhirnya kami menjadi akrab.
Ia bercerita kepadaku bahwa ia sedih karena ia berlibur ke indonesia bersama keluarganya namun kakaknya tidak bisa ikut karena sakit. Natsumi sangat menyayangi kakaknya. “don’t shy”, kataku kepadanya. Setelah itu kami kembali ke pantai karena tak mendapatkan hasil apapun. Kami bermain di sepanjang pantai itu, mengobrol dengan bahasa apa adanya. Sangat menyenangkan dengan Natsumi, teman pertamaku dari negara asing. Suasana di saat itu telah memberikan rasa kebersamaan kami berdua yang berbeda bahasa dan negara ini. rasa jenuh kami kian menghilang. Hari mulai sore, burung-burung kembali kesarangnya, dan matahari telah terbenam. Inilah saatnya aku pulang kembali dan berjanji padanya untuk kembali besok untuk bertemu dengannya lagi. Hal ini terus kulakukan setiap hari saat ku mempunyai waktu untuk menemuinya di kalianda resort, kami saling mengajari bahasa kami satu sama lain, berbagi pengalaman di Negara kami masing-masing. Dan kami akhirnya menjadi kekasih setelah Natsumi berkata “daisuki desu”(aku suka kamu) kepadaku.
Suatu hari kami berteduh di bawah pohon rindang nan teduh sambil tidur-tiduran, aku sempat sesekali bertanya pada Natsumi, “hei Natsumi, tinggal di jepang pasti menyenangkan, iya kan!”. Iya menjawab “tidak juga, Di tempatku sulit untuk melihat pantai seindah ini yang banyak pohon kelapanya, burung camar yang mencari makan, jauh dari perkotaan, dan bertemu dengan orang sepertimu. Betapa beruntungnya aku bisa pergi ke Indonesia mesipun tanpa oni-chan” (panggilan kakak). Perkataannya itu membuat ku berpikir bahwa untuk apa ke jepang, aku sudah cukup senang bersamanya, menikmati suasana pantai dengannya bagiku sudah cukup. Membuatku berpikir Indonesia tak kalah menyenangkan dan tak seburuk yang ku pikirkan. Aku mengagumi jepang tapi Natsumi juga megangumi Indonesia, aku menjadi bangga betapa beruntungnya bisa tinggal di indonesia. Natsumi pun pasti berpikiran sama sepertiku.
Sebulan telah berlalu, sudah lama natsumi berlibur ke indonesia dan saatnya ia harus pulang. Hatiku sedikit berat, ku geretakkan gigiku agar berusaha tidak menangis. Ia akan pulang dengan pesawat. Ironisnya adalah aku tidak memberitahukan keberangkatannya besok. Mungkin ini dilakukannya agar aku tidak perlu memikirkan kepergiannya, padahal aku baru saja menjadi pacarnya. Kesal, Itulah yang kurasakan. aku tau keberangkatanya setelah membaca sepucuk suratnya yang kutemukan di balik pohon tempat kami selalu berteduh. Aku menangis saat membacanya, di suratnya tertulis ; ( “Gomenasai, maaf ya Arugi jika aku tidak meritahukanmu sebelummya jika aku harus pulang secepatnya setelah kutahu onni-chan sudah sembuh, Jadi aku tinggalkan surat di pohon ini. Aku mungkin akan kembali ke Indonesia setahun lagi, kuharap kau tak melupakanku. Aku beruntung bisa bertemu denganmu, kenalan pertamaku dari Indonesia. Kau pernah bilang kalau aku harus menganggap dunia ini milikmu agar aku bisa mengatur kehidupannya. Itu kata-kata terindah dari ucapanmu hingga aku menyatakan kesukaanku padamu saat itu. Kuharap kita bisa bermain lagi disana ya. o iya satu lagi, daisuke desu….” ) . jika aku bisa melihatnya sekali lagi aku ingin mengatakan padanya kalau aku juga beruntung bisa mengenalnya. Kehadiranmu membuatku mengerti jika aku tak harus ke jepang karena kekurangan dari Indonesia, negaraku sendiri. Indonesia banyak memiliki kelebihan dibandingkan negara lain. Terima kasih Natsumi, aku takkan melupakanmu.
Cerpen Karangan: Rachmat Algi Farry
Facebook: algipari81[-at-]yahoo.co.id
assalamualikum all, ane algi dari lampung, akhir-akhir ini ane suka baca cerpen hingga kepikiran untuk membuat cerpen sendiri. kali ini ane mau kirim cerpen berjudul “tidak harus ke jepang” bagus apa enggaknya tergantung ente-ente semua, tolong di terima ya
Cerpen Tidak Harus ke Jepang merupakan cerita pendek karangan Rachmat Algi Farry, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Bunga Terakhir
Oleh: Amalia DellyantiDi sebuah toko bunga berjejer beribu-ribu pot bunga berbagai ukuran yang berisi tanaman bunga berwarna-warni dengan berbagai jenis. “serangga kamu lagi apa?”. tanya seorang gadis kepada seorang pria yang
Menanti Senja
Oleh: Lina MarlinaTerlihat seorang pria bertubuh tinggi dan tampan ditambah kacamata yang dikenakannya membuat dia terlihat sempurna. Pria itu sedang duduk di pinggir pantai sambil menatap pada senja yang mulai tenggelam,
Galuh Untuk Galih
Oleh: Ikke Fadillah“aku kira kamu nggak akan datang?” “kenapa enggak?” jawab Galih dengan senyum manisnya. Ia memberikan setangkai bunga mawar yang sebelumnya ia sembunyikan di balik badan atletisnya. Galuh tersipu, matanya
Sahabat yang Nyata dan Setia
Oleh: AzzaNamaku Zahra, aku mempunyai 2 sahabat yang bernama Lia dan Khana. aku lebih menganggap Khana sebagai sahabatku. Tapi entahlah, kenapa aku lebih sering bermain bersama Lia, aku juga heran.
3 Sahabat dan Adik Masa Lalu
Oleh: Anggita Anggraini“Hufffttt” kata ketiga gadis remaja ini sambil membaringkan tubuh mereka ke sofa (karena mereka tinggal di rumah yang sama). Mereka adalah anggita, pipit dan riska, 3 sahabat yang tak
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply