Miss Es Batu

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam), Cerpen Lucu (Humor), Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 8 February 2016

Gue lagi bingung mau ngapain, pekerjaan rumah udah gue selesaikan dengan amat baik dan dengan gaya yang super duper indah. Bayangin aja setiap pagi sebelum gue berangkat kuliah gue pastiin gue sudah selesai menyetrika pakaian sambil roll depan, melipat pakaian sambil push up, cuci piring sambil sikap lilin, dan nyuci pakaian sambil berenang kayak penyu. Ngomong-ngomong penyu kasihan ya mereka sekarang udah hampir punah, nggak habis pikir gue sama orang-orang yang hampir membabat habis spesies unyu-unyu badai ini hampir punah. Untung aja masih ada orang yang peduli sama spesies ini dengan cara melakukan penangkaran terhadap penyu unyu-unyu. Loh, kok jadi bahas tentang penyu? Oke kembali ke laptop alias kembali ke cerita.

Gue lagi gegana nih, gegana bukan organisasi penjinak bom atau semacamnya ya, tapi gelisah galau merana tingkat SD, SMP, dan SMA. Gue bingung mau ngapain, mau baca novel eh novelnya nggak ada. Gue memang sangat suka baca novel, bahkan gue biasanya suka nangkring di toko buku buat baca-baca buku gratis. Itu gue lakuin kalau lagi akhir bulan soalnya nggak ada duit. Gue juga suka sama aroma buku-buku yang masih terbungkus rapi. Entahlah, memang sedikit aneh tapi gue suka banget, seperti ada sesuatu yang membuat gue terhipnotis.

Karena lagi nggak ada buku buat jadi pelampiasan gue, makanya gue beralih pada hobi gue yang paling utama dan paling gue suka apakah dia? Jeng, jeng.. gue suka makan es batu, ya ya ya rada aneh bin ajaib. Cewek secantik dan sepinter gue suka makan es batu oh my god. Tapi itulah kehidupan, terkadang yang nggak kepikiran oleh orang lain malah jadi kebiasaan kita. Dan inilah gue Resky Amaliah Salam yang punya hobi makan dan kunyah es batu. Rasanya agak gimana-gimana gitu kayak ada kriuk-kriuknya gitu. Jadi pagi itu gue putusin buat makan alias kunyah-kunyahin es batu sampe lumer di mulut gue.

Tapi apa yang telah terjadi semuanya di luar dugaan gue. Saat dengan semangat berapi-api bak pahlawan yang sedang berada di medan tempur gue membuka pintu atas kulkas. Namun apa yang telah terjadi es batu gue nggak ada, apa mungkin nyokap lupa bikin es batu semalam. Au ah gelap hanya nyokap dan Tuhanlah yang tahu. Jadi dengan berat hati, berat tangan, berat kepala, dan berat kaki gue ngelangkahin kaki gue yang putih mulus kayak asanti ini pergi ke warung Mpok Rehan.

Ya sekitar empat sampai lima rumah dari tempat gue menginjakkan kaki. Nggak susah sih buat dapetin es batu di deket rumah gue. Jadi setiap hari gue bisa makan dan kunyah-kunyahin es batu sampe puas. Tapi gue lebih seneng buat sendiri es batunya selain lebih hemat kita nggak tahu juga kan kalau orang yang jual es batu itu pake air apaan. Tapi tenang aja, kalau Mpok Rehan gue jamin deh 88,2% air yang dia pake air mateng.

“Kiki!” teriak seseorang memanggil nama gue.
“Apaan?” jawab gue sambil menoleh.
“Dari mana aja lo, udah dua kali puasa kita nggak ketemu.”
“cihh! Gimana ada, kita kan baru temenan tiga bulan lalu pas masuk kuliah.”
“Oh iya sorry deh gue lupa.”
“Au ah.”
“By thw way, lo dari mana mau ke mana?”
“Pertanyaan lo elit banget tahu. Gue habis beli cemilan di Mpok Rehan terus mau pulang ke rumah, puas lo sama jawaban gue.” kata gue sambil berjalan meninggalkan Tono.

Hmm.. akhirnya sampe juga di rumah, ya tapi es batu gue agak mencair nih. Akh semuanya gara-gara Tono, pokoknya gara-gara Tono. Bukan gara-gara Wiwin, yaiyalah kan Wiwin bukan termasuk tokoh dalam cerita ini. Besok di kampus bakalan gue suruh traktir gue makan es batu sepuasnya. Kresss, kresss, kresssshhh. Ah renyahnya es batu Mpok Rehan kedengeran dari Arab sampai Zidrab dan dari Bhojong khenyod sampai Hollywood.

Keesokan hari di kampus..
“Tono!” gue berteriak sampe Ibu kantin pingsan. (tapi bohong)
“Apaan?” Tono menoleh.
“gue mau minta pertanggungjawaban elo.”
“Hah? Emangnya kapan kita ngelakuin itu?”
“Dasar anak curut! gue nggak lagi ngomongin begituan dodol.”
“Terus, masalah lo apa?”
“Gara-gara lo es batu buat cemilan gue kemarin jadi mencair, jadi sekarang gue minta lo traktir gue makan es batu.”
“Oh jadi gitu? Ahk gue nggak punya waktu dasar Miss es batu.” sambil meninggalkan gue.
“Apa? Miss es batu?”
“Tonooo!!”

Dengan perasaan kesal dan marah, kesal dan marah bedanya apa coba? gue menuju ke kantin, buat apa ya jelaslah buat meneguk coca-cola yang ada es batunya, biar bisa dikunyah-kunyah lumayan bisa bikin gue sedikit tenang. Di saat gue lagi menikmati suara kerenyahan dari es batu yang gue kunyah eh handphone gue bergetar. “Siapa lagi yang nelepon?” gue rada-rada sensitif kalau ada yang ngeganggu kalau gue lagi ngemil. “oh rupanya Tono ya.”

“halo? Kenapa lo telepon gue? Emangnya ada yang penting?” jawab gue dengan nada datar tanpa ekspresi. “nggak apa-apa sih, pulang nanti kita ke toko buku yuk, sambil menebus kesalahan gue, entar gue beliin deh novel.”
“wah beneran? Oke pulang nanti gue tunggu lo di parkiran depan ya. Oh iya gue maafin deh..”

ADVERTISEMENT

Akhirnya semua mata kuliah udah selesai, jadi dengan riang gembira, sambil bersenandung, lompat tali dan main hoolahop gue menuju parkiran depan. Terakhir yang dua itu lupakan. Tapi Tono mana yah? Lo kok nggak kelihatan, mungkin masih ada dosen kali. Dua menit, lima menit, tujuh menit sampai sepuluh menit Tono nggak datang-datang. Saat gue hampir putus asa Tono datang dengan wajah yang cengengesan.

“Sorry ya Kiki, gue habis ketemuan sama Chika, maklum pacar baru.”
“Apa? lo jadian sama Chika? Cewek yang suka mainin cowok itu?”
lo kok gue nggak rela ya Tono pacaran sama Chika? (bicara dalam hati)
“Udahlah nggak usah dibahas, gue tahu kok kalau lo lagi cemburu, cepet naek, entar keburu sore.”
“Soek! Nenek lo pincang, cemburu nggak mungkin!”

Setelah menempuh sekitar lima belas menit gue dan Tono akhirnya sampai di toko buku, dari luar aja aroma buku-buku udah tercium. Hati gue seneng buanget, tapi gue masih kepikiran sama apa yang dibilang sama Tono barusan. Tono dan Chika? Hmm nggak cocok.
“Eh Miss es batu, cepetan pilih novel yang lo mau. Udah ampir sore nih,” kata Tono membuyarkan lamunan gue.
“Stop panggil gue dengan nama Miss es batu, gue nggak suka.” Hening.

Akhirnya gue memilih sebuah novel dengan judul Life Is Risk yang artinya hidup adalah resiko. Loh kok gue mendadak bisa bahasa inggris ya? Iya soalnya gue baru translate di Mbah Google. Tono dan gue pun pulang. Tono banyak bicara selama perjalanan tapi gue mah diam aja. Tono terus aja ngebangga-banggain ceweknya. Gue cuman jadi pendengar setia doang. Nggak kerasa gue sudah nyampe di rumah, abis itu Tono pamitan untuk balik ke kostannya.

Sudah lama gue nggak ngelihat Tono sejak hari itu, kenapa ya, di kampus juga gue jarang ketemu. Sesibuk itukah pacaran. Entahlah hanya Tuhan dan mereka-mereka yang pacaran yang mengetahui hal tersebut. Tapi ada hal yang sedikit mengganjal di hati gue, kenapa setelah Tono bilang kalau dia dan Chika jadian, gue jadi kepikiran terus ya? Apakah mungkin gue suka sama Tono? gue berharap nggak!

“hai Miss es batu?”
“hah Tono? Dari mana aja kamu?”
“dari mana ke mana? Aku nggak ke mana-mana kok..”
“tapi sudah seminggu ini aku nggak ketemu sama kamu.”
“bener juga ya, mungkin karena aku sibuk. Oiya aku mau curhat nih.”
“curhat apaan, aku bersedia kok ngedengerinnya.”

“aku putus sama chika, dia bilang udah nggak cocok padahal aku tahu kalau dia punya Pil…”
“tuh kan aku bilang juga apa, ngomong-ngomong pil yang kamu maksud apaan?”
“pria idaman lain.”
“kamu yang sabar ya.”
“iya, kamu sadar nggak kalau dari tadi kita ngobrol pake aku kamu.”
“masa sih? gue nggak ngerasa tahu.”
Sejak sore itu pertemanan kami jadi kayak dulu lagi, tapi gue nggak berani buat ungkapin perasaan gue ke Tono gue mau Tono sadar sendiri dengan kehadiran gue di sampingnya. Sebagai seorang pendengar yang baik dan semoga suatu saat nanti Tono bakalan menjadi pendamping hidup gue. Amiin.

Cerpen Karangan: Rati Erwin
Facebook: Rati Erwin
Rati Erwin. Sekarang tinggal di Palopo, Sulawesi selatan. Lahir pada tanggal 23 April 2000. Dapat berhubungan langsung via e-mail dengan alamat Ratierwin9a[-at-]gmail.com dan via facebook Rati Erwin.

Cerpen Miss Es Batu merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Konser Brad

Oleh:
Bradley, Bradley, Bradley. Nama itu yang selalu menggema di penjuru lapangan basket yang ramai. Lapangan itu dipenuhi oleh seluruh penghuni SMA Edelweis. Siang ini, pertandingan antara kelas XII-5 melawan

Sesempit Inikah Dunia?

Oleh:
“cieeee… dhifa lagi liatin foto siapa tuhh?” Ucapku sambil melirik ponsel miliknya “eee.. eenngga.. kok ray gak liatin foto siapa-siapa..” ucapnya gugup Seketika alisku naik seraya menatapnya dengan tatapan

Untukmu 120 Tahun lagi (Part 2)

Oleh:
“Bapake, orang itulah yang membuat kalian besok mati! Hentikan orang itu sekarang juga! Grahhhh!” sergah Reksa sambil berontak. Bapake hanya menarik lengan tangan anaknya agar tidak mengamuk lebih buruk

Anna

Oleh:
Di balik kecantikan yang dimilikinya, Anna ternyata tidak memiliki banyak teman. Anna anak popular di sekolahnya. Pintar serta multi talenta. Di depan junior, senior, bahkan gurunya di sekolah ia

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *