Saraf Dan Kebohongan

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Mengharukan
Lolos moderasi pada: 22 January 2019

Sudah berapa lama aku terbaring di sini? Entahlah. Yang pasti sudah lama. Sebenarnya ini bukan ceritaku, lebih tepatnya cerita teman sekamarku. Leo anderson. Jadi aku tak perlu banyak menceritakan tentang diriku.

Leo adalah orang yang ramah bagiku. Ia tak perlu berkenalan, ia langsung akrab denganku. Yah, memang ia sangat suka bercerita.

Semuanya dimulai saat 1 bulan yang lalu. Dokter bilang aku memiliki penyakit saraf, dimana kinerja otakku tidak berhubungan dengan tubuhku. Ya sebagai contohnya saja jika aku berpikir untuk menggerakkan kaki, aku malah menggerakan tangan.

Saat leo datang, aku dalam keadaan tak sadar. Namun aku dapat mendengar apa yang terjadi walau sedikit tak jelas. Yang pasti sangat ribut.

Saat aku bangun, ia dalam keadaan tak sadar. Tepat setelah itu suster datang dengan infus barunya.

“Oh kau sudah sadar ya.” ucap suster itu, mataku melirik pasien di sampingku.

“Itu teman sekamarmu, leo anderson. Ia punya penyakit gagal ginjal. Kuharap kau bisa akrab dengannya.” suster itu selesai mengganti infusku lalu pergi.

Saat itu mulutku masih sulit digerakkan. Jangankan untuk bicara, untuk tersenyumpun susah. Lebih baik jika ku kembali tidur.

Mungkin esoknya. Aku terbangun. Kulihat leo sudah terjaga dari tadi, ia sedang melihat dunia luar lewat jendela di dekatnya. Letak ranjangku memang tidak dekat dengan jendela jadi aku tak dapat menikmati indahnya dunia luar.

“Hey,” ucap leo yang tahu bahwa aku sudah sadar, “Senang bertemu denganmu, aku leo anderson.” aku hanya dapat menatapnya.
“Sekarang kita akan menjadi teman sekamar. Apakah suster sudah memberitahumu tentangku?” aku mencoba untuk mengangguk walau sulit.
“Aku memiliki ginjal yang lemah, hanya untuk sekedar tahu. Tapi aku tahu soal dirimu.” saat itu aku bahkan belum sempat mengangguk, “Penyakit saraf otak. Kedengarannya seram ya? Aku megerti kenapa kau sulit untuk menggerakkan tubuhmu.”

ADVERTISEMENT

Boleh kuakui, leo adalah orang yang bermulut besar. Ia suka sekali bercerita. Sebelumnya disini terasa sedikit sepi sih.

Kulirik jedela dekat leo terbaring.

“Oh kau mau melihat dunia luar juga, tapi tempatmu jauh.” aku hanya menundukkan kepalaku.
“Biar kuceritakan!” aku langsung menatap muka leo, “Di luar ada taman bunga yang luas, sepertinya itu taman belakang rumah sakit ini. Bunganya bermekaran, warnanya bermacam-macam dan bersinar terkena cahaya matahari.”

Sungguh jika aku boleh bilang, itu adalah momen yang sangat bahagia bagiku. Aku berusaha membayangkan dunia luar lewat apa yang disampaikan leo.
Ceritanya bagai tak habis habis, aku sangat bersemangat mendengarkan ceritannya. Suster juga merasa senang bahwa kami sudah akrab.

Ia tidak hanya menceritakan tentang keadaan dunia lewat jendela, namun juga kisah hidupnya. Tentang keluarganya yang tewas karena kecilakaan, teman gaibnya yang bernama alex, teman baiknya yang bernama jack yang sering berperilaku lucu baginya, dan karirnya yang berubah-ubah.
Aku dapat menyebutkannya satu persatu, karena aku sangat menikmati kisah itu, akhirnya aku punya teman setelah lama berbaring.

Aku bahkan tak mau tidur sebelum ia tidur. Saat ia tertidur, aku sering membayangkan punya teman seperti leo, seperti apa rasanya punya teman seperti jack, atau punya kenalan dari dunia luar. Setelah itu aku pasti tertidur.

Esoknya sama seperti kemarin. Aku meminta ia bercerita tentang dunia luar lagi, ia menengok ke arah jendela.
“Di luar sangat ramai, walau agak mendung. Banyak mobil yang menjual makanan, anak-anak berlarian, ada yang main bola, bermain dengan anjingnya, ada juga yang main layangan. Andaikan saja kita dapat ikut di sana ya.”
“K, kit, kita ak, kan kes, ana na, nti.” tiba-tiba saja aku dapat berbicara lagi. Leo menatapku dengan penuh kebahagiaan.
“Kau bisa bicara kembali! Aku bangga padamu!” ia terlihat sangat girang. Aku juga merasa sangat senang.
Ia semakin semangat bercerita.

Suatu saat ia didatangi oleh salah satu temannya. Hazel greg. Ia memperkenalkan diriku pada temannya. Leo sangat bersemangat. Lalu hazel memberikan bunga yang ia beli dari toko.
“Senang bertemu denganmu, semoga lekas sembuh” itu katanya sebelum pamit pergi.

Semakin lama aku bersama leo, aku semakin merasa sembuh. Sungguh! Sekarang aku dapat mengendalikan tubuhku. Senangnya! Aku dapat menceritakan kisahku pada leo. Dan ia nampak senang mendengarkan.

Sudah lama kami berdua terbaring di sini. Ya sekitar dua bulan. Mungkin.
Namun pagi itu semua nampak sangat beda, leo hilang bersama ranjangnya, ia gak lagi di ruangan ini. Apa yang terjadi padanya! Apakah ia meninggal?! Kepalaku sampai sakit memikirkannya.

Aku benar-benar panik saat itu.

“Ah kau pasti mencari leo?” sapa suster membawa infus baru.
“Iya itu benar, di mana dia?”
“Leo membawa dampak yang besar padamu, selamat, dia di ruang operasi.” aku cuman bisa menundukkan kepalaku. “Hey tenanglah ia akan sembuh, lalu mengunjungimu.”
Aku merasa lega mendengar itu, akan kutunggu kau leo.

Sudah tiga hari aku menunggu, jangankan leo, ranjangnya saja belum kembali. Kupikir ia dipindah menuju kamar lain.
Saat suster datang, aku memintanya untuk menggeser tempatku ke tempat yang dulu leo pakai.

Aku tak sabar meilhat dunia luar dari jendela, terbayang dunia indah yang leo ceritakan, jantungku berdebar tak karuan.

Setelah sampai aku langsung melihat ke arah jendela.

Dan.

Tembok! Aku hanya melihat tembok! Apa apaan ini! Di mana taman indah itu! Dengan bunganya! Dan anak anak bahagia itu!

“Apa yang kau cari di sana, tidak ada apa apa di sana, cuman tembok dari bangunan tetangga.” aku terdiam, apakah ada bangunan yang dibangun saat kami tidur atau mungkin,

Leo, bohong?

“Suster, bolehkah aku bertannya?”
“Tentu.”
“Di mana leo?” suster itu terdiam.
“Di mana?” aku sudah tak sabar menunggu jawaban!

“Dia sudah…
Meninggal.” aku sangat kaget saat itu, namun kupikir ini hanya sandiwara saja.

“Apa! Ohoho pasti leo sudah merencanakan ini, dia sudah sembuh kan?”
“Tidak, dia meninggal seminggu lalu.”
“Bohong.. Aku tak percaya, tuhanku, aku tak percaya.”
“Kami mohon maaf dengan sangat menyesal memberitahu soal ini.” tak terasa mataku sudah mengalirkan airnya.

“Andaikan saja kita dapat ikut di sana ya.”
“Kita akan ke sana nanti.” tiba-tiba aku ingat semua percakapan yang kita lakukan dulu. Tangisanku semakin jadi dan jadi.

Kenapa kau mengingkari janjimu leo! Kenapa kau pergi tanpaku! Apa sebenarnya maksudmu selama ini. Kau bodoh! Kenapa tidak aku saja!

Aku sangat menyesal saat itu, aku tak terima dengan takdir ini. Semua kata itu berteriak di kepalaku. Ditengah tangisku, tiba-tiba aku mengerti satu hal.

Selama ini ia hanya menghiburku. Dengan kebohongannya, ia hanya ingin membuatku bangga, lalu dengan kebahagiaan itu leo membuatku kembali sembuh seperti dulu. Bodohnya aku

Aku terus menangis, seakan leo akan bangun kembali dengan tangisku.

Dan itu tak akan terjadi.

Terkadang aku berpikir lebih baik aku tak pernah mengenal leo dalam hidupku, namun ia mengajarkanku tentang apa itu namanya pertemanan, kebahagiaan, dan kehangatan, mulai sekarang aku harus berjalan sendiri.

Arigato, thanks, terima kasih, leo.

– luca michael

Nb: maaf jika ada kesalahan tanda baca, kami menggunakan notepad.

Cerpen Karangan: Reza Putra Nugraha
Blog / Facebook: Reza Putra Nugraha

Hai, ini Reza, tinggalkan pesan setelah ada suara beep.

“BEEP”

Follow Wattpad saya: BlackPaper4
Terima kasih telah membaca cerita ini.

Cerpen Saraf Dan Kebohongan merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Hujan 23 Oktober

Oleh:
“Namanya Pak Hasir. Adalah petani sayuran. Ia single parent, istrinya meninggal saat melahirkan anak semata wayangnya. Keluarga kecilnya -Pak Hasir dan Nining anaknya- tinggal di lereng bukit daerah Bogor.

Setetes Embun di Pagi Hari

Oleh:
Penderitaan adalah lambang kekuatan jiwa, tak akan aku tukarkan penderitaan ini dengan sukacita manusia. Jiwaku menemukan ketenangan manakala hatiku bersukacita menerima himpitan kesusahan dan kesesakan kehidupan. Hatiku terpenuhi kegembiraan,

Perfect Dad

Oleh:
Ayahnya adalah sosok yang hebat. Pekerjaannya luar biasa, seorang pengusaha dari sebuah perusahaan ternama. Penghasilannya pun luar biasa. Sering kerjasama dengan orang-orang penting. Sering pergi ke luar negeri. Lebih

Kisah Rumah

Oleh:
Rumah, ini kisah tentang sebuah rumah. Ketika malam tiba tempat ini seakan mati, gelap gulita tanpa cahaya. Menjelang pagi, saat matahari mulai menerpa, tempat ini kembali hidup. Suasana rumah

Bubur Untuk Kakek

Oleh:
“Kek, Aisyah lapar..” Rintih gadis kecil berbaju hello kitty yang sudah mulai pudar warnanya. “Sabar ya Aisyah, dagangan kakek belum ada yang laku” ucap kakek sambil sekali-kali mengusap kepala

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *