Gang Di Ujung Desa (Part 1)
Cerpen Karangan: Dodi SaputraKategori: Cerpen Misteri
Lolos moderasi pada: 3 October 2016
Liburan telah tiba, aku akan berlibur ke desa kakek neneku. wah, rasanya pasti asyik, apalagi banyak teman teman desaku yang selalu menungguku dengan guyonan dan candaan mereka. Namun, apakah mereka masih mempercayai rumor gang sempit di ujung desa yang dikenal berhantu?.
Uups… jangan bilang kalau aku lupa memberitahu ini pada kalian. di desaku memang terdapat rumor bahwa di ujung desa terdapat sebuah gang kecil yang diapit oleh sebuah jurang yang dalam dan sebuah rumah bobrok tak berpenghuni.
Anak anak di desaku sangat takut untuk melewati gang itu, karena mereka percaya bahwa jika kita melewati gang itu, kita akan terjatuh ke jurang yang ada di sebelahnya. banyak gosip beredar bahwa rumah di dekat gang itu dikenal memiliki kutukan dan dihuni makhluk jahat yang akan mencelakakan siapapun yang melewati gang tersebut.
Aku sebenarnya tidak terlalu percaya akan cerita itu, namun kakek nenekku sangat melarangku untuk mengunjungi tempat tersebut.
Malam ini aku tak bisa tidur, aku selalu memikirkan gang itu, bagaimana jika aku mengunjungi tempat itu atau bahkan memasuki rumah itu. Tapi siapa yang akan aku ajak?, apakah mereka akan mau jika aku mengajak mereka?. Akhirnya aku memutuskan untuk mengajak 3 sahabatku, mereka adalah Sera, Widy, dan Hesan. aku mengajak mereka saat mengambil buah jambu di kebun kakekku.
“hey.. bagaimana kalau kita mengunjungi gang itu..?”, ajakku kepada ketiga temanku. Sera dan Widy terkejut mendengar ajakanku, hanya Hesan yang kelihatan tenang.
“apa kamu sudah gila, Sazhi..?”, sergah Sera setengah tidak percaya.
“apa kamu sudah lupa kutukan rumah dan gang itu..?” jawab Widy dengan sedikit emosi.
“kami takkan pernah mau mengikutimu, kami tak mau mati..!” tegas Sera yang diikuti dengan anggukan dari Widy.
Tiba tiba Hesan berdiri seraya membersihkan rumput kering di bajunya.
“aku rasa tak ada salahnya kita kesana..!, aku ikut Sazhi..!” jawab Hesan dengan mantap.
Aku pun tersenyum puas, “berarti hanya aku dan Hesan saja yang akan pergi, kalian diamlah disini!”. aku pun segera meninggalkan kedua temanku bersama Hesan.
“heey.. apa yang kalian lakukan..?”, tanya Sera gelagapan melihat mereka ditinggal. “heey tunggu aku… aku ikut..!”, Sera berlari menyusulku dan Hesan.
Sedangkan Widy hanya diam disana tak bergerak.
Aku taku tahu ini akan menjadi pengalaman menakutkan bagiku.
Aku, Sera dan Hesan memutuskan untuk mengunjungi gang dan jurang itu. kami sangat penasaran dengan apa yang ada di rumah dan gang tersebut, hanya Sera yang terus menggerutu pada kami.
“uuh… kenapa sih kalian mau banget melihat gang dan rumah itu?”, tanya Sera seraya menendang bebatuan di sekitarnya.
“heyy… aku memang mengajakmu, tapi kami tak pernah memaksamu..!” jawabku kesal. Hesan kemudian mencibir Sera, “sudahlah Sera, jika kau tak mau. kau tak perlu ikut..!” cibir Hesan pada Sera. Sera hanya diam saja, tapi aku tau kalau dia masih menggerutu.
Tak terasa kami sudah semakin dekat dengan gang itu. disini sangat sedikit orang berlalu lalang, bahkan beberapa rumah tampak kosong, entah karena ditinggal pergi pemiliknya atau memang sudah tak berpenghuni.
“heey… sepi sekali disini..!” keluh Sera melihat keadaan desa yang sangat sepi. Hesan dan aku melihat ke arah kiri dan kanan. memang benar, disini sangat sepi, bahkan tak ada seorangpun berlalu lalang, padahal sekarang masih siang hari.
“heyyy… apakah itu rumah dan gang itu..?” tanya Sera seraya memandang ketakutan ke arah depan. kami pun melihat apa yang dilihat Sera.
“yeey… aku rasa kita sudah sampai..!” Hesan berteriak kegirangan, namun aku merasa aneh, aku merasa seperti ada yang mengawasiku, aku pun memutuskan untuk kembali ke rumah kakekku.
“hey… kurasa, lebih baik kita kembali ke rumah kakekku..!” usulku gemetar.
Sera dan Hesan terkejut.
“heyy… apa maksudmu Sazhi?”, jawab Hesan kaget.
“kurasa kita… kita…”, belum sempat aku menyelesaikan kata kataku, tiba tiba seseorang membentakku.
“heyyy… bocah, apa yang kalian lakukan disini..!?” Bentak orang itu dari belakang kami.
Aku, Sera, dan Hesan menunduk takut di hadapan kakek tersebut.
“sudah berkali kali kukatakan, jangan pernah mengunjungi tempat ini..!” bentak kakek itu pada kami.
“ma.. maafkan kami kek…” jawab Sera gemetar.
“kam… kami… hanya kebetulan lewat saja..”, jawab Hesan pelan.
“kami hanya mau membuktikan kutukan rumah dan gang itu kek..!” jawabku pelan namun tegas. namun kakek itu malah membentak kami lagi.
“tak ada yang namanya hantu dan kutukan disini..!”, bentak kakek itu pada kami.
“tapi kek… kami hanya…!” jawabanku dipotong tegas kakek itu.
“tak ada yang namanya hantu, kutukan, atau apalah itu. aku akan membuktikan pada kalian…!” potong kakek itu seraya berjalan menuju gang itu.
Sera dan Hesan berteriak, “kek… jangan…!” teriak mereka, namun percuma saja, kakek itu tak mendengarkan mereka.
“sudahlah… ayo kita pulang..!” ajakku dengan rasa bersalah, mereka pun menurutiku dan kami mulai berjalan meninggalkan tempat itu.
“AAAAAARRGGGHH” tiba tiba kami mendengar sebuah teriakan dari arah gang itu, kami pun segera berlari kembali ke gang itu.
“cepat… ayo cepat…!” teriakku pada Sera dan Hesan, mereka terus berlari mengikutiku.
Sesampainya kami disana, kami melihat kenyataan mengerikan di hadapan kami.
Tubuh kakek yang tadi memarahi kami, kini telah tertembus ranting pohon dan matanya membuka tajam, seolah ia melihat sesuatu yang mengambil nyawanya.
“ya ampun… apa yang… bagaimana ini terjadi..?” kata Hesan seraya melihat ngeri mayat sang kakek.
“aku… aku tak tahu… tapi… ini bukan kesalahan kita..!” jawabku gemetar. kami terduduk lemas di dekat mayat tersebut.
“maafkan kami kakek.. kami tak bisa menyelamatmu.” ujar Hesan seraya menangis, aku hanya bisa tertunduk di samping Hesan.
“Teman.. teman..” tiba tiba Sera berucap gemetaran seraya menunjuk sesuatu di depan pintu rumah itu.
Kami pun melihat ke arah pintu yang ditunjuk Sera.
Kami berdua terkejut melihat apa yang ditemukan Sera.
Beberapa jejak kaki yang mengarah masuk ke rumah tersebut.
Aku, Sera dan Hesan terkejut melihat jejak kaki yang mengarah ke pintu rumah bobrok itu.
“apa… apa itu jejak kaki, Sazhi..?” tanya Hesan padaku, aku hanya bisa terdiam tanpa bisa menjawab pertanyaan Hesan. sedangkan Sera mulai berjalan ke arah pintu tersebut.
“Sera.. apa yang kamu lakukan..?, kembali Sera..!”, teriakku memperingati Sera. Hesan pun mulai menyusul Sera.
“Sera… hentikan, aku mohon..!”, Hesan berusaha menarik tangan Sera. namun, kemudiam Sera berbalik dan berkata,
“aku merasa aneh, hantu, jejak kaki dan rumah kosong, ketiganya hampir tak berhubungan. bukan begitu..?” ujar Sera kepadaku dan Hesan. kami berdua memikirkan apa yang dimaksud oleh Sera.
“hantu, jejak kaki, rumah. aku rasa itu artinya…!” jawab Hesan yang kemudian berhenti karena menyadari sesuatu.
“ini bukan ulah hantu…!” sahutku lebih terkejut, Sera kemudian mengangguk padaku.
“benar, ini perbuatan seseorang..!” jawab Sera.
Kami pun terdiam dalam takut, bagaimana jika orang yang membunuh kakek itu, akan membunuh kami semua.
“aku akan masuk dan mencari siapa dalang semua ini..!” ujarku marah seraya berjalan cepat ke arah pintu tersebut.
“apa… Sazhi, jangan bodoh…!” Sera dan Hesan memperingatkanku. namun aku tak peduli dan terus berjalan ke arah pintu tersebut.
Kemudian aku merasa pukulan keras di leherku dan semua menjadi gelap.
Aku tersadar di sebuah ruangan gelap dan lembab. aku pun tersadar bahwa tanganku dalam keadaan terikat tali, aku juga melihat Sera dan Hesan diikat di sebuah tiang. aku pun teringat akan rumah di dekat gang itu. apakah kami sedang berada di dalamnya.?
“wahh rupanya Sazhi sudah bangun..!”, sebuah suara mengagetkanku, apakah itu suara pembunuh itu.
“si… siapa itu…?” aku bertanya dengan gemetar.
“Sazhi… dimana kita, kenapa kita diikat..?” Sera terlihat berusaha melepas ikatannya.
“heyy… lepaskan kami…!” Hesan berontak hingga membuat tangannya tergores tiang tempat ia dan Sera terikat.
“si… siapa kamu sebenarnya kamu..?” tanyaku dengan sedikit emosi.
Aku, Sera, dan Hesan mendengar suara derap kaki seseorang, ketika kami melihat ke arah langkah kaki tersebut, kami sangat terkejut dan tak menyangka siapa dia.
“Widy… kamu pelakunya..!” jerit kami bertiga.
Kami tak menyangka bahwa Widy, sabahatku sendiri, menjadi pelaku semua ini.
“hahahaa… bagaimana, kalian rindu melihatku…?” tanya widy sambil memainkan pisau di tangannya. ia mendekatkan pisau tersebut ke arah leherku.
“aku.. aku tak tau, mengapa kau lakukan ini..?” tanyaku gemetar. ia hanya tertawa dan mulai berkata.
“taukah kamu..?, aku selalu merasa kesepian, aku selalu dikucilkan karena aku hanya anak petani susah…!” jawabnya sambil tersenyum miris. aku pun melihat ke arah Sera dan Hesan, mereka rupanya berhasil melepas tali pengikat mereka. aku pun berusaha membuat Widy sibuk dengan ceramahnya.
“aku… aku tak mengerti, kami selalu menyayangimu, aku tak peduli kamu berasal dari keluarga apa..!” ujarku panjang lebar, berusaha mengalihkan perhatiannya.
“kamu bohong Sazhi, kamu berbohong, kamu tak pernah peduli padaku atau siapapun…!” bentaknya keras seraya menusukkan pisau itu ke lantai.
“kamu memandangku sebagai anak yang lemah dan tak bisa apapun.!” ia menunduk sendu. lalu ia mengangkat kepalanya lagi seraya tersenyum.
“sekarang aku puas, aku bisa membunuh semua yang aku benci..!” ujarnya dengan bangga,
“dan aku akan membunuhmu…!” ia mulai mengangkat pisau itu dan mengarahkan pisau itu kearahku. aku hanya bisa menutup mataku.
Cerpen Karangan: Dodi Saputra
Facebook: Dodiabolic Esper (Facebook)
Cerpen Gang Di Ujung Desa (Part 1) merupakan cerita pendek karangan Dodi Saputra, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Hantu Sekolah
Oleh: Shinta RahayuPagi ini cuacanya sangat mendung, aku pun cepat-cepat berangkat sekolah walaupun masih sangat pagi. Dan sesampainya di sekolah aku langsung masuk kelas, dan di kelas belum ada satu siswapun.
Tragedi Berdarah di Perry’s Bookstore (Part 3)
Oleh: MisterEarMario mulai menghilangkan keberadaan dari kerumunan itu layaknya Assasin sebelumnya, setelah Adam menjelaskan beberapa trik yang digunakan pelaku untuk membunuh korban. Adam juga meminta tolong Mario untuk memeriksa kembali
RM Kurma
Oleh: LupinRuwetnya suasana lalu lintas jalan tol Bekasi pada pukul 19-an tak perlu dijelaskan. Bram terjebak di dalamnya. Kesal dan berupaya sabar saling bertindihan. Lembutnya suara penyiar di radio tidak
Hantu Palsu Di Sekolah
Oleh: Renita MelvianyAku berjalan terburu-buru dari parkiran menuju kelas. Aku datang sangat pagi, motorku pun terparkir pertama di tempat parkir Yang masih luas. Datang jam 6 kurang 15 menit, sehingga belum
Wanita di Balik Jendela
Oleh: Riska SetiawatiDaun-daun maple berguguran, menyelimuti hamparan tanah Hembusan angin menampar wajah, membawa kesejukan dalam jiwa. Indahnya musim gugur akan segera berakhir, di bawah pohon maple Anna duduk termanggu mengingat betapa
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply