Lelaki Bayangan

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Misteri, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 23 October 2019

Aroma anyir menyeruak ke seluruh ruangan pengap itu. Udara kelam bercampur akan pekatnya warna merah yang menyebar di salah satu sudut ruangan. Box-box usang menjulang tinggi tidak beraturan disetiap sudut ruangan pengap itu. Cahaya rembulan menyeruak masuk di antara celah-celah kayu yang sudah melapuk. Dua pasang mata saling menatap. Tatapan penuh pengharapan dan tatapan ketakutan akan kehidupan. Di lantai dingin ruangan pengap itu, ada sepasang jejak sepatu meninggalkan bekas darah di setiap langkahnya. Langkah itu perlahan menjauh dibalik gelapnya ruangan, meninggalkan sepasang mata yang penuh pengharapan.

Binar mata gadis itu mengeluarkan titik demi titik air bening yang mengalir lembut di pipinya. Gadis itu tetap melanjutkan langkahnya. Matanya terus mencari keberadaan tersebut, meskipun matanya berserobok dengan seorang laki-laki yang sudah terkapar lemah memegang perutnya yang mengeluarkan cairan pekat merah itu. Gadis tersebut menemukannya. Dengan sigap tangannya meraih gagang pintu berkarat.

Kreek
Gadis tersebut segera berlari keluar. Tapi, hujan sudah menunggunya. Rintikan air itu menyapa tubuhnya. Gadis itu mengadahkan wajahnya ke langit kelam. Terduduk lemah di antara rerumputan. “Hujan” decaknya. Mata gadis itu kembali kabur akan linangan air bening. Sepersekian detik kemudian, pandangan gadis itu tertuju pada pintu yang baru saja dilewatinya.

Dion masih setia menunggu di depan pintu. Menunggu orang tersebut agar segera keluar. Raut wajahnya menyiaratkan jika dia begitu cemas dengan orang dibalik pintu yang menjadi penghalang tersebut. “Airyn, gua mohon buka pintunya. Cerita ke gua apa yang terjadi, Ryn!”

“Dion, Yon…” ulang Airyn untuk kesekian kalinya. Tapi tidak ada yang menyahut disana. Tangan Airyn perlahan membuka pintu dan dia sangat terkejut melihat Dion yang sudah berada di depannya dengan tangan yang menghadang pintu agar tidak ditutupnya.
“Dion, gua lagi nggak enak badan. Mending elu pulang.” Ucap Airyn pasrah ketika Dion menerobos pintu.
“Nggak!”
“Elu sampai kapan kek gini terus sama gua sih?” Nafas Airyn terengah-engah menahan sesak di dadanya. Matanya yang sembab kembali mengeluarkan bening air itu. “Sampai kapan elu-?” Lanjut Airyn dengan suara paraunya.
“Nganggap gua adek elu,” sambung Dion, seperti hal tersebut sudah melekat di benaknya. “Elu juga sampai kapan nganggap kalau gua lebih kecil dari elu, Ryn? Sampai kapan elu nggak percaya sama gua?”
Mata Airyn beralih pada seragam putih-donker yang dipakai Dion.
“Gua emang kek gini, dan gua nggak akan pernah berubah, Ryn.” Ucap Dion seolah mengerti akan tatapan Airyn tersebut.

“Gua siap Yon.”
“Tentu. Elu harus selalu siap Ryn.”
Mereka berdua kini berada tepat di depan pintu kamar seorang pasien RS. Dion membuka pintu kamar itu.
“Elu masuk. Gua nunggu di luar, Ryn”
Airyn mengangguk dan melangkah ragu masuk ke ruangan tersebut. Pertanyaan membucah dan berputar di setiap sela-sela otaknya, menunggu kapan saat salah satu pertanyaan itu akan ditarik oleh Airyn.

“Hai,” sapa laki-laki yang terbaring kamar tersebut.
Airyn tersenyum simpul. “Aku tidak mengganggumu, bukan?”
“Tentu tidak. Aku senang melihat orang yang telah menyelamatkanku datang. Sudah lama aku menunggumu datang, setelah malam itu.”

Ingatan Airyn kembali akan malam itu. Bukannya hanya malam itu, tapi juga mengingatkannya akan memori yang sama. Memori mengerikan baginya, sehingga rasanya pertanyaan-pertanyaan gila itu akan segera keluar dari otaknya tanpa ampun.

ADVERTISEMENT

“Aku punya banyak pertanyaan untukmu, kau punya waktu kan?”
Laki-laki itu mengangguk setuju.

“Gimana, Ryn?”
Airyn hanya menggeleng pasrah.
“Elu nyerah sama semua ini?”
“…”
Dion menghela nafas panjang. Pandanganya beralih ke depan. Menatap orang-orang yang berlalu lalang di depannya. Suasana benar-benar hening. Kursi besi itu semakin terasa dingin bercampur dengan udara malam yang merasuk ke dalam pikiran mereka.
“Setiap elu nyelamatin orang, pasti orang itu adalah anak sekolah.” Ucap Dion pelan. Airyn terusik akan pernyataan Dion barusan. Hatinya mengiyakan pernyataan Dion tersebut. “Orang itu pasti seorang laki-laki yang makai baju sekolah, dan-” lanjut Dion, namun dipotong Airyn yang kini sempurna membulatkan matanya kaget.
“Stop! Darimana elu tahu semua ini?”
“…”
“Jawab gua!” hati Airyn menggebu. Dipenuhi oleh sesak akan pertanyaan-pertanyaan dihidupnya yang menghujam di pikirannya tanpa berhenti.
Dion tersenyum miris pada Airyn. Menghela nafas panjang lagi. “Dari seseorang. Dan gua yakin, elu kenal sama orang itu.”

Lagi. Mereka berada di depan kamar seorang pasien sebuah Rumah Sakit. Tapi ini adalah kamar VVIP. Kamar yang biasanya tempat orang-orang yang hanya tinggal raganya dan semua alat-alat canggih mesin yang menempel di tubuh mereka.
“Ngapain kita kesini?” Airyn membuka pembicaraan, ketika Dion berhenti melangkah dan tampak ragu untuk masuk.
“Gua selama ini cuman pengen bantu elu buat ngingat kembali memori yang pernah elu hilangin, Ryn.” Dion menatap Airyn nanar.
“Apa maksud-”
“-Memori buruk elu. Memori yang akan menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang membuncah di hidup elu selama ini, Ryn.”

Dion membawa Airyn masuk ke dalam ruangan pasien VVIP tersebut. Ruangan tersebut penuh akan semua alat canggih Rumah Sakit. Dan di atas ranjang itu, terbaring seorang laki-laki yang terlelap dengan alat-alat canggih Rumah Sakit yang menempel di tubuh kurusnya.
“Dia orang itu. Orang yang berusaha elu hilangin dari memori elu selama ini, Ryn”

Airyn perlahan mendekat pada tubuh pasien laki-laki itu.
“Ingat waktu itu, gua pernah bilang kalau gua ini lebih tua dari elu, Airyn.” Nada bicara Dion bergetar, seperti menahan sakit akan luka yang tergenang akan air mata.

Airyn tidak bergeming. Matanya tidak beranjak dari sosok yang berada di ranjang itu.
“Di.. Di… Dion!” Airyn terduduk lemah di lantai. Menyakinkan dirinya kalau penglihatannya salah.
“Dion, elu bercan-” Airyn membalikkan badannya gemetar. Dan Dion tidak ada lagi disana. Airyn memandang kembali tubuh itu. Raga yang telah ditingal oleh jiwanya.

Sepersekian detik kemudian. Ingatan itu kembali lagi. Memori yang selama ini dihapusnya kembali lagi. Tidak hanya sebuah kepingan, tapi sebuah bentuk yang utuh. Dion. Anak SMP yang pernah ditolongnya 2 tahun yang lalu. Dion. Kepingan memori yang dihapusnya 2 tahun yang lalu. Dion. Bayangan nyata, yang hanya bisa dilihatnya.

Cerpen Karangan: Diny Aprilisyanda
Blog / Facebook: Diny Aprilisyanda
Diny Aprilisyanda. Sehari-hari dipanggil Diny, lahir di Tapan, Sumatera Barat pada 29 April 2001. Anak bungsu dari 4 bersaudara. Masa SD dan SMP dihabiskan di Tapan. Sekarang melanjutkan sekolah di SMA Negeri 3 Painan. Berkeinginan tinggi untuk melanjutkan pendidikan S1 Ilmu Komunikasi di UNPAD. Hobi menulis dan traveling. Sering menghayal, menghayal dan menjadikannya tulisan. Kesehariannya dihabiskan di SMA (Sekolah Mesjid Asrama). Sering ikut lomba menulis, dan Alhamdulillah pernah mendapat juara 3 Festifal Pantun Spontan Ala Irwan Prayitno tingkat SLTA se-Sumatera Barat.
Penulis bisa dihubungi melalui:
Email: Aprilisyanda[-at-]gmail.com
Facebook: Diny Aprilisyanda
Wattpad: @Dinyaprilisyanda

Cerpen Lelaki Bayangan merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Move On

Oleh:
Nama aku riri, aku sekolah di salah satu SMA favorit di kotaku dan sekolah itu memang sudah cita-cita aku sejak lama. Cerita ini berawal dari seorang teman cowok ku

Sebatas Kakak Adik

Oleh:
Namaku Viola Yuvita, hari ini adalah hari pertamaku menginjakkan kakiku di SMA yang sama sekali bukan impianku. Tapi justru di sinilah aku menemukan seseorang yang mampu membantuku melupakan Dika

I Hate Because I Love You

Oleh:
Suatu pagi yang cerah di SMA ternama di Jakarta. Hallo, namaku Almeira Nadya Putri, panggil aja aku Nadya. Aku punya sahabat yang namanya Bella Gionniva, Bella nama panggilannya. Aku

Sebuah Penjelasan

Oleh:
Hari ini aku sangat bahagia karena kembali dari liburan dua mingguku. Ketika di pesawat rasanya aku sangat ingin cepat-cepat sampai dan segera kembali tidur di kasur empukku. Dan salah

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

One response to “Lelaki Bayangan”

  1. Mr. R says:

    Kereeeenn… smangat trus. Smoga cita2 dan impian lekas tercapaii thor..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *