Bukalah Pintu Hati

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Motivasi
Lolos moderasi pada: 25 May 2016

Di suatu hari yang indah, kicauan burung-burung di Langit bersiul dengan merdu, awan-awan yang menggumpal membentuk garis kehidupan, ku duduk di puncak bukit menikmati angin segar sambil memegangi bolpen yang digenggam, sekali lagi ini adalah tulisan yang mengisahkan akan kehidupan yang dijalankan dengan penuh bentuk penderitaan, orang ini adalah orang yang memiliki impian seperti orang-orang lainnya akan tetapi di tengah sepak terjang menuju impian yang dikejarnya. Orang tersebut harus merelakan impian karena sesuatu hal yang menimpanya. Orang tersebut tidak marah malah justru selalu tersenyum dan terus menghadap maju ke depan karena orang tersebut tidak memikirkan apa pun bentuk kehidupan yang terjadi dalam hidupnya. Orang tersebut tetap berusaha untuk melakukan apa yang dia bisa untuk saat ini walau impiannya sudah kandas.

“Hari ini adalah hidup baruku..” ucap salah seorang tersebut.
Begitulah yang selalu diucapkan oleh salah seorang tersebut setiap mengawali harinya setelah impiannya sudah kandas dan tak pernah bisa untuk pergi dan kembali lagi.
“Gio, bagaimana keadaan kakimu sekarang ini?” Tanya salah seorang yang lain lagi.
“Sudah tidak apa-apa, namun beginilah, Vio..” Jawab Gio.
“Begitu ya..” Kata Vio.

Vio dan Gio adalah teman seperjuangan bersama yang mengejar impiannya dan sama-sama juga merasakan derita yang sama, harus untuk merelakan impian karena sesuatu hal yang menimpanya. Namun berbedanya, Vio bisa kembali bangkit dari keterpurukan dalam hidupnya dengan impian hidup yang baru dimulainya, sedangkan Gio menjalankan hidupnya dengan biasa saja tanpa memikirkan akan impiannya yang sudah lama kandas, namun lagi Vio tetap mengkhawatirkan keadaan Gio, dan selalu mengucapkan kata.

“Gio, apa kamu tidak mau untuk bekerja saja bersama denganku?” tanya Vio.
“Terima kasih atas tawarannya, tapi sudah sering kali kan ku ucap.” Jawab Gio tersenyum.
Vio merasakan bahwa Gio memiliki suatu hal yang berbeda dengan di balik hati yang dirasakan oleh Gio, Vio dapat merasakan bentuk penderitaannya yang pernah juga dirasakan oleh Vio, semenjak hari tersebut.

Gio adalah seorang anak muda yang sangat memiliki ambisi akan impian yang gemilang, Gio menggemari sepak bola dan ingin menjadi seorang pemain sepak bola yang terkenal, maka daripada itu, Gio selalu giat untuk belajar dan berlatih hanya untuk impiannya, sehingga suatu ketika, Gio mendapatkan tawaran dari orang hebat yang dikagumi dan disebut-sebut oleh Gio, yang merupakan tokoh idolanya. Sejak saat itu, Gio dididik langsung oleh tokoh idolanya tersebut untuk mengabulkan impian yang diinginkan oleh Gio, sehingga Gio berhasil ditempatkan sebagai pemain utama dalam suatu tim yang sama dengan tokoh idolanya karena kegigihan dan kerja keras dari Gio, Gio sangat bangga dan merasa bahagia sekali, Gio dan tokoh idola bersama dengan timnya berhasil membuat prestasi yang gemilang dengan menunjukkan penampilan-penampilan yang disuguhkan dengan fantastis, nama dari Gio mulai naik daun dan disorot oleh media-media sosial. Tapi..

Gio tidak bisa mengejar impiannya lagi karena cidera kaki yang dirasakannya, sejak saat tersebut, Gio juga mulai meninggalkan timnya dan berterima kasih sebesarnya untuk tokoh idolanya yang sudah bersedia untuk mendidik langsung dan menempatkannya sebagai pemain utama, tokoh idola bersama dengan anggota timnya tentu sangat menyayangkan kepergian dari Gio. Namun mereka juga tidak dapat bisa berbuat apa-apa lagi untuk saat itu, menurut apa yang dikatakan oleh Dokter, bahwa kaki Gio bisa sembuh namun tidak untuk direkomendasikan melakukan olah raga lagi, terutama sepak bola.

Sedangkan Vio sendiri adalah teman seperjuangan dari Gio yang sama-sama dalam mengejar impiannya akan tetapi berbeda dengan Gio, Vio harus berhenti melangkahkan hidupnya karena Vio selalu ditempatkan dalam pemain cadangan dan Vio mulai merasakan hidupnya akan tidak berarti jika selalu keadaan seperti tersebut, Vio pun mencoba untuk mengubah jalan hidup yang dimilikinya dan Vio merasakan bakat yang dimilikinya mungkin bukan sejalan dengan Gio, tapi pada bidang yang lain, Vio tidak mempunyai bakat dan jalan hidup yang indah seperti Gio. Sejak saat itu, Gio harus merelakan semua impian yang sekilas itu dan memulai hidup yang barunya.

“Gio, aku sangat mengagumi dirimu, kamu memiliki semangat juang hidup yang tinggi, aku yakin selalu akan ada kemudahan bagi hidup yang kamu jalankan..” Kata Vio mengharapkan sesuatu dari Gio.
“Terima kasih banyak Vio, walau tidak bisa berdiri di dalam impian lagi namun aku bisa untuk berdiri di luar impianku untuk saat ini..” Kata Gio menguatkan hatinya.
Kemudian dering telepon dari Vio memanggil. “Aku pergi dulu, sepertinya pekerjaan sudah memanggil, jika sewaktu kamu membutuhkanku, aku akan siap untuk selalu membantumu, teman seperjuangan..” Kata Vio tersenyum walau masih terdapat kegundahan dalam hatinya. Gio menganggukkan dirinya dan membalasnya dengan tersenyum tanpa seraya berkata.

Gio terus menjalankan kehidupannya sebagai seorang penganggur seorang diri, semenjak sesuatu hal yang menimpa pada Gio membuatnya merasa tidak ingin mengejar impian hidupnya yang semula, seiring waktu kehidupan berdetak juga, berkali-kali Vio memintanya untuk bekerja bersama dengan Gio di suatu perusahaan yang ternama, karena sering kali Vio juga melihat diam-diam atau mengintip keadaaan Gio di tempat tinggalnya bila memiliki waktu luang dalam pekerjaannya, Gio merasakan sedih seorang diri walau selalu berusaha dia tutupi dengan senyumannya. Gio menolak kerja sama Vio karena suatu alasan tertentu yang belum bisa diberitahukannya. Maka itu, Vio ingin mencari tahu alasan apa yang membuat Gio tetap untuk teguh menjalankan kehidupannya seperti saat tersebut. Vio berharap Gio dapat membuka pintu hatinya.

“Gio, aku datang kembali untuk melihat keadaanmu, bagaimana keadaanmu?” Tanya Vio.
“Baik-baik saja, kamu ini sering kali datang ya..” Jawab Gio.
“Iya, aku juga tidak boleh melupakan teman seperjuanganku, karena kamu juga, aku selalu berusaha keras untuk impianku..” Kata Vio.
Gio terdiam membisu.

ADVERTISEMENT

“Aku yakin kamu masih bisa mengejar impian, tolong Gio, bukalah pintu hatimu!” Teriak Vio menangis.
“Sudahlah, apa maksudmu ini?” Tanya Gio.
“Kamu tahu sendiri kan, bahwa bukan berarti kakimu tidak bisa digunakan lagi dalam olah raga, akan tetapi kamu masih bisa menggunakan tanganmu untuk melakukan sesuatu yang luar biasa, lupakan impianmu yang sudah kandas itu, bangunkan impianmu yang baru!” Teriak Vio.
“Kamu mengira semudah itu, untuk aku melupakan! Aku tidak ingin tragedi yang terjadi lagi berulang dalam hidupku, kali ini kaki, lain kali mungkin juga tangan, atau lainnya anggota tubuhku yang menjadi dikorbankan, aku lebih memilih hidupku saat ini, kenapa kamu tidak bisa menghargainya!” Teriak Gio.

“Kamu bukan anak kecil lagi, hidup itu perlu adanya pengorbanan, bila kamu terus selalu seperti ini juga, tidak akan membahagiakan hidupmu, aku tahu itu!” Teriak Vio.
“Dari mana kamu tahu?” Tanya Gio.
“Aku selalu mengintip akan keadaanmu, kamu merasa sedih sendirian, aku tahu kamu memiliki tekanan dalam hidupmu, untuk itu lah juga aku selalu datang untuk menghibur dan mengajakmu bekerja bersama denganku agar dapat melupakan kesedihan yang kamu rasakan, kamu tidak boleh menyerah dengan hidup, Gio, Berjuanglah!” Jawab Vio.
“Kamu ini, jangan mencampuri dengan impian hidupku!” Teriak Gio.
“Apa kamu lupa akan pesan dari orangtuamu sebelum meninggal yang pernah kamu ceritakan kepadaku, teman seperjuangan?” Tanya Vio.

Gio mengingat kembali pesan dari orangtuanya, di mana terdapat kenangan manis yang tidak mudah dilupakan oleh Gio, tapi entah kenapa setelah impiannya sudah kandas, Gio jadi melupakannya. Orangtuanya selalu memotivasi Gio dalam hidupnya dan dalam impiannya, sehingga Gio sangat menyayanginya, bahkan hingga pesan terakhir, Gio akan menjalankannya dengan sebaik mungkin, yang di mana pesannya, “Setiap orang memiliki impian yang indah, apa yang kamu impikan, akan menjadi impian bagi kami juga, jadi kejarlah impianmu, berbahagialah, Gio..” Gio mengingat bahwa orangtuanya menginginkan Gio untuk mengejar yang dimaksud adalah impian yang dimiliki Gio dengan bahagia. Bagi Gio, kata apa pun yang dikeluarkan oleh orangtuanya, akan berusaha untuk Gio menjalankannya. Gio pun kembali bangkit berdiri dan menerima kerja sama dari Vio, Vio sangat senang begitu pula sebaliknya.

Sejak hari tersebut, Gio dan Vio menjadi partner yang hebat dalam bekerja sama, hingga Vio dan Gio pun mendapat peluang besar bagi perusahaannya untuk membukakan penghasilan yang lebih besar daripada sebelumnya, Vio selalu memberikan tempat luang pekerjaannya untuk Gio, karena Vio tahu juga bahwa Gio masih dapat mengejar impiannya yang baru, buktinya Gio bisa berbahagia dalam menikmati impiannya yang baru saat ini, akan selalu ada impian bagi mereka yang mempercayakannya, impian yang membuka jalan hidup dan pikiran seseorang untuk meraih kebahagiaan hidupnya.

Cerpen Karangan: Jeffry Skyhigh
Blog: https://jeffryfriendly.blogspot.co.id

Cerpen Bukalah Pintu Hati merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Sejuta Pohon Untuk Ibu

Oleh:
Dulu ketika aku masih kecil, Ayah dan Ibu selalu mendidikku bagaimana cara Aku menghadapi bumi serta alam ini, seperti; menghadapi perilaku manusia, hewan dan tumbuhan di muka bumi ini.

Berjuanglah

Oleh:
Hari ini pengumuman SNMPTN. Wajar jika hati ini ketar-ketir. “udahlah kamu pasti keterima. nilaimu lo bagus” kata septi. Aku hanya tersenyum, tapi hati ini masih tak karuan. Fikiranku melayang

Seorang Teman

Oleh: ,
Aku mengeluh dalam diam. Batinku memberontak tapi aku berusaha menahan rasa amarahku untuk tidak keluar. Sambil mengamati lama nilai pada kertas ulangan Fisika. Aku hampir memukul meja dengan kepalan

Jalan Tak Berujung

Oleh:
Tumpukan Masalah itu memberi kamu dua pilihan To be someone better Atau To be someone broke Pilihan ada di tangan kalian. Sejak kecil, aku hanya dapat merasakan kasih sayang

Menjadi Yang Kuinginkan

Oleh:
“Siapa aku?” aku berucap tanpa mengeluarkan suara. Hanya gerak di bibir. Yang kutahu aku adalah seorang perempuan. Kuliah di universitas dan jurusan yang kuinginkan. Memiliki nilai di tiap semester

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *