Long Live (Part 1)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Motivasi, Cerpen Persahabatan, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 22 August 2017

Namaku Samantha Olivia Robertson tapi biasa dipanggil Sammy. Umurku 9 tahun. Dan aku tinggal di Manhattan sebuah kota di Amerika. Tapi semenjak kedua orangtuaku bercerai aku tinggal di Jakarta, Indonesia. Ya ibuku adalah orang Indonesia asli namanya Anna Wijaya, sedangkan ayahku adalah orang Amerika namanya Charles Robertson. Aku tidak tahu bagaimana mereka bisa bertemu dulu dan hingga pada akhirnya menikah dan memilikiku. Tapi di sini aku tidak akan menceritakan kisah mereka, ini adalah kisahku.

Sebelum pindah ke Indonesia aku sekolah di Hummit School. Aku kelas 3A. Di sini banyak sekali muridnya dan harus dibagi-bagi kelasnya seperti A, B dan sebagainya. Dan penempatan kelas ini pun tidak sembarangan tapi berdasarkan nilai akademis dan non akademis siswanya, karena sekolah ini adalah salah satu sekolah yang terkenal di Amerika, tepatnya Manhattan. Dan dilihat dari kelasku, yaitu 3A sudah bisa disimpulkan aku memiliki otak yang cukup encer. Ya dari kelas satu aku memang selalu menjadi juara kelas. Dan salah satu bidang non akademis yang kukuasai adalah tarik suara. Aku mengikuti ekskul musik dan paduan suara sejak kelas dua. Aku juga sudah mengikuti berbagai perlombaan di sekolah dan tak jarang aku dikirim sekolahku mengikuti lomba ke luar kota. Sudah lebih dari 11 lomba yang kuikuti, dan dari kesebelas lomba itu aku selalu mendapat peringkat pertama. Tentu saja perlombaannya antar sekolah SD. Kata guruku aku memang mempunyai suara yang indah dan jernih, walaupun masih 9 tahun tapi kata orang-orang yang pernah mendengar suaraku tidak terdengar seperti suara anak-anak. Dan lagu-lagu yang kunyanyikan pun bukan lagu anak-anak, selain lagu rohani aku juga menyanyikan lagu dari artis terkenal seperti Adelle, Taylor Swift dan Justin Bieber. Ayah dan ibuku sangat senang dengan bakatku ini. Impianku ketika sudah besar nanti aku ingin menjadi penyanyi hebat seperti Taylor Swift. Dia cantik, baik, tidak sombong, bisa main gitar dan menciptakan lagu sendiri, dia juga suka sekali beramal.. Hebat kan dia? Aku ingin menjadi seperti dia.

Tapi karena prestasiku itu tidak menjamin kebahagiaan masa kecilku. Nyatanya aku tidak mempunyai banyak teman, temanku hanyalah guru les vokal dan guru-guru di sekolahku. Tapi aku lebih dekat dengan guru les vokalku, dia sudah seperti sahabat bagiku. Namanya adalah Taylor Jenessa, ada Taylornya hehe. Aku memanggilnya Jenni. Dia cantik dan baik, suaranya juga indah. Dialah yang dengan sabar mengajariku teknik vokal dan cara menyanyi yang baik. Dan dia juga selalu ada jika aku sendirian. Selain dia aku tidak punya lagi sahabat. Teman-temanku di sekolah menjauhiku, aku tidak tahu kenapa. Dulu sewaktu aku masih kelas satu mereka semua baik padaku tapi setelah aku kelas dua tepatnya ketika aku menang lomba menyanyi di sekolahku mereka mulai menjauhiku, parahnya ketika terakhir kali aku mengikuti lomba di New York aku juara satu waktu itu, kukira teman-temanku akan bangga padaku seperti guru-guruku tapi kenyataannya tidak. Mereka tidak mau bicara padaku, mereka mulai berkata kasar padaku. Aku tidak tahu apakah aku pernah berbuat salah pada mereka, tapi seingatku aku selalu bersikap baik pada mereka bahkan ketika mereka tidak mau menegurku.

Aku ingat waktu itu aku baru tiba di sekolah, aku mau mengambil bukuku di loker dan aku bertemu dengan Megan teman sekelasku. Aku menyapanya dan tersenyum padanya waktu itu, tapi dia malah menatapku dan bilang, “Jangan mendekatiku, aku tidak mau mendengar suara menjijikkanmu itu!” Dia membanting pintu lokernya dan meninggalkanku begitu saja. Aku bingung, katanya suaraku menjijikkan aku langsung menangis dan berlari keluar kelas waktu itu. Aku terus berlari dan menangis sepanjang jalan sampai aku tiba di depan gedung tempat aku biasa les vokal. Tanpa pikir panjang aku langsung masuk dan berlari mencari Jenni. Aku menangis di hadapannya dan dia langsung memelukku. Dia bertanya kenapa aku menangis, aku pun menceritakan semua kejadian tadi. Tapi Jenni malah tersenyum dan dia berkata padaku, “Sammy sayang mereka hanya iri padamu, itu tidak apa-apa sayang” Aku belum berhenti menangis, “Tapi kenapa mereka jahat padaku? kenapa Megan bilang suaraku menjijikkan?”
“Dengar Sammy, Megan bilang begitu karena dia iri padamu, mereka semua iri padamu. Mereka tidak mempunyai suara seindah suaramu, mereka tidak bisa menyanyi semerdu kamu, dan mereka juga tidak sepintar kamu. Kamu selalu dipuji dan disayangi gurumu karena prestasimu, dan mereka tidak, mereka biasa-biasa saja. Tapi Sammy kau luar biasa di usiamu yang masih sekecil ini kau sudah memenangi berbagai perlombaan. Kau hebat Sammy. Mereka hanya ingin sepertimu tapi mereka tidak bisa karena itulah mereka memilih untuk menghindarimu. Tapi ingat kau jangan balas mereka tetaplah bersikap baik pada mereka.”
“Aku tidak tahu Jenni, jika hanya karena prestasiku mereka menjauhiku seperti ini lebih baik aku tidak menyanyi saja, aku ingin punya teman aku tidak ingin selalu sendirian.”
“Dengar bakatmu ini sangat berharga untukmu, masa depanmu dan kedua orangtuamu. Kau masih memilikiku dan kedua orangtuamu. Kami akan selalu menjagamu dan bersamamu. Kamu tidak perlu merasa sendirian. Lihat aku juga selalu bersamamu. Teruslah bernyanyi Sammy, mereka akan merasa sangat senang jika kau berhenti menyanyi, karena itulah yang mereka inginkan. Jika kau berhenti menyanyi mereka tidak akan punya saingan lagi. Bukankah Megan ikut berlomba bersamamu waktu itu di New York?” Aku mengangguk. “Nah itulah sebabnya kenapa dia berkata seperti itu. Kau mengalahkannya, dia ingin menjadi juara tapi kau lebih bagus dan para juri lebih memilihmu. Jadi Sammy jangan hanya karena Megan dan teman-temanmu yang lain kau berhenti bernyanyi dan menyembunyikan bakatmu. Jika mereka memang benar-benar temanmu, mereka akan mendukungmu bukan melakukan hal seperti itu, jadi kau harus tetap bernyanyi oke?” Aku mengangguk dan mengusap air mataku, Jenni memelukku lagi. Perasaanku sudah sedikit lebih baik setelah aku menceritakannya pada Jenni. Kenapa Jenni? Ya karena aku tidak mungkin pergi ke kantor mamaku yang sangat jauh. Dan pasti mama akan memarahiku kalau aku berniat bolos sekolah. Mama memang sangat disiplin, tidak ada kata bolos dalam kamusnya. Sejak kecil aku selalu diajari disiplin walaupun aku sering dimarahi karena ulahku yang tak pernah bisa diam, tapi yah aku cuma anak kecil. Tapi aku tahu mama dan papa sangat menyayangiku, mereka melakukannya demi aku.

Hari ini kuputuskan untuk berlatih vokal bersama Jenni setelah dia menelepon sekolahku dan bilang bahwa aku sakit, dan dia juga berjanji untuk tidak mengatakannya kepada orangtuaku. Dia memang sahabat terbaikku. Tapi tentu saja dengan janji aku tidak akan bolos lagi apapun yang terjadi.

Hari-hari selanjutnya kulalui seperti biasa, sekolah, belajar, dan latihan vokal. Tapi tetap saja tak ada yang berubah teman-temanku masih menjauhiku dan jika di sekolah, seperti biasanya aku selalu sendirian. Walaupun aku telah disemangati oleh Jenni dan dijelaskan panjang lebar kenapa mereka semua begitu jahat padaku aku belum merasa lebih baik. Tetap saja aku hanya anak kecil yang ingin bermain bersama teman yang seumuran denganku. Ingin tertawa bersama mereka. Dan aku tidak tahu kenapa orangtuaku akhir-akhir ini sering bertengkar. Aku tidak tahu apa yang mereka debatkan, setiap kali aku bertanya pada mama, mama tak mau menjelaskan. Kata mama tidak ada apa-apa mereka baik-baik saja, kadang-kadang seperti itulah orang dewasa. Itu jawaban yang selalu aku dapatkan dari mama. Hingga suatu malam ketika aku sedang tidur, aku mendengar keributan di dapur. Saat itu sudah malam dan hujan sangat lebat di luar. Tapi aku dapat dengan jelas mendengar suara piring pecah dari dapur yang disusul dengan adu mulut papa mama. Aku bangun dan pergi ke dapur aku ingin tahu ada apa. Aku begitu terkejut melihat mama menangis. Baru kali ini aku melihat mama menangis. Sementara papa terlihat sangat marah, aku tidak tahu kenapa. Aku mendekati mama, mereka tidak tahu aku ada di sana rupanya.

“Mama kenapa menangis? mama baik-baik saja? Apa papa juga jahat sama mama?” Aku ikut menangis melihat mama menangis tapi papa malah berteriak padaku, “Sammy pergilah ke kamarmu ini bukan urusanmu, tidurlah!”
Mama memandang papa dengan tatapan yang tidak kupahami, aku hanya melihat sepertinya mama sangat marah mendengar papa berkata seperti itu padaku. Dan aku juga begitu terkejut baru kali ini papa berkata kasar padaku. Memang akhir-akhir ini aku jarang bicara dengan papa karena papa sering tidak ada di rumah. Kata mama, papa sedang sibuk. Tapi kenapa papa membentakku?

Mama menghampiriku dan memelukku, “Sammy sayang mama tidak apa-apa, kamu tidur lagi ya besok sekolah. Kamu tidak mau kesiangan kan? sekarang sudah malam, ayo kembalilah ke kamarmu sayang.” Mama berusaha tersenyum padaku walaupun aku bisa melihat dengan jelas mama sangat sedih. Aku berlari kembali ke kamar masih dalam keadaan menangis. Ketika aku berlari aku masih bisa mendengar ucapan mama. Kali itu mama berteriak pada papa.
“Lihat Charles kau sudah mempunyai anak sebesar dan sehebat Sammy tapi kau masih bermain dengan wanita lain? wanita murahan itu? Kau benar-benar keterlaluan. Selama ini aku diam tapi aku sudah tidak tahan lagi. Kau jarang sekali pulang dan berbicara dengan anakmu demi wanita itu. Dan sekarang kau malah membentaknya.” Papa tak menyahut sama sekali. “Dengar Charles aku sudah muak bersamamu lagi. Aku ingin kembali ke Indonesia saja, lebih baik kita berpisah!”
“Baiklah tapi Sammy harus ikut denganku!” Kali itu aku mendengar suara papa tapi mama menjawab lagi dengan suara lebih tajam.
“Aku tidak akan meninggalkan anakku denganmu yang tidak bisa mengurusinya sama sekali!” Setelah itu aku sudah tidak bisa mendengar suara lagi. Mereka diam, aku hanya bisa mendengar suara hujan yang mulai reda di luar.

Sejenak kemudian aku melihat pintu kamarku terbuka. Mama masuk dan memelukku di ranjang. Aku hanya anak kecil yang belum tahu urusan orang dewasa. Tapi aku tahu mama mengucapkan kata berpisah dan ingin kembali ke Indonesia, itu artinya sebuah perceraian. Mama dan papa akan bercerai. Oh Tuhan aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Papa selingkuh dengan wanita lain, mama pasti hancur sekali perasaannya.

“Sammy maafkan mama ya, karena mama dan papa kamu jadi bangun malam-malam seperti ini,” mama tersenyum padaku.
“Tidak apa-apa ma, papa jahat ya ma? mama jangan nangis lagi ya kan masih ada Sammy,” tapi mendengar kata-kataku itu mama malah menagis, aku takut apa aku mengatakan hal yang salah pada mama?
“Sayang maafkan mama, mama berjanji tidak akan ada hal seperti ini lagi nanti.” Malam itu mama tidur bersamaku.

ADVERTISEMENT

Keesokan harinya mama membawaku ke bandara. Kami akan ke Indonesia. Tentu saja aku lebih memilih ikut dengan mama aku tidak mau bersama papa yang sudah menyakiti mama. Papa juga mengantar kami ke bandara. Tapi tak ada raut sedih sedikitpun di wajah papa. Papa sempat bicara dan minta maaf karena ucapannya semalam, papa juga berusaha membujukku untuk tetap tinggal bersamanya. Tentu saja aku menolak.

Kami tiba di Jakarta pukul enam sore. Aku baru pertama kali ini ke Indonesia. Sebelumnya mama tidak pernah sama sekali mengajakku ke sini. Dan ini adalah pertemuan pertamaku dengan kakek dan nenek dari pihak mama. Mereka sangat baik, mereka menyambut kedatangan kami dengan hangat. Bisa kulihat betapa bahagianya mereka melihat mama. Nenek tak kuasa menahan tangisnya karena saking rindunya terhadap mama mungkin. Lucu juga mereka. Kejadian kecil itu membuatku sedikit melupakan masalah antara papa dan mama. Oh iya aku tadi lupa belum berpamitan dengan Jenni, mungkin aku akan meneleponnya nanti. Malam ini kami makan malam bersama. Aku juga mendapat teman baru, namanya Shilla dia adalah anak dari kakak perempuan mama berarti dia adalah sepupuku. Anaknya cantik kulitnya agak gelap tapi dia manis. Apalagi giginya yang ompong mungkin baru tanggal beberapa hari yang lalu. Senyumnya cantik dia juga baik dan ramah. Bicaranya agak banyak tapi aku suka itu. Aku nanti akan sekolah di sekolah yang sama dengannya, di JIS atau Jakarta International School. Sekolah SD paling ternama di Jakarta. Aku senang sekali nanti aku tidak akan sendirian di hari pertamaku di sekolah, karena aku ada Shilla. Dia berjanji akan menemaniku besok. Tentu saja dia belum tahu kalau aku sering mendapatkan penghargaan karena menyanyi. Aku takut memberitahunya, aku takut nanti dia juga akan menjauhiku seperti teman-temanku di Manhattan.

Hari pertamaku sekolah, semua berjalan lancar. Dan aku juga sudah punya banyak teman, tapi tentu yang paling akrab masih Shilla. Aku satu kelas dengannya. Ternyata kulitku yang putih dan rambutku yang pirang tidak mengganggu mereka. Malah menurut mereka aku sangat cantik. Aku ingat waktu perkenalan mereka berebut untuk berkenalan denganku. Wah senang sekali rasanya, baru kali ini aku mendapat perlakuan sehangat ini di sekolah. Tapi tetap saja mereka belum mengetahui bakatku.

Sudah beberapa minggu berlalu dan ini sudah saatnya kenaikan ke kelas 4. Aku selalu belajar bersama Shilla. Dia bertanya padaku soal bahasa inggris yang belum dipahaminya sedangkan aku bertanya soal bahasa indonesia yang belum sepenuhnya kupahami. Tapi jangan salah walaupun aku tinggal di Amerika tapi mama sejak kecil mengajariku bahasa indonesia jadi aku sudah agak lancar walaupun kadang ada intonasi atau kata-kata yang kurang tepat. Tapi aku senang karena ketika aku mengatakan kata-kata yang salah teman-teman sekelasku tertawa, hehe. Aku dan Shilla belajar dengan giat. Dan ternyata Shilla selama ini menjadi juara kelas. Dia pandai sekali matematika. Salah satu mata pelajaran yang kurang kukuasai, tapi nilaiku masih saja baik selalu diatas delapan.

Cerpen Karangan: Aminatul Mushthofiyah
Facebook: Amy Kim

Cerpen Long Live (Part 1) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Upaya Penculikan Anak

Oleh:
Net begitu bergembira hari ini, dan ini tidak bisa disebut wajar. Ia sedang menempuh perjalanan ke sekolah menengah Jackson–sebuah gedung putih di bawah aliran payah sungai Mongolian serta pohon

Tinggalkan

Oleh:
Hari pertama MPLS membuatku semangat untuk masuk sekolah. Itung-itung buat kenalan sama teman baru. Dihari ini juga aku bertemu dengan dia. Seperti superhero yang menyelamatkanku dari kakak osis yang

Pena, Pensil dan Tanya

Oleh:
“Aku punya mimpi suatu saat bisa pergi ke tempat ini” ujar Ali sembari menunjukkan foto lukisan Monalisa yang ada dalam hp-nya pada Adit, teman dekatnya yang sedari tadi sibuk

Karena Pengorbanan Itu Nyata

Oleh:
Kringg… kringg.. kringg.. Hoamm.. rasa mengantuk di mataku masih teramat dalam aku rasakan. Insomnia telah melandaku akhir-akhir ini. Membuat hariku yang seharusnya cerah berubah menjadi kemalasan yang kadang sulit

Namaku Bukan Bolen

Oleh:
Namaku bukan Bolen yah memang namaku bukanlah yang disebutkan di atas, tapi kebanyakan teman-teman SMP – SMA selalu memanggilku dengan sebutan seperti itu, memang nama itu merupakan nama keramat

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *