Open Your Mind

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Motivasi, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 12 November 2016

Nata memasuki auditorium dengan langkah yang mantap. Matanya memandang lurus ke depan dengan tatapan yang sangat tajam. Di sebelahnya adalah Pak Abdul selaku guru pendampingnya berjalan beriringan bersamanya. Semua mata seakan tertuju pada Nata ketika dia mulai menginjakkan kakinya di dalam auditorium. Terutama para kaum hawa yang seakan terhipnotis oleh pesona Nata. Dia memilih kursi pada barisan ketiga dari depan. Nata duduk dengan santai seolah kemenangan telah digenggamnya.

MC mulai memasuki panggung dan memulai acara penutupan Young Scientist Project Competition taun ini. Seperti acara pada umumnya, acara pertama diisi oleh sambutan dan kata-kata motivasi dari ketua pelaksana acara ini. Dan selanjutnya diisi oleh sambutan-sambutan dari pihak terkait acara. Hingga akhirnya acara yang ditunggu-tunggu pun tiba.

“dan sekarang saatnya pengumuman pemenang Young Scientist Project Competition 2015”, kata MC dengan wajah yang berseri-seri diikuti oleh suara tepuk tangan dari seluruh audience yang hadir. Raut wajah tegang terlihat dari hampir semua finalis lomba ini, keringat dingin terlihat membasahi dahi dan tangan, serta mulut yang senantiasa tak henti-hentinya mengucapkan doa. Namun, sebuah pemandangan tak lazim terlihat dari wajah Nata, dia terlihat begitu santai seolah-olah yakin dengan hasil yang akan dia dapat.

“langsung saja, untuk juara ketiga diraih oleh… Anastasya Putri dari SMA Perintis”, tepuk tangan langsung mengiringi langkah wanita itu ketika maju ke panggung.
“selanjutnya, juara kedua diraih oleh… Gideon dari SMA Teladan”, tepuk tangan audience kembali berkumandang seiring langlah pemuda ini naik ke atas panggung.
“dan sang juara, yang merupakan absolute winner pada kompetisi taun ini, adalaaah…”, suasana mendadak hening seketika. MC terlihat sengaja membuat jeda yang cukup lama agar suasana semakin tegang.
“Ariya Adinata dari SMA Harapan”, teriak MC yang diiringi tepuk tangan yang sangat meriah dari seluruh audience.

‘gubraakk’ sebuah robot kecil jatuh dari tempat tidur ketika Nata membuka matanya. Robot kecil itu tersenggol kakinya karena kaget mendengar bunyi alarm yang memang sengaja ia set pukul 4.00. Bangun jam segini sudah menjadi kebiasaannya sejak iya menginjakkan kaki di bangku sekolah dasar. Nata beranjak dari tempat tidurnya, ia langkahkan kakinya ke kamar mandi, mengambil air wudu, dan segera melakukan ibadah malamnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 6.30, namun Nata belum juga ke luar dari kamarnya. Hal ini membuat Tanti, ibunya Nata, melangkahkan kakinya menuju kamar Nata. ‘cekleekk’ suara pintu terbuka.
“nat, kok…”, belum sempat tanti melanjutkan kata-katanya, Nata sudah berdiri di depan Tanti. Nata kemudian mencium tangan ibunya dan langsung pergi ke sekolah. “nat kamu gak sarapan dulu?”, teriak tanti. “gak usah mah, ntar Nata sarapan di sekolah aja”, jawab Nata sambil mengambil sepeda kesayangannya. Tanti hanya bisa geleng-geleng kepala, tidak hanya karena tingkah anaknya, namun juga keadaan kamar Nata yang sangat berantakan. Terlihat barang-barang Nata berserakan dimana-mana, yang semuanya merupakan part-part penyusun suatu robot. Terlihat juga robot kecil setengah jadi tergeletak di bawah kasur Nata. Ya, Nata memang anak yang sangat tergila-gila dengan dunia robotika. Ia rela menabung berminggu-minggu hanya untuk membeli sebuah arduino. Namun, Nata juga merupakan anak yang introvert, padahal dia adalah anak yang cerdas dan juga memiliki wajah yang tampan. Ia lebih senang menyendiri membaca novel kesukaannya atau mengutak atik untuk membuat suatu robot.

Nata berjalan melewati lorong sekolahnya dengan memegang sebuah novel, sedangkan tangan kirinya ia masukkan ke dalam saku celana. Namun, ketika sedang melewati sebuah mading, pandangannya tertuju pada suatu poster yang membuat langkahnya terhenti. YOUNG PROJECT COMPETITION 2015. Tulisan itu terpampang sangat jelas di hadapan Nata. Ia sempat berpikir akan mengikuti kompetisi ini. Namun, ia segera buang jauh-jauh pikirannya itu, karena ia yakin dia tak akan bisa.

Tanpa Nata sadari, Pak Abdul, yang merupakan salah satu gurunya memperhatikan Nata dari jauh. Pak Abdul tahu betul kalau Nata adalah anak yang sangat cerdas. Beliau juga tahu kalau Nata juga sangat tergila-gila dengan robot. Hal itu diketahuinya ketika Pak Abdul berkunjung ke rumah Nata untuk bertemu ayah Nata yang merupakan teman baiknya. Saat itu, Pak Abdul melihat part-part untuk membuat robot berserakan dimana-mana. Dan beliau juga melihat Nata sedang serius mengetes robotnya. ‘saya akan coba bujuk Nata untuk mengikuti lomba itu, dia harus menunjukkan kemampuannya pada dunia’, kata Pak Abdul dalam hati.

Sore hari yang cukup cerah, Pak Abdul berkunjung ke rumah Nata.
“Assalamualaikum”, kata Pak Abdul.
“Waalaikum salam”, jawab Bu Tanti sambil membukakan pintu. “eh Pak Abdul, ada apa pak? Mau ketemu ayah Nata? Tapi ayah Natanya masih kerja pak”, kata Bu Tanti.
“ahh nggak kok bu, saya kemari mau ngobrol sama Nata, ada sesuatu yang mau saya bicarakan dengan dia”, jawab Pak Abdul.
“Ohh begitu, kalo begitu mari silahkan masuk pak”, kata Bu Tanti. “Nata, ini ada Pak Abdul nyari kamu, kamu turun dulu sini”, teriak Bu Tanti.

ADVERTISEMENT

Tak lama berselang Nata pun turun dan menemui gurunya itu dengan membawa sebuah robot yang ukurannya cukup besar. “ada apa ya pak?”, tanyanya tanpa basa basi. Pak Abdul menganggukkan kepalanya pada Bu Tanti yang merupakan kode kalau Pak Abdul meminta waktu untuk mengobrol berdua dengan Nata.
“wahh robot apa itu nat?” tanya Pak Abdul tanpa menjawab pertanyaan Nata.
“ini robot pemadam kebakaran pak”, kata Nata. Pak Abdul pun tersenyum mendengar jawaban Nata.
“kamu sudah tahu kalau ada Young Project Competition nat?” tanya Pak Abdul.
“iya saya tahu pak?” jawab Nata dengan singkat sambil meletakkan robotnya diatas meja. Kemudian Bu Tanti datang membawakan dua gelas teh manis hangat untuk mereka berdua. “makasih bu”, kata Pak Abdul yang hanya dibalas dengan senyuman oleh Bu Tanti.
“kamu ikut lomba itu mewakili sekolah ya”, kata Pak Abdul tanpa basa basi.
“tapi pak, saya gak berani pak”, jawab Nata sambil nunduk.
“kenapa kamu gak berani nat?” tanya Pak Abdul.
“sa-saya takut pak”, kata Nata tidak berani menatap mata Pak Abdul.
“nat, saya tahu kamu itu anak yang cerdas, tapi menjadi cerdas sendiri itu tidak akan cukup. Coba kamu bayangkan, bagaimana kalau dulu Thomas Alfa Edison menyimpan bola lampu temuannya seorang diri tanpa ia publikasikan ke seluruh dunia. Apa yang akan terjadi? Mungkin dunia ini masih akan tetap gelap nat. begitu juga kamu, kamu harus menunjukkan kemampuan kamu ke seluruh dunia. Bagaimana caranya? Untuk saat ini ya melalui kompetisi ini nat”, kata Pak Abdul dengan mimik wajah yang sangat serius.
“tapi pak…”, belum sempat Nata melanjutkan, perkataannya langsung dipotong oleh Pak Abdul, “nat, ilmu itu harus diamalkan, tidak boleh hanya dipendam sendirian. Kamu harus memanfaatkan ilmu yang kamu punya untuk kemakmuran dan kemaslahatan bangsa kamu. Untuk sekarang mungkin belum terasa, tapi coba bayangkan 10 tahun lagi, robot buatanmu ini bisa menjadi sesuatu yang sangat berguna untuk menyelesaikan masalah yang terjadi.”
Nata terdiam mendengar kata-kata Pak Abdul, ia berusaha dengan keras mencerna setiap kata yang diuacapkan Pak Abdul tadi.

“semua keputusan ada di tangan kamu nat, bapak hanya berusaha membuat kamu keluar dari kandang yang membelenggu kamu selama ini, kalau kamu berubah pikiran, silahkan hubungi bapak besok pagi di kantor ya”, kata Pak Abdul. Nata masih duduk terdiam di tempatnya.
“ya udah kalau gitu bapak pamit dulu ya, sampaikan salam bapak kepada ibu dan ayahmu, assalamualaikum”, pamit Pak Abdul sambil beranjak dari tempat duduknya.

Malam harinya, Nata menceritakan perbincangannya dengan Pak Abdul kepada ibunya. Ibu Nata hanya berpesan kalau apapun keputusan yang Nata akan ambil nantinya, haruslah memiliki sebuah pertanggungjawaban.

Pukul 3 dini hari Nata terbangun dari tidurnya, bergegas ia mengambil air wudu dan melaksanakan solat malam. Selesai solat ia berdoa kepada tuhan memohon petunjuk. Khusyuk sekali Nata berdoa, bahkan sangat khusyuk. Ia sampai meneteskan air matanya selama doa ia panjatkan.

Buru-buru Nata berangkat sekolah dengan wajah yang sangat sumringah. Sebuah senyum selalu mengembang di setiap kayuhan sepedanya. Nata sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Pak Abdul.

“pak, saya sudah menentukan pilihan saya”, kata Nata dengan nada yang sangat mantap di hadapan Pak Abdul. Pak Abdul pun tersenyum mendengar jawaban Nata.

Suara tepuk tangan tak henti-hentinya mengiringi langkah Nata menuju panggung. Siulan dan teriakan para wanita membuat suasana auditorium ini begitu hidup.
“selamat ya nak”, ucap rektor universitas sambil menjabat tangan Nata dan menyerahkan piala yang berhak ia raih.

Cerpen Karangan: Widio Widodo
Facebook: Widio Widodo
Penulis merupakan mahasiswa semester 3 di sebuah institut di kota bandung

Cerpen Open Your Mind merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


One More Time To Be Is Last

Oleh:
“Citrrraaaaaa…!!!”, teriakan nyokap gue yang selalu gue denger tiap pagi, siang, malem, bahkan saat gue mandi. Inilah gue, Sabrina Citra Dewi Putri Sailendra, cewek penggemar musik dan… kalian bakalan

LKBB Di Pulau Coklat (Part 1)

Oleh:
Priiittt! Priiittt! Priiittt! Priiittt! Priiittt! Priiittt! Seorang gadis berseragam pramuka lengkap dengan sebuah kayu bertengger di tangan kanannya, dan di atasnya terdapat bendera kecil yang bergambar bunga sakura. Dapat

Darimu Aku Belajar

Oleh:
Berangkat sunrise pulang sunset. Itulah kalimat yang selalu orang lontarkan kepadaku ketika menemuiku berangkat dan pulang dari sebuah tempat yang selalu aku rindukan. Sekolah. Ketika para ayam jantan milik

Bury, The True Story of My Life

Oleh:
Sebenarnya, udah hampir dua tahun aku suka sama seorang cowok, namanya Farel (nama disamarkan). Farel ini satu tahun lebih muda dari aku, tapi kepribadiannya lumayan dewasa. Dia sosok yang

Di Bawah Sinar Mentari

Oleh:
Meskipun orang-orang bisa berkata bahwa usianya itu sebenarnya masih sangat muda, ia tetap merasa sudah lama tinggal dan hidup di dunia ini. Dunia sama saja di matanya. Kala itu,

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *