Cinta Sebening Embun Pagi

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Patah Hati
Lolos moderasi pada: 17 April 2016

Pagi itu begitu cerah, matahari memancarkan sinarnya dengan hangat membuat Icha harus menutup sebagian sisi tokonya. Biasa pagi itu sebelum berangkat kerja Icha merapikan barang-barang di tokonya.

“Cha,” tiba-tiba seseorang datang mengejutkannya.
“Pagi-pagi udah ngelamun,” ledeknya.
“What are you thinking about sweety?” dengan gaya yang sok sok alay Rara selalu mengodanya.
“Nggak-nggak gak ada kok,” jawab Icha terbata, sambil merapikan bandana-bandana di etalase tokonya.
“Jangan bohong lagi deh,” Rara terus ngeledek. “Pasti lagi mikirin dia kan?” sambung Rara sambil senyam-senyum.
“Gak kok,” jawab icha dingin.
“Ada apa Ra? Pagi-pagi udah ke sini, tumben lo gak nelepon or sms aje?”
“Nih, agenda buat next sunday,” Rara menyodorkan selembar kertas undangan.
“Ok. I see Thanks,” jawab Icha datar. Beberapa saat kemudian Rara pulang. Icha pun bersiap-siap untuk berangkat kerja. Akhir-akhir ini Icha agak berbeda, dia sering menyendiri, melamun, dan muram. Seperti ada beban yang ditahan.

Malam itu terasa sepi, tidak terdengar kebisingan di luar sana, yang terdengar hanyalah suara binatang malam yang bersahutan dengan riang. Seperti biasa Icha senang memandang ke luar jendela kamarnya, ditatapnya bulan dan bintang-bintang yang seakan akan mengajaknya tersenyum bersama mereka.
“Kamu di mana Mas?” suara Icha lirih. Itulah Icha jika dia rindu pada Masnya dia akan menatap langit, bulan, dan bintang-bintang.
“Aku berharap kau masih ingat padaku,” hatinya berbisik.

Tak terasa air mata Icha menetes, terkenang peristiwa beberapa bulan yang lalu. Mas Andrew orang yang dicintainya, telah pergi meninggalkannya. “Iya, good bye,” itulah isi sms Mas Andrew untuk terakhir kalinya. Icha telah memohon dan menjelaskan semuanya tapi Mas Andrew tetap pergi. Hati Icha hancur, hari-hari yang iya lewati terasa hampa. Air mata pun sering menemaninya. Dengan menatap bulan dan bintang-bintang Icha berharap Mas Andrew masih mengingat kata-katanya, “Jika kamu rindu aku tataplah bulan dan bintang-bintang di atas sana, aku pun melakukan hal yang sama.” itulah kata-kata yang pernah Icha ucapkan pada Mas Andrew.

Malam itu tak berbeda, hanya bulan dan bintang-bintang yang menemani ditambah suara jangkrik yang bersahutan menambah kerinduan Icha pada Mas Andrew. Suara jangkrik, Icha sering meledek Mas Andrew saat Mas Andrew sering nelepon dia malam-malam. “Iya, di sini banyak jangkrik,” kata Mas Andrew saat itu. Kenangan demi kenangan sering terlintas di ingatannya. Bukannya tidak ada lelaki lain, tapi Icha telah benar-benar menyayanginya.

Tiga bulan lebih udah berlalu, tak ada kabar dari Mas Andrew, sejak saat itu Icha dan Mas Andrew udah lost contact, fb Mas andrew Icha blokir, BBM di handphone-nya juga dia copot, buka jejaring sosial pun Icha malas. Hari-harinya ia coba isi dengan kegiatan positif dengan sisa semangat yang sedikit tersisa dengan harapan suatu saat ada keajaiban dari Yang Maha Kuasa, mereka akan dipertemukan dan disatukan dalam ikatan yang diRidhoiNya. Bulan berlalu, Icha sedikit lebih tegar, namun rindu ini masih saja ada di hatinya.

“Dik,” terdengar suara yang sangat familiar di telinganya.
“Mas Andrew?” jawab Icha tidak percaya.
“Iya, ini aku Dik, gimana kabarmu?”
“Ba-ba-baa-ik,” Jawab Icha gugup.
“Mas, Mas, Mas,” Icha memanggil berulang kali. Tidak ada jawaban. Yang terdengar hanyalah jam imut di samping tempat tidurnya tandanya waktu salat malam telah tiba.
“Ah cuma mimpi,” Icha tersadar.

Diambilnya air wudu, salat malam seperti biasa, tak lupa dia selipkan doa untuk orang yang sangat dicintainya. “Untukmu yang jauh di mata namun dekat dalam doa, semoga kebaikan dan kebahagiaan selalu berpihak padamu. Hati ini masih milikmu, rindu ini masih untukmu, semoga Rabb mempertemukan dan menyatukan kita dalam ikatan yang suci dan diRidhoi. Aamiin. Cinta ini sebening embun di pagi ini.” air mata Icha menetes di penghujung doanya.

The End

ADVERTISEMENT

Cerpen Karangan: Icha Hidayat
Facebook: Embun Pagi
Untuk seseorang semoga engku membaca coretan ini. Icha Hidayat.

Cerpen Cinta Sebening Embun Pagi merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Nyaring Yang Semu

Oleh:
Suara gemuruh dari langit disertai hujan lebat, aku membaca cerita singkat kisah cinta Budi dengan Zahra waktu SMA, yang ditulis oleh Budi sendiri. Aku terduduk di samping jendela kaca

Kau Yang Terindah

Oleh:
Kata orang masih cinta monyet jika kita menyukai seseorang di usia kita yang duduk di bangku SD. Bagiku itu mungkin juga, namun yang aku sukai dia jauh di atas

Celah

Oleh:
Aku tahu aku jatuh hati padanya, tapi aku tak tahu alasan mengapa cintaku jatuh kepadanya. Mendengar suara merdunya adalah alunan melodi yang membuatku melayang serasa di awang-awang apalagi saat

Pengkhianatan Seorang Lelaki

Oleh:
Sore ini aku mengunjungi kuburan Kakak lelakiku. Kak Pras meninggal dua minggu yang lalu karena overdosis obat. Ya, Kak Pras memang seorang fans berat nark*ba. Aku menaburkan bunga ke

Terhenti Langkahku

Oleh:
Kau tak berhenti menangis berbicara tentangnya, dia yang telah menyakiti perasaanmu. Aku menahanmu untuk menangis, meyakinkanmu bahwa kau akan bahagia tanpanya. “Dia udah duain aku. Kenapa dia sejahat itu?”

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *