Sebatas Kakak Adik

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Patah Hati, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 17 May 2017

Namaku Viola Yuvita, hari ini adalah hari pertamaku menginjakkan kakiku di SMA yang sama sekali bukan impianku. Tapi justru di sinilah aku menemukan seseorang yang mampu membantuku melupakan Dika (pacar pertamaku) setelah aku mencoba beberapa kali melupakannya melalui bantuan beberapa orang yang aku anggap mampu membantuku tapi ternyata mereka tak menghasilkan apa-apa. Dan seseorang itu adalah Gibran Arkana Putra yang akan menjadi kakak kelasku. Pertama aku melewati kelasnya aku tersentak dengan pernyataan Andra teman Arka yang mengatakan Arka mengakuiku sebagai pacarnya, padahal saat itu aku dan Arka sama sekali tidak saling mengenal. Aku yang tak mengerti apa maksud Andra hanya terdiam dengan kebingungan. Dan itu terjadi bukan hanya satu dua kali.

Suatu hari aku sedang berjalan menuju koperasi sekolah bersama dua orang temanku yang salah satunya adalah Silvi. Tetapi tanpa aku duga ternyata Andra dan Arka juga sedang berjalan di belakangku. Andra menepuk bahuku yang hanya kubalas tolehan “katanya kamu pacarnya Arka ya?” celetuknya. “Kenal aja nggak.” Arka yang sebelumnya selalu diam kini angkat bicara. Aku hanya terdiam mendengar jawaban Arka, pikiranku berkata ‘yes, kenapa nggak dari dulu aja ngomong gitu?’, tapi hatiku sedikit tak puas dengan jawabannya, ia seakan tak rela.

Semakin hari aku semakin merasakan keanehan di hatiku saat dengan tak sengaja aku berpapasan dengan Arka. Aku sering merasa gugup saat berada di sekitarnya. Entah perasaan apa ini. Apa aku mulai menyukainya? Dan, ya. Mungkin iya. Karena bayangan wajah Dika kini telah berubah menjadi wajah coolnya Arka.

Belakangan ini aku sering melihat pandangan Arka tertuju ke kelasku yang berada tak jauh dari kelasnya. Aku tak tahu pandangan itu untuk siapa, tapi arahnya tertuju pada kelasku yang di depannya telah tercecer cewek-cewek penggosip termasuk aku. Aku menoleh ke arah kelasnya, dan aku mendapati dia sedang memandang ke arahku. Yah entahlah, mungkin aku memang hanya keGeEran. Tapi siapa sangka temanku juga mengatakan hal yang sama dengan apa yang aku rasakan. Mereka juga sering mendapati Arka sedang memandang ke arahku. Di situ aku mulai bertanya-tanya.

Tapi ternyata tanpa kuduga Arka malah jadian sama orang lain yang tentunya jauh lebih sempurna dariku. Tapi hubungan itu tak berjalan lama. Betapa bahagianya aku mendengar hal itu. Bukan bermaksud bahagia di atas penderitaan orang lain, tapi inilah kenyataan perasaanku yang belum rela melepasnya dan melihatnya denga orang lain.
Tapi ternyata tak lama kemudian aku mendengar kabar baru yang mengatakan dia mempunyai kekasih baru yang merupakan teman sekelasnya. Cantik, manis, anggun. Dia adalah Siska Febriani yang aku panggil kak Siska.

Hari-hariku terasa berat. Kenapa semakin aku menyukai Arka semakin ada saja yang membuatku putus asa akan perasaanku? Dan kini aku hanya bisa merelakan dan memendam dalam-dalam perasaanku.
Hingga akhirnya aku naik ke kelas dua SMA. Formasi kelas pun dirubah. Yang harusnya kelasku berada tak jauh dari kelas Arka kini malah jadi sangat jauh, aku berada di lantai dua sedangkan Arka berada di lantai satu. Semakin tak ada kesempatan untukku menikmati senyum manisnya.

Tapi ternyata perubahan formasi kelas itu menciptakan peluang untukku memberanikan diri menyapa Arka lewat sosmed, yah walaupun masih dengan nama samaran. Dan ternyata Arka merespon. Hingga akhirnya aku mengaku siapa aku sebenarnya karena aku tak mau menyakiti perasaan Vian (kekasihku). Aku berpikir dengan aku mengaku Arka akan melupakan semuanya, tapi ternyata salah “nggak bisa, udah terlanjur kenal kok.” balasnya. Lalu aku harus bagaimana?

Akhirnya obrolan pun berlanjut lewat SMS. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk menyudahi hubunganku dengan Vian karena aku tak mau menyakitinya dengan perasaanku yang tak bersamanya.
Dan kini hanya tinggal aku, Arka, dan kak Siska yang berada dalam kisah rumit. Semakin hari Arka semakin perhatian padaku. Dia sering memberikan emot cium saat aku pamit untuk tidur. Dia juga sering memanggilku sayang. Aku yang merasa aneh dengan itu semua memutuskan bertanya padanya. “apa aku nggak salah SMSan seperti ini denganmu?” tanyaku penuh kebimbangan. “kenapa salah? kita kan cuma teman.” Deg, jawabannya membuatku merasa tak puas. “tapi aku ngerasa nggak enak sama kak Siska.” aku menegaskan keluhanku. “Kamu tuh udah aku anggep adikku sendiri ya, Vi. Udahlah, nggak usah dipikirin.” seketika air mataku menetes membaca setiap kepingan kata dari Arka yang menyatakan aku hanya sebatas adik untuknya. Lalu apa artinya perhatianmu padaku selama ini? Apa itu yang kamu anggap perhatian seorang kakak? sebenarnya kamu anggap apa aku? permainanmukah?

Sejak saat itu pikiranku serasa sedang terjadi pertempuran hebat. Ditambah lagi aku mendengar dari kekasih Aletta (sahabatku) yang mengatakan kalau Arka hanya menjadikanku sebagai permainannya saja. Aku sontak terkejut. Apa maksud semua ini? Salah apa aku hingga kau setega ini padaku? Aku mencoba bertanya memastikan berita itu. “Permainan apa? apa aku berbakat ngelakuin hal itu?” itulah jawabanmu yang menurutku jawaban pengecut yang tak bisa to the point. Aku tau kamu tak sepolos itu. Kamu cakep, pinter, keren, cool. siapa cewek yang nggak mau sama kamu? siapa cewek yang nggak suka sama kamu. Mustahil. Kamu punya modal untuk sebuah permainan. Dan kamu tau itu. Aku yakin kamu tau dan kamu paham.

Kak Arka, maaf. Aku tak mungkin terus seperti ini, terlihat bodoh bahkan sangat bodoh. Mana mungkin aku rela dijadikan bahan permainan. lagi pula aku juga tak mungkin jadi orang ketiga apalagi PHO dalam hubunganmu dengan kak Siska. Sekali lagi maaf kak aku menyerah.

ADVERTISEMENT

Cerpen Karangan: Vitta Wahyu

Cerpen Sebatas Kakak Adik merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Salahku Memendam

Oleh:
Malam itu, Radit si pemuda tampan dan lugu sedang duduk termangu di kursi meja belajar di kamarnya dengan memainkan sebuah pensil yang usai ia gunakan untuk melukis sebuah wajah

Good Bye Mr. A (Angga Dirgadinata)

Oleh:
July, 2016 Rain POV Wajah itu sudah tak mampu kulihat. Mata itu sudah tak mampu lagi kutatap. Senyumannya hilang sirna bersama kepergiannya. Namanya sungguh indah di mataku. Wajahnya yang

Semua Berawal dari Nol

Oleh:
Pagi itu, seluruh siswa MTsN Cahaya Insan tengah berkumpul di lapangan sekolah. Semula, tiada yang mengira hari itu akan menjadi hari paling bersejarah dalam catatan akademik mereka. Namun, tak

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *