Apa kabar

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Kisah Nyata, Cerpen Perpisahan, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 3 May 2013

Pagi yang indah, ku sambut dengan penuh semangat. Seperti biasa aku di antar Bapak ke sekolah dengan becak bersama Rara. Aku tak tahu sejak kapan aku mengenalnya, mulai akrab denganya, dan selalu bermain dengannya. Orang tua Rara seorang yang sibuk, aku tak tahu apa pekerjaannya karena aku masih anak kecil yang belum mengerti sejauh itu. Jadi, Rara selalu bersama dengan keluargaku. Aku sudah menganggap Rara seperti kakakku.

Sesampainya di sekolah aku dapati teman-temanku semua duduk bersandar di teras kelas. Saat itupun aku baru menyadari bahwa hari ini penerimaan rapor. “Kring…” bel berdering dan dari arah ruang guru Bu Nani membawa segepok rapor. Aku segera masuk kelas dan dag dig dug serr, aku raba dadaku, jantungku berdegub kencang. Tanpa basa-basi Bu Nani meminta nama-nama yang beliau sebutkan untuk maju ke depan kelas.
“Febi [Febipun maju]. Ayo tepuk tangan. Febi meraih peraih peringkat 10,” kata Bu Nanik.
Wah… wah… hebat. Raut wajahnya berbinar, dia bahagia sekali. Tak terasa sudah ada 9 orang yang di panggil. Aku berharap satu orang terakhir itu adalah diriku.
“Dan yang terakhir, yang meraih peringkat satu adalah…. adalah Ifa,” kata Bu Nanik.
Hore… Aku langsung meloncat kegirangan. Teman-teman tepuk tangan dan menyalamiku. Duh, bahagianya. Alhamdulillah Ya Allah. Aku ingin segera pulang memberi tahu Bapak, Ibu, dan Rara. Sesegera mungkin aku menghampiri Rara di kelasnya tapi sayang dia sudah pulang di jemput ayahnya, tumben.

Sesampainya di rumah aku lihat di rumah Rara ramai sekali. Ayah dan Bunda Rara tumben jam segini sudah pulang. Buat apa juga kasur-kasur dan lemari-lemari ada di luar. Hari ini Rara aneh.
“Ifa, dapat peringkat berapa, sayang?” tanya Om Rama ayah Rara.
“Pasti satu lagi,” celetuk Rara.
Aku hanya tersenyum. Tiba-tiba Rara memelukku erat. Entah kenapa aku seolah larut dalam kesedihan. Rara bilang dia harus pindah ke Serang. Sungguh, tak pernah tertepis di benakku bahwa kita akan berpisah dalam waktu yang tak dapat di pastikan. Akhirnya Rarapun pergi tapi dia janji bahwa dia pasti akan ke Pamekasan lagi.
Awalnya aku pikir hari ini adalah hari bahagiaku tapi kepergian Rara menyakitkanku. Aku kira aku bisa berbagi bahagia dengannya hari ini. Aku tak tahu apa yang dapat aku katakan pada hari ini. Bahagia? Sedih? Rasa di hatiku hambar, mati rasa.

Jalani hari-hari tanpa Rara kurang menyenangkan. Tiap hari aku pandangi rumah Rara mungkin dia sudah kembali tapi nihil. Setelah penantian 3 bulanku akhirnya hatiku bahagia. Ada mobil berhenti di depan rumah Rara. Aku kira Rara ternyata bukan. Mereka orang yang membeli rumah Rara.

Satu tahunpun berlalu aku masih menunggu kedatangan Rara. Tapi Rara tak kunjung datang. Sesekali aku kecewa padanya, dia bohong. Tapi aku selalu menguatkan diriku bahwa Rara pasti datang walaupun kadang aku tak mampu. Dia tak mungkin membohongiku. Aku harus sabar.

Saat aku lulus SD dan menjadi siswa SMPpun dia belum datang juga. Artinya, sudah 4 tahun dia pergi. Mungkinkah dia sudah melupakanku begitupun dengan janjinya padaku? Sampai akhirnya akupun lulus SMP, 7 tahun sudah, Ra.
Sejak duduk di bangku SMA aku berusaha untuk melupakan Rara. Begitu pula dengan janjinya. Karena penantianku hanya berujung dengan kekeceawaan dan air mata. Cukup sudah hidup dalam bayang-bayang Rara. Aku berharap semoga Allah selalu menjaga sahabat kecilku itu, Rara.

Di hari sabtu saat aku kelas XI SMA. Hari itu mentari semangat sekali, hari benar-benar panas. Dengan mengerutkan kening aku pulang sekolah. Semua badanku terasa gosong, benar-benar panas hari itu. Sesampainya di rumah aku merebahkan diri di lantai dan terasa lebih baik.
“Assalamu’alaikum..” ucap seseorang di balik pintu.
“Wa’alaikumsalam..” jawabku menuju pintu.
Ya Allah, saat aku buka pintu orang di balik pintu itu tersenyum. Gadis cantik dan berjilbab.
“Ini Ifa, bukan? Aku Rara,” kata orang itu.
Mendengar pernyataannya aku langsung memeluknya erat-erat bersama linangan air mata bahagia. Tak banyak yang dapat aku katakan karena dia harus segera berangkat ke Pare untuk melanjutkan studinya. Tapi syukurlah untuk bertukar nomor hp Allah masih menyempatkan. Walaupun berat aku lambaikan tangan ini, setidaknya rinduku ini sudah terobati.
Minggu pertama kita masih sering smsan sekedar tanya kabar dan kegiatan masing-masing. Tapi akhirnya, kian hari kian jarang smsan. Aku sibuk, dia sibuk.
Hingga akhirnya aku akan lulus SMA. Kita sudah benar-benar tak punya kabar masing-masing. Nomor handphonenya sudah tak bisa dihubungi lagi. “Apa kabar?” kalimat sms ku tiap sms dia. Sekarang tak ada lagi yang menjawab pesan itu.

Cerpen Karangan: Fani Desy Lestary
Facebook: Fani Desy Lestary
makasih banyak buat cerpenmu.com yang udah publish dan teman2 yang mau baca hasil karyaku.
mator sakalangkong…

Cerpen Apa kabar merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Luka Masa Lalu

Oleh:
– POV 2 Sebuah seringai menghiasi wajahmu serupa serigala yang menemukan mangsa dan siap menerkamnya. Mungkin pagi ini keberuntungan menyelimutimu, suasana sepi, dan incaranmu kini ada di depan mata.

Cinta Pertama yang Berujung Dusta

Oleh:
Awal mula perkenalan kita berdua berawal dari se orang sahabat yang membrikan nomer tlpn wanita pada ku, awalnya aku menghiraukannya, tapi karna penasaran aku coba sms nomer itu &

Jimmy Bersamaku

Oleh:
Tiga tahun aku sudah aku bersahabat dengan Jimmy Mahendra, kakak kelasku. Walau lebih tua dia dariku, aku tak biasa memanggilnya kak. Sulit kalau jadi anak yang ngehits di kelas

Taman Rahasia

Oleh:
“Hai namaku Nina zabrina, panggil saja nina” kata anak itu memperkenalkan dirinya, aku hanya melihatnya dari kejauhan, karena bangkuku paling ujung dari belakang jadi tidak begitu kelihatan seperti apa

Selamat Tinggal Vonny

Oleh:
Hi! Namaku Karin. Lebih tepatnya Titania Katarina Ananda. aku anak tunggal. Dan aku mempunyai sahabat. Ia bernama Vonny. Dan lebih tepatnya Vonny Aprilia Bianca. Kami bersekolah di SD Pelita

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *