Bestfriend and Lovers

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Romantis, Cerpen Galau, Cerpen Persahabatan, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 25 August 2013

“Osaa! Ayo bangun udah siang nih! Ntar aku tinggal lo!” teriak Vallery membangunkan aku yang tengah asik berada di alam mimpi. Aku membuka mata sesaat menatap Valery dengan kesal kemudian kembali bergelung dengan selimut Hello Kitty kesayanganku. Tapi sedetik kemudian Aku merasakan selimutku ditarik dengan paksa, dan menyeretku hingga tepian tempat tidur, belum sempat aku tersadar sepenuhnya, tubuhku sudah mendarat dengan cepat di lantai yang sangat dingin.
“Aduh, vale! bisa gak sih biarin aku tidur dulu.” Protesku pada Vallery, sambil mengusap tanganku yang tertindih tubuhku. Vallery mendelik kesal padaku.
“Ini udah jam 6 kebooo! cepetan sana mandi!” seru Vallery sambil menarik kedua tangganku untuk segera bangkit dari lantai.
“Aku bukan keboo, aku Valentina Yvonemelosa!” protesku lagi pada Vallery sambil memonyongkan bibirku.
“Makanya, kalau kagak mau dipanggil kebo jangan suka bangun siang dong! sana mandi, kalo kagak mandi, gue kagak mau bareng lu selama seminggu!” ancam Vallery, membuatku langsung menyambar handuk dan segera mandi. Bukannya aku takut pada ancamannya, hanya saja bagiku Vallery itu seperti malaikat. Setiap kali aku bersama Vallery, guru-guru yang tadinya selalu menatapku dengan bringas dan kejam, menjadi ramah dan sangat manis. Maklum saja, Vallery adalah anak Kepala Sekolah dan siswi teladan yang cerdas dan pintar. Jadi setiap ada ulangan, Vallery akan selalu mengajariku, sehingga nilai yang aku dapatkan sangat memuaskan, meskipun masih di bawah Vallery. Bukan aku memanfaatkan Vallery lho, itu adalah salah satu kelebihan Vallery. Tapi yang paling aku sukai darinya adalah karena Vallery, gadis paling baik yang pernah aku temui. Tidak hanya itu, Vallery juga gadis yang sangat cantik, dia memiliki darah Indo (Jerman-Sunda), tak heran setiap aku jalan dengannya banyak lelaki yang melihat ke arahnya, dan tentu saja aku sangat bangga padanya sebagai sahabat yang telah mengenalnya selama 7 tahun. Ya, kami bersahabat semenjak kelas 5 SD, saat Vallery pindah ke sekolahku dan menjadi teman sebangkuku.

“Osaa, makannya pelan-pelan dong!” tegur Bunda yang melihat diriku makan seperti kereta api. Aku hanya memberikan cengiran khasku pada bunda.
“Dasar kamu itu, cewek kok makannya kaya kereta api. Contoh Vallery, anggun gitu, feminim. Kamu gak aada feminim-feminimnya.” Omel bunda. Aku melirik vallery yang asik mengunyah makanannya dengan pelan-pelan, kemudian memonyongkan bibirku padanya. Vallery membalasku dengan menjulurkan lidahnya. Kemudian kami sama-sama tertawa. Setelah pamit dengan bunda aku dan Vallery segera berangkat ke sekolah.

Osa memang kebo, sudah 5 kali aku mencoba membangunkannya, tapi Osa benar-benar mencintai kasurnya. Mau tidak mau aku menarik selimut Osa hingga Osa terjatuh, dan ekspresi bangun tidurnya membuatku semakin geli. Apalagi bibirnya yang selalu monyong bila ia tidak terima perlakuanku, tapi usahaku untuk menyuruhnya mandi berlangsung dengan sangat lancar, meskipun harus lewat sedikit ancaman sih. Hehe..

Aku selalu kagum sama bunda Osa, dia memang cerewet tapi sangat menyenangkan. Selalu perhatian padaku meskipun aku bukan anaknya. Sedangkan Osa seperti biasa selalu cuek dengan omelan bundanya. Selesai makan aku dan Osa berangkat sekolah dengan menggunakan Honda Jazz milikku, ralat milik ayahku dan diberikan padaku. Seperti biasa setiap kali berangkat, osa pasti selalu tidur di Mobil, membuatku hanya bisa mengelus dada melihat kelakuan sahabatku ini.

“Valle, Ocaah!” teriak suatu suara yang aku tebak itu adalah Melati, setibanya kami di SMA Bakti Prasada. Sontak aku dan Osa melihat ke arah sumber suara, benar saja itu Melati. Tampaknya ia sudah tiba dari tadi karena melati sama sekali tidak membawa tas slempang kesayangannya.
“Nama gue Osa bukan Ocah.” Protes Osa sambil memonyongkan bibirnya lagi. Benar-benar mirip seperti ikan. Melati hanya nyengir lebar kemudian memeluk kami berdua. Aku dan Osa hanya bisa saling memandangi. Memang sikap Melati yang satu ini agak menyeramkan untuk kaum hawa karena sikapnya yang suka tiba-tiba memeluk tanpa alasan yang jelas.
“Ada anak baru lhoo, gila ganteng banget. Tadi Mel lihat di depan ruang kepsek, orangnya cool banget.” Ujar melati dengan mata berbinar-binar. Aku hanya mengernyit jijik dengan sikap Melati yang sangat terlihat dibuat-buat, sedangkan Oca hanya tertawa geli melihatnya.
“Os, menurut kamu anak barunya kece ga?” tanya ku pada Osa. Osa hanya mengangkat bahu seraya mengeluarkan sebungkus permen dari saku bajunya. Aku hanya geleng-geleng kepala melihatnya, Osa adalah gadis paling cuek yang pernah aku kenal. Aku melirik Osa sekilas, Osa gadis yang imut dan manis. Tingginya hanya sekitar 155 cm, potongan rambutnya pendek, tetapi malah membuatnya tampak lebih imut, matanya besar dengan hidung sedikit pesek dan bibir tipis, kulitnya kuning langsat, sayangnya Osa bukan tipe cewek feminim dan cantik, melainkan tomboy dan slengekan. Aku dan dia sudah 7 tahun bersahabat, jadi aku sangat mengenal Osa. Meskipun Osa tomboy, cuek dan slengekan, tapi Osa akan selalu membantu bila ada yang membutuhkan. Pernah, waktu aku dan Osa masih duduk di bangku SMP, ketika itu aku dan Osa pulang menggunakan angkutan umum. Tiba-tiba saja Osa menyuruhku pulang duluan, awalnya aku sangat bingung tapi kemudian aku mengerti setelah melihat Osa membantu seorang nenek tua menyebrang. Dan saat itu aku merasa sangat bangga sebagai sahabatnya. Itu yang sangat aku suka dari Osa.

“Nama aku Fransananda Putra William. panggil saja Frans” Ujar anak baru itu dengan lantang. Benar kata melati yang sok-cute-centil itu, anak baru ini sangat tampan dan cool, mampu menghipnotis semua siswi di kelasku, sedang anak cowoknya hanya bisa menghela nafas melihat saingan yang sangat berat itu. Aku melirik Vallery yang duduk tepat di sampingku, sepertinya Vallery juga sangat tertarik, buktinya dia terus menatap cowok coool itu tanpa berkedip.

“Silahkan duduk di sebelah Reza, Frans.” ujar Pak Tono, wali kelasku. Frans mengangguk sopan, kemudian menuju tempat yang ditunjukan oleh Pak Tono. Meja Reza tepat berada di depan meja aku dan Vallery. Rata-rata semua cewek langsung mengeluh begitu melihat Frans duduk di depan Valle, maklum saja Valle memang primadona, banyak cowok yang langsung kepincut begitu melihatnya. Kuakui anak baru itu sangat tampan, dan jujur saja aku sedikit tertarik padanya, aku tidak tau mengapa tapi dia punya kharisma yang sangat kuat.

“Osaa, anak barunya ganteng banget.” seru Valle sambil mencengkram lenganku ketika istirahat dan kami sedang berada di kantin, aku hanya bisa meringis mengiyakan ucapan Vallery.
“Hey Os, hey Val.” sapa Reza dari belakangku. Aku dan Vallery sama-sama menoleh, Reza ternyata bersama Frans, mereka sudah menjadi teman baik rupanya.
“Hey Rez, Hey Frans.” sapa Vallery genit membuatku ingin tertawa geli.
“Hay juga.” balas Frans tersenyum. Reza dan Frans duduk di depan aku dan Vallery. aku memang lumayan akrab dengan Reza, maklum saja tetangga depan meja.
“Kenalin, ini Osa dan yang ini Valle.” ujar Reza memperkenalkan kami. Frans mengangguk mengerti. Aku melirik Valle kemudian tersenyum geli melihat matanya yang berbinar menatap Frans.
“Kalian sodara ya?” tanya Frans.
“Engga, kami udah sahabatan selama 7 tahun.” jawab Valle cepat.
“Kalo Osa sodaraan sama Valle mah dunia berguncang. hahaha.” sahut Reza yang kusambut pelototan, dan tanpa sadar, lagi-lagi aku memonyongkan bibir.
“Enak aja, emang aku sejelek itu apa. aku kan gak jelek-jelek amat. buktinya Taylor Lautner naksir sama akyuu.” balasku yang disambut protes Valle dan Reza, Frans hanya tersenyum geli mendengar perkataanku. Istrahat siang itu benar-benar berbeda mungkin karena adanya kehadiran cowok cakep siang itu..

ADVERTISEMENT

Gila, anak barunya emang cakep euy! cool banget! Tapi si Osa tanggapannya dingin banget, bener-bener Osa banget deh. Padahal seandainya dia tertarik sedikit aja, bakalan aku jodohin deh dia tuh sama si Frans. Apalagi pas Frans duduk di depan aku, waktu istrahat, sangat menyegarkan mata, istrahat yang sangat istimewa. Tapi entah mengapa feelingku mengatakan bahwa Frans tertarik pada Osa, sapa yang tidak, tuh anak ngebanyol terus-terusan, bikin aku, reza dan frans tertawa hingga sakit perut. Itu kelebihan Osa yang kadang membuatku iri. Osa selalu bisa cepet akrab dengan siapapun, meskipun baru kenal beberapa jam.

“Oss, yakin nih kagak tertarik sama si Frans?” tanyaku lagi saat sekolah usai.
“Ogah, ah. Bukan tipeku.” Jawab Osa enteng.
“ah yang bener, hati-hati lho, kebanyakan yang bilang ‘bukan tipeku’ nanti malah jadian.” Godaku, yang disambut cibiran Osa.
“Buat kamu aja Vall, kaya begitu kan tipemu.” Balas Osa membuatku menyengir lebar.
“Ah, aku tau, tipemu kan kaya Ardhi – si culun – kan?” sahutku yang disambut dengan cubitan dari Osa. Tak mau kalah akupun membalasnya dengan cubitan juga, aku dan Osa tertawa bersama. Bagiku dan Osa tidak akan ada permusuhan yang diakibatkan karena cowok.

Bener-bener deh sabtu malam yang menyebalkan. Di rumah gak ada orang, Vallery pergi ke rumah neneknya di Salatiga, tinggalah aku sendiri. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan keliling kota, daripada bengong sendiri di rumah. Dengan motor bebek kesayanganku, menjelajah setiap sudut kota Semarang. Setelah mengelilingi kotaku tercinta, akhirnya aku memutuskan untuk mampir makan di sebuah warung nasgor di pinggir jalan. Setelah memesan nasi goreng seafood aku mencari tempat duduk, tiba-tiba seseorang mencolekku dari belakang, saat menoleh ternyata Frans.
“Hey Osa, sendirian aja nih?” sapa Frans sambil tersenyum.
“Oh, hey Frans, iya nih. Lha kamu sendirian juga?”
“Yup, duduk yuk. Aku baru aja pesan, eh liat kamu disini.” Frans dan aku duduk berdampingan, entah kenapa jantungku langsung berdegup dengan sangat kencang. Mungkin karena aku tidak terbiasa duduk bersebelahan dengan cowok setampan Frans yang hampir menyaingi greyson chance alias wajah cowok yang sangat imut.
“Kok disini sendiri Sa? Vallery mana?” tanya Frans padaku.
“Ke rumah neneknya. Di rumah gak ada orang, jadi pergi sendiri deh.” Jelasku.
“Oh, terus kamu kesininya naik apa?” tanya Frans lagi.
“Naik bebek.” Jawabku sambil membalas senyumnya. Pesona Frans memang luar biasa, sampai ngebuat gue yang secuek ini sama cowok bisa senam jantung seperti ini.
“Bebek?” tanya Frans sambil mengernyitkan dahinya.
“Ah, maksudnya motor. Lha, kamu kok ndak sama pacarmu, frans?”
“Hehe, jomblo. Nah, kamu sendiri, gak malmingan sama pacarmu?”
“Dia gak ada.”
“gak ada? Maksud kamu, dia.. udah meninggal?”
“Bukan, tapi dia pergi untuk menyelamatkan umat manusia.”
“menyelamatkan manusia? Maksudnya?”
“Iya, pacar aku kan spiderman, tapi dia mutusin aku lebih milih Mary jane. Terus alasannya pakai menyelamatkan dunia lagi.” Ujarku dengan tampang serius, mendengar itu Frans tertawa, membuatku terpesona pada tawanya itu. Gawat, bisa-bisa aku melanggar janji pada Vallery dan jatuh cinta padanya. Tidak-tidak boleh, ujarku dalam hati.

“Osaaa? kamu begongin apa sih? Tuh makanannya ntar dingin lhoo.” Tegur Frans yang ternyata memanggilku sedari tadi. Membuatku tersadar dan langsung tersipu malu. Entah mengapa malam itu aku bukan osa yang biasanya, malah berharap aku bisa lebih mengenal Frans.

Ada yang berubah dari Osa, dia berbeda. Sungguh, setelah ia menceritakan pertemuannya dengan Frans. Dia bertambah dekat dengan frans, dan tidak secuek dulu, terutama dengan penampilannya. Feelingku kuat mengatakan bahwa Osa sedang jatuh cinta. Sebagai sahabat tentu saja aku senang sekali, dan mendukung Osa dari belakang, karena aku tau Osa akan mengelak jika aku bertanya atau membantunya. Hari demi hari berlalu, Osa semakin dekat dengan Frans. Dan tentu saja banyak sekali gadis yang iri pada Osa, tapi tak ada yang berani memprotes, karena aku mendukungnya. Semua baik-baik saja dan berjalan dengan lancar, sampai saat itu..

Hubungan aku dan Frans bertambah dekat. Tentu saja aku sangat senang dan berharap dia melihatku. Hal ini aku sembunyikan dari Vallery, karena aku belum ingin Vallery mengetahuinya. Entah mengapa aku merasa malu bila Vallery mengetahui aku melanggar janjiku sendiri. Beberapa minggu semenjak kedekatanku dengan Frans, Vallery sempat mencurigainya karena penampilanku yang berubah, aku sudah mulai menggunakan lip balm tipis, dan menata rambutku serapi mungkin dengan aksesoris rambut yang aku miliki hanya saja aku tidak pernah menggunakannya selama ini. Tapi lambat laun kecurigaan Vallery mereda, dan membuatku lega tidak ditodong dengan tatapan kecurigaannya.

Beberapa hari ada yang berbeda dengan Frans, dia berusaha menghindar dariku dan bahkan selalu ketus bila aku mencoba mengajaknya berbicara. Rasanya ingin menangis, tapi aku berusaha menahannya. Sampai saat itu, hari itu..

Hari ini Frans tetap bersikap aneh, dan lebih parahnya lagi Vallery tidak bisa pulang denganku, karena katanya ada rapat OSIS. Lengkap sudah penderitaanku. Dengan gontai aku berjalan sendirian, tiba-tiba aku teringat sesuatu, buku bahasa inggrisku tertinggal di laci meja. Bila tidak segera aku ambil, bisa-bisa sudah raib entah kemana. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke kelas. Langkahku terhenti begitu melihat pemandangan mengejutkan di hadapanku. Ya, pemandangan yang membuat hatiku berdebar lebih cepat dan terasa sakit sekali. Frans sedang memeluk Vallery. Jadi ini alasan Frans menghindariku, dia mendekati Vallery melalui aku, dia tidak menyukaiku, tapi menyukai Vallery. Huh, kenapa aku bisa sebodoh ini. Vallery selalu lebih dariku, dalam hal apapun. Perlahan aku melangkahkan kakiku menjauh dari pemandangan yang menyakitkan itu dan tanpa aku sadari air mata menetes dari pelupuk mataku, air mata pertama.

Ada yang aku sembunyikan dari Osa, dan tak diketahui oleh Osa selama beberapa hari ini. Osa juga tidak semangat seperti biasanya, mungkin karena Frans menjauhinya. Aku ingin memberitahunya, tapi ini tidak boleh diketahui siapapun, termaksud Osa.

Hari ini aku berbohong lagi pada Osa, aku menggunakan alasan ada rapat OSIS, padahal aku bertemu Frans diam-diam, di kelas, sepulang sekolah.

“Apa itu Vall?” tanya Frans ketika aku menemukan sebuah gantungan kunci angry bird. Aku terdiam sesaat memandang gantungan kunci itu dengan seksama, aku sangat mengenal gantungan kunci itu, itu milik Osa.
“Tidak apa-apa. Ayok pulang.” Ajakku seraya memasukan gantungan kunci itu ke dalam saku bajuku. Frans hanya menatapku heran kemudian mengikuti langkahku menuju parkiran.

Aku menjauhi Vallery dan Frans, berusaha sebisa mungkin menjauh untuk menata hatiku. Aku tau sikapku membuat Vallery heran, dia berusaha terus mendekatiku, tapi aku terus menghindarinya. Kalau Frans, aku berusaha menjauhinya karena dia yang menjauhiku dulu, tapi beberapa kali ia berusaha mengajakku berbicara tapi aku juga menghindarinya.

“Osa, nanti pulsek, jalan yuk.” Ajak Valle saat istrahat. Aku pura-pura membereskan peralatan tulisku yang berada di meja.
“Sory, aku ada janji.” Ujarku cuek, kemudian berjalan keluar kelas tanpa memberi kesempatan Vallery berbicara lebih lanjut.

Selama 1 minggu aku menyendiri, menjauhi Vallery dan Frans. Meskipun aku merindukan mereka tapi aku belum sanggup mengetahui kenyataan yang ada.
Sudah beberapa hari Frans tidak masuk sekolah dan membuatku bertanya-tanya, tapi aku tetap diam berusaha mengusir bayangannya. Vallery juga mulai terbiasa dengan sikapku, dia tidak lagi berusaha mengajakku bicara, dan itu membuatku semakin merasakan kesedihan, mungkin aku bukan lagi sahabatnya..

“Osa, ada surat nih.” ujar bunda suatu sore ketika aku sedang bermain angry bird di kamar.
“Sapa bund?” tanyaku sambil tetap menatap layar lappy kesayanganku.
“Dari.. Frans.” jawab bunda membuatku mengalihkan perhatianku dan langsung mengambil surat itu dari tangan bunda. bunda yang melihat kelakuanku hanya bisa menggelengkan kepalanya. kemudian melangkah ke luar kamarku. Aku membuka surat itu dengan cepat dan membacanya.

Datanglah ke Taman di samping sekolah jam 16.00
Aku tunggu,
Frans

Aku mengernyit heran, surat itu isinya sangat singkat. Kemudian aku melirik jam yang sudah menunjukan pukul 15.30. tinggal 30 menit lagi. sesaat aku menimbang apakah akan datang atau tidak, akhirnya aku memutuskan untuk datang saja. dengan segera aku menyambar handukku dan berlari ke kamar mandi.

Aku melangkahkan kaki memasuki Taman yang berada tepat di sebelah sekolahku. Aku memandang takjub ke arah seluruh penjuru taman, Taman yang semula sangat tidak terawat sekarang begitu indah sangat indah dihiasi oleh banyak mawar yang mungkin jumlahnya puluhan atau ratusan? aku melangkah mengikuti taburan mawar yang berada di jalan setapak dan menuju ke arah dalam taman. aku semakin takjub melihat sebuah kursi taman yang dihias dengan banyak gambar angry bird kesayanganku. aku menghampiri kursi itu dan menyentuhnya, ini benar-benar nyata. lalu siapa yang membuatnya? masa Frans?

“Jenette Yvonemelosa.” ujar suara dari belakangku, aku menoleh dan menatap terkesima pada sesosok lelaki yang menggunakan kaos angry bird, dan membawa sebuket bunga mawar putih yang menghalangi wajahnya, tapi entah mengapa aku yakin itu Frans.
“Frans?” bisikku ragu. lelaki itu maju perlahan mendekatiku.
“i want to share my life with you and become in first place’s in your heart. can i be your boyfriend?” ujarnya kemudian menyodorkan buket mawar itu padaku, saat itulah aku bisa melihat wajahnya, dan itu benar-benar frans. aku merasa ini mimpi, tidak percaya.
“Osa.” panggil Frans resah melihatku terdiam cukup lama.
“aku gak bisa frans.” ujarku.
“kenapa?” protes Frans kaget.
“Karena aku gak cinta sama kamu.” ujarku berusaha menyembunyikan kebenarannya.
“Bohong. gak mungkin kamu gak jatuh cinta sama aku.” protes Frans tidak trima.
“Memang gak mungkin kenapa?” ujarku berusaha sedingin mungkin.
“Iya, gak mungkin. aku kan ganteng, baik, tinggi, putih dan romantis, murah hati, gak sombong, rajin menabung, trus juga baik, eh baik tadi udah ya.. terus… ya banyak hal yang bisa buat kamu jatuh cinta sama aku.” jelas Frans, aku ingin tertawa mendengar kenarsisannya, tapi sebisa mungkin aku tetap berakting cool.
“Aku tetap ga bisa. aku gak mau ngerebut pacar sahabatku sendiri.” ujarku. Frans mengernyit heran.
“sahabat siapa?” tanya Frans bingung.
“Ya Vallery lah.” ucapku ketus membuat wajah frans semakin kebingungan.
“Valle? pacar? emang siapa yang pacaran sama Valle? aku gak pacaran sama Valle kok.”
“Gak pacaran? terus apa yang aku lihat itu pulang sekolah kamu diam-diam ketemuan sama Valle, peluk-pelukan, terus ngejauhin aku, bersikap menyebalkan.” ujarku emosi. sesaat Frans terdiam lalu tetawa geli membuatku semakin kesal. tiba-tiba Frans menyentuh wajahku dengan tangan kanannya.
“Osa sayang, aku gak pernah pacaran dengan Valle oke. yang aku cinta cuma kamu dan selalu kamu.” jelas Frans membuatku menyipitkan mata tanda tak percaya.
“okey, gimana kalau kamu tanaykan Valle? kita ke tempatnya sekarang?” ujar Frans lembut sambil menarikku menuju keluar taman, ke arah parkiran.

“Silahkan turun tuan putri.” ujar Frans setelah kami tiba di rumah Vallery. aku berusaha mengacuhkannya meskipun terpesona pada penampilan Frans hari itu.
“Hey Valle.” sapa Frans ketika Valle membukakan pintu.
“Hey Frans, hey Osa.” sapa Valle senang melihat kedatanganku dan Frans kemudian mempersilahkan kamu masuk.
“Jadi gimana?” tanya Valle pada Frans.
“Si putri mikir kamu sama aku pacaran Vall.” jawab Frans geli yang disambut tawa geli Valle. Aku menatap kesal padanya, sebelum aku protes Valle memelukku dengan erat.
“Osa. osa. kamu itu sahabatku terbaik sa. Aku menyayangimu seperti saudaraku sendiri, jadi aku gak akan mungkin mengambil orang yang kamu cintai.” ujar Valle.
“Lalu.. lalu bagaimana dengan pelukan itu dan kenapa kamu bohong sama aku? kenapa kamu gak mencoba menjelaskan?” tanyaku beruntun yang disambut tawa geli Valle.
“Iya, itukan untuk membantu si pangeran untuk mendapatkan hati sang putri. dan untuk pelukan itu, aku rasa kamu salah lihat sa, itu waktu aku kesandung terus ditahan sama si Frans. aku udah mencoba menjelaskan, tapi siapa coba yang menghindar terus? dan lagi siapa juga coba yang bohong duluan?” jelas Valle panjang lebar sambil melepaskan pelukannya padaku.
“Hehe, jadi kamu tau ya Vall?” tanyaku dengan cengiran lebar.
“apa sih yang gak diketahui Valleri tentang Osa.” jawab Valle mencubit pipiku.
“ehm. jadi gimana Os?” tanya Frans menyela. Valle mendorongku mendekat pada Frans.
“Emm. iyaa.” jawabku pelan.
“yang kenceng dong osa.” protes Frans mendekat membuatku senam jantung lagi.
“Iya, aku mau jadi pacarmu.” ujarku lantang, kemudian aku merasa wajahku menghangat. Frans tersenyum lebar lalu menarikku dalam pelukannya.
“Cieee.. yang jadian nih. makan-makaan! ayook, traktir aku di J.co!” sela Valle merusak suasana. aku memonyongkan bibirku..
“Uuu, maunyaa.” ujarku yang disambut cubitan gemas oleh Valle, kemudian kamu tertawa bersama.

Akhirnya sahabatku tersayang beranjak dewasa dan jatuh cinta. bahagia sekali melihat Osa bahagia, meskipun terjadi kesalahpahaman yang sudah aku duga. Mereka benar-benar pasangan yang sangat cocok. Memoriku mengulang kembali saat ketika pertama kali Frans memintaku untuk membantunya menyatakan cinta pada Osa, wajahnya benar-benar sangat merah seperti kepiting rebus, dan tingkahnya sangat konyol tergagap-gagap. aku tertawa geli untuk kesekian kalinya. Aku harap dengan tulus dan sebagai sahabat mereka berdua, pasangan bodoh itu akan selalu langgeng.. 😀

Cerpen Karangan: Yvonemelosa
Facebook: https://www.facebook.com/yvoniaphenomenic
Yvonemelosa’s just a pen name. Who loved green, nature, read and write. Still learn how to write a kind story.

Cerpen Bestfriend and Lovers merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Ketika Kau Bukan Dirimu

Oleh:
Perkenalkan namaku eric, aku memiliki sahabat namanya ardian, aku dan ardian sudah berteman sejak kami masih duduk di bangku sekolah dasar, pertemanan kami sangatlah berharga bagiku dan ardian waktu

Kecewamu Menjadi Kecewaku Juga

Oleh:
Aku menangis dengan diamku, tertawa di balik kesedihanku, aku tegar di pandangan tetapi aku rapuh di baliknya. Aku membutuhkan genggaman tetapi mereka yang ku harapkan seolah tak mengerti kesedihanku.

Not My Older Brother

Oleh:
Aku menatap layar laptopku sembari menghela nafas. Bosan, benar-benar bosan. Minggu, senin, dan selasa. Sudah tiga hari aku bertahan. Perlu berapa lama lagi? Ponselku akhir-akhir ini menjadi lebih ramai.

Bintang

Oleh:
Hizul membanting badannya pada rumput hijau di bawah temaram lampu alun-alun. Tangannya dilipat di bawah kepala, dijadikan bantal. Kaki kanannya ditumpangkan di kaki kiri yang ditekuk. “hmmm…” Dia menghirup

Liburan Bersama Sahabat

Oleh:
Senyum mentari pagi datang menyapa, suara burung bertalu-talu bernyanyi menggambarkan kebahagiaan. “Jar sudah siang, mau kuliah gak kamu?” seru ayah membangunkanku di pagi itu. “iya yah bentar,” jawabku. Aku

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

4 responses to “Bestfriend and Lovers”

  1. agnes febrianty says:

    Kerennn bgt cerpenx .. aku ksii 10 jempol buat yg bkin cerpen ini .. soo, always happy broo

  2. safi says:

    keren banget ceritanya..
    tapi kok ada yang janggal ya??
    itu si osa namanya ganti pas di awal ama ending??
    di awal :
    “Aku bukan keboo, aku Valentina Yvonemelosa!” protesku lagi pada Vallery sambil memonyongkan bibirku.
    di ending :
    “Jenette Yvonemelosa.” ujar suara dari belakangku,

    atau aku yang salah???
    mohon penjelasannya..:) 🙂

  3. Adinda yani says:

    Sangat kerennn,,,
    kagum deh ama pengarangnya…
    Good

Leave a Reply to Thalia ilma Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *