Dua Kisah Kasih Kembar

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Pertama, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 10 May 2015

“Dulu waktu SD, aku memang anak yang tomboy, jadi teman laki-lakiku jumlahnya bejibun. Namun, ada satu lelaki yang paling sering bermain bersamaku, selain karena rumahnya hanya 5 langkah dari rumahku, dia juga anak yang baik dan asyik. Wajahnya putih, dan bisa dibilang tampan. Entah karena sudah terbiasa bermain bersamanya, atau karena fisiknya, aku… jadi menyukainya, mungkin itu hanya rasa kagum saja mengingat waktu itu aku masih kelas 5. Tapi saat dia pindah ke kampung halamannya, kenapa aku merasa sedih sekali ya. Apalagi dia tidak memberitahuku, aku ini sahabatnya atau hanya sekedar teman main baginya? Sejak itu aku tahu, dia adalah satu-satunya lelaki yang mampu membuatku jatuh hati, dialah… cinta pertamaku.” Aku masih terdiam.
“Dia pernah pulang sebentar kesini, tapi dia hanya memperhatikanku dari jauh, kemudian hilang entah kemana.” Ekspresinya yang muram tiba-tiba berubah menjadi cerah.
“Sekarang giliranmu!” serunya semangat, Pino.. anak baru di kelas 9A, sikapnya hangat dan agak pendiam, sama sepertiku yang memang tidak terlalu suka dengan keramaian, tapi saat melihatnya duduk terdiam sendiri di kursinya, aku langsung tertarik untuk duduk di sebelahnya dan berkenalan lebih jauh dengannya, seperti menawarkannya sebuah jalinan persahabatan.
“Ceritaku sama persis, hanya berbeda orang dan tempat.” Dia menatapku dengan ekspresi yang tidak bisa ku tebak.
“Ke…kebetulan sekali, tak apalah, kau bisa menceritakannya kembali Shira.” Keraguan merasuki batinku.
“Yah, yang pasti, dia juga… cinta pertamaku. Tapi dia kembali, dan menjadi orang asing bagiku.”
“Dimana dia sekarang?”
“Menurutmu?” dia menggeleng tanda tak tahu.
“Jangan ceritakan kisah ini pada siapapun, oke?” Aku membawa kelingkingnya untuk saling bersalaman dengan kelingkingku.
“Oke!” Loncengpun berbunyi.

Jam istirahat, aku pasti duduk di taman belakang sekolah bersama dua temanku yang tergolong cewek cerewet.
“Apa yang kau ceritakan dengan Pino?” tanya Claudy.
“Bukan hal yang penting”, ujarku seadanya.
“Oh iya, tadi pagi ada cowok SMA di depan gerbang sekolah, dia bilang dia bakal menjemputmu”, ujar Alina tiba-tiba, aku cengo sesaat.
“Cowok, SMA?” ulangku, takut telingaku yang memang belum dikorek ini salah tangkap.
“Bukan, Emme si cewek incredible yang bulu keteknya mohawk pink, ya iyalah Shira~” Aku mendengus.
“Tak usahlah kau bawa-bawa Emme.”
“Mungkin cowok itu teman geng kakak sepupumu.”
“Bang Rizal? Dia kan sudah kuliah, masa masih masuk sekte gituan sih?” Alina mengangkat bahu, Claudy malah asyik ngupil.
“Kalau niat cowok itu pengen PDKT, nggak mungkin, muka jelek nan hitam begini masa ditaksir.”
“Sudahlah, kau bisa melihatnya setelah pulang sekolah nanti”, ujar Alina, benar juga.

Rasa penasaranku tiba-tiba meluap ke permukaan, siapa gerangan cowok SMA itu? Tiba-tiba ada seorang lelaki dengan motor ninjanya serta senyum 5 wattnya berhenti tepat di depanku.
“Hay, kau Shira kan?” Aku mengangguk kaku.
“Aku akan mengantarmu pulang, ayo naik!” aku langsung mundur beberapa langkah.
“Aku tidak mengenalmu, wahai kau orang asing, permisi.” Dia menarik pergelangan tanganku.
“Aku Ihan, masa kau tidak mengenaliku. Dulu, aku pernah menertawai gerakan dancemu yang memang jelek, waktu SD kita sering main PS bersama, kita juga…”
“SSTTOOPP!! YA YA, aku mengenalmu, tapi ada kejanggalan besar disini.”
“Apa karena aku ingin mengantarmu, tenang… ini hanya sebuah sambutan untuk pertemuan kedua sahabat kecil lagi kok”, ujarnya dengan cengiran lebar.
“Kau tidak sadar, atau pura-pura tidak sadar? Kita satu sekolah saat kau masih SMP, aku kelas 7, kau kelas 9, setiap saat aku bahkan selalu melihatmu di sekolah, tapi kau, menegurku pun tidak, menoleh apalagi, kau benar-benar seperti orang asing yang menatapku dengan tatapan yang benar-benar asing, lalu kenapa kau tiba-tiba muncul dan baru mengakui keberadaanku sekarang? Oh, aku tahu, karena kau cowok yang terkenal waktu SMP, kau jadi malu mengakuiku sebagai teman kecilmu karena rupaku yang buruk rupa, iya kan! Jika itu kenyataannya, lebih baik aku pergi.” Dia kembali menarik pergelangan tanganku.
“Hah~, begini saja, jika kau mau ku antarkan pulang, aku akan mempertemukan temanmu Pino, dengan teman cowok masa kecilnya, bagaimana?”
“Ka… kau”
“Bukan Pino, tapi teman masa kecilnya itu sendiri yang memberi tahuku, namanya Radit, kebetulan dia itu teman sekelasku, jadi ayo berangkat!!” Dan aku hanya terdiam melihat dia membawaku membelah jalan raya siang ini.

“Shira, kenapa wajahmu murung? Kau sakit ya?” aku menatapnya sambil menggeleng. Pino langsung duduk di sampingku.
“Err.. Pino, aku ada sebuah pertanyaan, tapi ini hanya karangan ya, seandainya… seandainya cowok yang kau sukai itu mengacuhkanmu dan bermain dengan wanita lain tepat di hadapanmu kemudian ia sadar dan dengan mudahnya ingin kembali lagi bersamamu, apa yang akan kau lakukan?” Dia terlihat berpikir.
“Tergantung.”
“Tergantung?”
“Iya, jika dia bersungguh-sungguh, aku akan memberinya sebuah kesempatan, tapi jika sebaliknya, aku tidak akan pernah percaya lagi padanya. Kemarin aku bertemu dengan teman masa kecilku, kejadiannya sama persis seperti pertanyaanmu, aku bingung, kau juga kan, Shira?” Aku terkejut, lalu lemas.
“Yeah, lagi-lagi ya.”

“Kau lagi.” Ujarku dengan nada yang dibuat jengah ketika melihatnya kembali memberhentikan motornya tepat di depanku.
“Kenapa, merindukanku?” aku memandangnya sebal, lalu memilih berjalan ke depan, namun ternyata dia tak kujung mengejarku, bukankah ini bagus, tapi kenapa rasanya aku begitu kesal, benci, seperti ada yang hilang di hatiku, jadi begini rasanya ketika kau diberi sebuah harapan, harapan palsu yang hanya memberikanmu sebuah penderitaan, sudah 1 minggu dia terus seperti ini, membuat dadaku semakin sakit ketika memikirkan suatu saat dimana dia akan menghancurkanku dan hatiku di atas kebahagiaannya bersama wanita lain, menyedihkan.

“Shira!” bisa ku dengar dia meneriakkan namaku.
“Kau itu jelek!” aku langsung berhenti berjalan, apa-apaan dia?! Aku langsung berbalik memandangnya.
“Kau juga sangat bodoh!!” aku membelalak kaget, keterlaluan.
“Kau wanita terbodoh yang pernah aku temui! Tak pekaan! Dingin sedingin es lumut buatan ibumu!” ibuku tidak membuat es lumut Ihan! Kesalku dalam hati.
“TAPI KENAPA AKU HARUS JATUH CINTA PADAMU HINGGA AKU TIDAK BISA MELIRIK WANITA LAIN SESENTI PUN. AKU MENJAUHIMU KARENA AKU TAKUT KAU AKAN MEMBENCIKU KARENA PERASAAN INDAH INI YANG SEHARUSNYA TIDAK TUMBUH DIANTARA JALINAN PERSAHABATAN KITA, kau dengar!! Aku menyukaimu, tak peduli seberapa panas dan khawatirnya diriku saat melihatmu melewati rumah Samsul si manusia mes*m, tak peduli darimana aku tahu semua tentang dirimu, tentang Yudi, Adit dan Micky si cowok sok cool yang menyukaimu, Pino sahabat barumu, dan lainnya, karena semua atas dasar cinta, dan cinta tidak memerlukan sebuah alasan, alasanku untuk menyukaimu.” Aku tak berani menatap matanya, wajahku sudah benar-benar berwarna merah padam sekarang, untung tidak banyak orang yang mondar-mandir. Tapi aneh sekali, masa Yudi, Adit dan Micky yang memang sangat jarang kudekati itu menyukaiku, di kelas kan masih banyak cewek yang lebih cantik dan bohay dariku, cowok memang sulit dimengerti. Dan lagi, jalan menuju rumahku itu melewati rumah Samsul, jadi jelaslah aku lewat situ, mau lewat mana lagi coba, ckck.
“Aku pergi, bye jelek.” Dan dia pergi, begitu saja.
“Dasar Ihan bodoh.”

Pino menaruh pantatnya di kuris tepat di sebelahku.
“Kami memulai lagi Shira, kalau kau?”
“Kurasa, aku juga..”
“Kita lihat seberapa giat mereka meluluhkan hati kita.” Pino tersenyum manis.
“Ya, cinta memang sulit ditebak kan.”
“Kita benar-benar klop ya?” kini aku yang tersenyum manis.
“Ya iyalah, Pino dan Shira gitu loch~.” Dan tawa bahagia dan penuh rasa lega menggema dari mulut kami.

ADVERTISEMENT

Cerpen Karangan: Selina

Cerpen Dua Kisah Kasih Kembar merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Takdir Membelakangi Harapan

Oleh:
Matahari menyinari dengan perlahan seakan-akan malu untuk muncul. Burung-burung bersiul menyambut pagi yang indah. Kini hari baru telah dimulai. Dan hari ini adalah hari senin, hari dimana waktunya sekolah

Ku Ingin Terseyum di Ujung Hidupku

Oleh:
Kenalin aku kirana, aku mahasiswa disebuah universitas, aku mempunyai penyakit kanker menurud dokter aku takkan bisa hidup lama tapi aku tetap berjuang untuk hidup, walau harus menjalani kemo terapi

Yudha untuk Sahabatku

Oleh:
Kring… kring… kringggg… Bunyi alarmku membangunkanku. Aku pun segera bergegas untuk mandi. Setelah sudah siap aku pun bergegas berangkat ke sekolah. “ma, aku berangkat dulu yaa.” Pamitku pada mamaku.

Glommy Sunset

Oleh:
Aku mengibaskan ujung blazer. Beruntung hujan belum begitu lebat saat aku memutuskan untuk memutar balik langkahku kemari. Hampir seminggu ini rintik hujan terus mengguyur Kota Pelajar tatkala matahari nyaris

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *