Hari Hukuman

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Persahabatan, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 9 January 2016

Di suatu pagi, ada 4 orang sahabat yang bernama Wina, Bunga, Naufal, dan Azidan. Mereka adalah sahabat sejak kecil. Sekarang mereka duduk di bangku SMA kelas XI. Mereka bersekolah di SMA Pelita Cahaya. Kemarin hari, tepatnya hari minggu, mereka mengadakan kunjungan ke panti asuhan untuk membantu mereka. Lalu kemudian pada hari ini mereka masuk sekolah bersama-sama.

Tetapi yang hari ini tidak sebiasa hari sebelumnya. Mereka semua kesiangan, mereka bangun pukul 05.45, mereka pun terburu-buru berangkat sekolah setelah menunaikan salat subuh. Mereka bertemu di tempat biasa, anehnya, mereka datang secara bersamaan dari arah yang berbeda-beda. Mereka datang ke tempat biasa mereka bertemu pukul 06.20, sedangkan perjalanan mereka menuju sekolah selama 30 menit.

“Aduh gimana nih? udah telat nih, pasti pintu sekolah udah ditutup deh sama satpam” ujar Winda panik.
“Iya nih, ya udah kita langsung berangkat!” usul Azidan sambil berjalan sedikit cepat.
“Iya-iya” jawab Naufal dan Bunga. 25 menit waktu yang mereka tempuh hari ini untuk datang ke sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul 06.45, gerbang pintu sekolah pun telah ditutup oleh satpam.

“Pak tolong bukain pintu, Pak! tolong!” ujar Naufal dengan mohon-mohon kepada Pak Satpam.
“Maaf tidak bisa, kenapa kalian telat?!” tanya Pak Satpam sambil marah.
“Kami kesiangan, Pak!” jawab Azidan.
“Alasan!” ujar Pak Satpam singkat dengan emosi.
“Ya udah terserah Bapak deh, yang pasti bukain dulu, Pak, pintunya! kami mau masuk!” teriak Bunga.

“Percuma kalian masuk, yang ada nanti kalian dapat hukuman berat, mendingan kalian gak usah sekolah” ujar Pak Satpam dengan nada agak melembut.
“Gak apa-apa deh, Pak kami dihukum! asal boleh ngikutin pelajaran” celetuk Naufal.
“Hussttt! Fal! Kalau beneran gimana?” bisik Winda sambil menginjak kaki Naufal sebagai kode.
“Tenang” jawab Naufal dengan santai.
“Oke, saya sudah laporkan kepada guru piket, sekarang kalian boleh masuk” ujar Pak Satpam.
“Yeaayy! tuh kan kita boleh masuk” ujar Naufal sambil memasuki gerbang sekolah.

“Heh! kalian kenapa telat?!” bentak guru piket saat keempat sahabat berjalan 10 langkah dari gerbang sekolah.
“I.. i.. itu, Bu” ujar Winda dengan gugup.
“Itu apa?!” tanya Guru Piket.
“In.. ini, Bu, jadi kami semua kesiangan tadi pagi” jawab Naufal.
“Iya, Bu, karena kemarin terlalu lelah habis kunjungan ke Panti Asuhan, jadi ti.. tidur.. tidurnya terlalu nyenyak” jawab Azidan dengan detail.
“Telat kok bareng-bareng!” ujar Guru Piket.
“I.. i.. ya, Bu, maaf” ujar Winda dengan gugup.

“Boleh gak Bu kita mengikuti pelajaran seperti biasa? boleh ya, Bu?” Tanya Bunga pada Guru Piket.
“Iya, Bu. Hari ini ada 3 mata pelajaran yang dibuat ulangan harian” ujar Azidan sambil memohon-mohon.
“Baiklah, boleh, tapi tetap ada hukuman untuk kalian berempat!” ujar Guru Piket.
“Apa itu, Bu? gak apa-apa kok, Bu. Asalkan kita bisa ikutin pelajaran hari ini” Sambung Naufal.

“Naufal!” panggil Winda dengan nada rendah.
“Husstt, udah diem aja” jawab Naufal pelan.
“Saat jam pulang sekolah, kalian harus berdiri di tengah lapangan sambil hormat kepada bendera merah putih dengan mengangkat 1 kaki kalian dan menjewer telinga kalian, dan juga, kalian memakai kalung kardus yang bertuliskan (SAYA TERLAMBAT DATANG KE SEKOLAH)” perintah Guru Piket.
“Ba.. ba.. baik, Bu!” jawab Naufal seorang.
“Ya sudah kalian boleh masuk kelas!” ujar Guru Piket sambil menyuruh keempat sahabat itu.

Keempat sahabat pun langsung menuju ke kelas mereka. Pelajaran pertama dimulai dengan pelajaran matematika, dengan mengadakan ulangan. Karena mereka terlambat, waktu keempat sahabat untuk mengerjakan soal ulangan matematika hanya 30 menit. Mereka pun segera menyelesaikannya dengan cepat dan tepat. Bel pelajaran matematika pun telah berbunyi.

“tet.. tet.. tet..” semua kertas ulangan harus segera dikumpulkan. Pelajaran pun berganti menjadi pelajaran IPA, pelajaran IPA pun mengadakan ulangan harian di hari ini. Mereka juga menyelesaikan ulangan IPA dengan baik dan tepat waktu. Setelah pelajaran IPA selesai, bel istirahat pun berbunyi. “teng.. teng.. teng” semua murid berhamburan dari kelas.

ADVERTISEMENT

“Aduh, kita dihukum lagi.” ujar Winda dengan nada sedih.
“gak apa-apa, Win, kan yang dihukum bareng-bareng” jawab Naufal tersenyum.
“Iya sih” jawab Winda singkat.
“Eh, lihat deh, kok ada ramai-ramai ya di deket tangga?” tanya Bunga.
“Mana?” tanya Azidan.
“Itu, kita kesana saja yuk!”ajak Bunga.

“Ehh kalian kok bertengkar sih? jangan seperti anak kecil deh, kita kan udah SMA” Nasihat Azidan kepada 2 orang temannya yang sedang bertengkar (Udin dan Budi) dan Naufal pun mencoba melerai mereka berdua.
“Iya, sudah jangan bertengkar!” ujar Bunga.
“Loh, ini ada apa kok ribut-ribut? kalian bertengkar ya?!” ujar Guru Piket yang datang menghampiri mereka.
“Aduhh, kalian lagi, pasti gara-gara kalian lagi deh” tuduh Guru Piket kepada keempat sahabat.

“Bu.. bu.. bukan kita, Bu!” jelas Winda.
“Iya, Bu, bukan kita! kita cuma mau melerainya saja kok, Bu!” lanjut Naufal.
“Sudah jangan banyak alasan, kalian berenam ke ruang BK, sekarang!” ujar Guru Piket dengan sedikit emosi.
Guru Piket sekolah mereka pun tidak percaya kepada mereka, akhirnya keempat sahabat pun ikut ke ruang BK untuk ditangani.

“Tok.. tok.. tok.. Assalamualaikum” ujar Azidan sambil mengetuk pintu ruang BK.
“Ya, masuk!” ujar Guru BK dari dalam ruangan.
“Tadi.. kita disuruh ke sini sama guru piket, Bu!” jelas Bunga.
“Ya, saya sudah tahu apa maksud kalian ke sini, silahkan duduk” sahut Guru BK.
“Jadi, siapa yang salah? kalian berenam? oke baiklah” lanjut Guru BK.
“Tapi ini bukan salah saya dan ketiga teman saya, Bu!” Celetuk Naufal serentak berdiri dari kursi dengan emosi karena merasa tidak bersalah.

“Ihh.. Naufal duduk, gak sopan tahu” ujar Winda kepada Naufal.
“Tapi memang benar, Bu, yang salah bukan kami, tapi mereka berdua!” lanjut Naufal dengan menunhuk ke arah Udin dan Budi.
“Coba tolong jelaskan” ujar Guru BK dengan lembut.
“Biar saya saja, Bu, yang menjelaskan!” respon Naufal.
“Hmmm.. ja.. jangan dia, Bu, saya saja dan Udin beserta Budi” ujar Winda sambil menunjuk dirinya.
“Ya sudah, sementara kalian bertiga tetap di ruangan ini, yang lain boleh kembali ke kelas” ujar Guru BK.

“Saya di sini saja, Bu, nungguin Winda” ujar Naufal.
“Mau Ibu kurangi poin kamu?” jawab Guru BK kepada Naufal.
“Ta.. ta.. tapi kan, Bu! Saya sekalian bisa memberikan penjelasan” ujar Naufal.
“Fal..” sapa Winda, namun ternyata Naufal mengerti arti dari sapaan tersebut, akhirnya ia kembali ke kelasnya.
“Ya, sekarang kalian jelaskan” minta Guru BK.

“Jadi, kami melihat Udin dan Budi bertengkar, lalu kami hanya melerainya saja, namun sayang, Guru Piket hari ini tidak percaya terhadap saya dan ketiga sahabat saya. Mungkin, Guru Piketnya masih kesal karena tadi pagi kami berempat terlambat sekolah dan meminta untuk mengikuti pelajaran seperti biasa” jelas Winda.

“Kenapa kalian bisa telat?!” ujar Guru BK dengan agak keras.
“Kemarin kami habis berkunjung ke Panti Asuhan, mungkin karena kelelahan jadi kami tidur sangat pulas, saya kira yang kesiangan hanya saya. Ternyata ketiga sahabat saya juga kesiangan, Bu” jelas Winda.

“Oh baiklah, kali ini dimaklumi, apa kalian sudah dapat hukuman?” tanya Guru BK.
“Sudah, Bu” jawab Winda.
“Apa hukuman yang diberikan kepada kalian?” tanya Guru BK kepada Winda.
“Kami disuruh menghormati bendera dengan mengankat 1 kaki dan menjewer telinga sambil mengalungi tulisan (SAYA TERLAMBAT DATANG KE SEKOLAH)”

“Oh bagus-bagus, lalu kalian berdua, Udin dan Budi? mengapa kalian bertengkar?” tanya Guru BK kepada. Udin dan Budi. “Bu, maaf, boleh saya kembali ke kelas? saya harus mengikuti pelajaran Bahasa Inggris karena pelajaran itu mengadakan ulangan, Bu” potong Winda.
“Oiya iya, boleh, silahkan” jawab Guru BK.

Akhirnya Udin dan Budi diinterogasi oleh Guru BK dan keempat sahabat dinyatakan tidak bersalah. Winda pun masuk kelas dan langsung menyusul teman-temannya yang tengah mengerjakan soal ulangan Bahasa Inggris. Bel pun berbunyi “tet.. tet.. tet.. ” yang menandakan bahwa ulangan telah berakhir dan dilanjutkan dengan pelajaran seperti biasa. 3 jam pelajaran biasa pun berlalu.

Bell pulang sekolah pun berbunyi pada pukul 14.00 “Teng.. Teng.. Teng..” semua murid-murid pun langsung pulang ke rumah masing-masing, kecuali keempat sahabat ini. Mereka harus melaksanakan hukuman yang dijatuhkan kepada mereka akibat mereka telat datang ke sekolah.

“Sekarang kalian berdiri di tengah lapangan sambil angkat satu kaki kalian” perintah Guru Piket.
“Iya, Bu!” jawab keempat sahabat bersama-sama.
“Tunggu!” henti Guru Piket.
“Ada apa, Bu?” tanya Azidan.
“Kalian kan belun ambil papan yang bertulisan (SAYA TERLAMBAT DATANG KE SEKOLAH), cepat 1 orang ambil di ruang guru!” Perintah Guru Piket.
“Ba.. ba.. baik, Bu!” jawab Azidan sambil berlari mengambil papannya.

Setelah Azidan mengambil papan tersebut, keempat sahabat pun dihukum mengangkat 1 kaki mereka dan menjewer kuping mereka. Mereka dihukum sampai senja datang, jam sudah menunjukkan pukul 17.30 mereka dipersilahkan untuk pulang ke rumah masing-masing. Keempat sahabat pun pulang bersama.

“Ihh kenapa sih kita harus telat, jadi dihukum gini kan” keluh Naufal.
“Tahu nih, kaki aku jadi cape banget, tangan aku pegal, kupingku merah” timpa Winda.
“Huuhh iya nih, pulang-pulang pasti aku minta dipijat sama Mamaku” ujar Bunga.
“Sudah-sudah, jangan mengeluh, ini kan juga salah kita” sela Azidan.
“Iya juga sih” jawab Bunga sambil memijat-mijat tangannya yang pegal.
“Ya sudah, ayo jalannya dipercepat biar bisa cepat sampai rumah dan istirahat” ajak Azidan kepada ketiga sahabatnya.

Perjalanan mereka pun dipercepat. Mereka sampai di rumah pukul 18.00, ketika ia masuk rumah, adzan Maghrib berkumandang dan mereka bersama-sama pergi ke Masjid. Setelah mereka pulang salat Maghrib, mereka langsung istirahat untuk menyiapkan semangat untuk esok harinya.

TAMAT

Cerpen Karangan: Winda Widyasari
Blog: www.fantasticstoriess.blogspot.com
Facebook: Winda Widyasari
Namaku Winda Widyasari, aku mengirim cerpen dan membuat cerpen untuk mengembangkan bakatku yang masih tersembunyi. Aku sangat ingin menjadi seorang penulis.

Cerpen Hari Hukuman merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Hanya ini Yang Ku Punya

Oleh:
Di dalam Qs Al Hujarat, 11 disebutkan bahwa memperolok olok orang lain termasuk perbuatan zalim, seharusnya mereka tahu, tapi sayang mereka yang sekolah di sini tidak pernah mau tahu,

Dia Sahabat atau Pacarku

Oleh:
Sejak lama ku sudah menjalin persahabatan dengannya. Sebut saja nama samarannya Dewa. Setiap kali ku selalu bertatapan dengannya, tapi ku malu untuk tersenyum dengannya. Ku sering mengecewakannya. Tapi ia

Jarak Takkan Memisahkan Kita

Oleh:
“Kamu tahu hewan kecoak?” “Iya tahu.” “Apa menurut kamu tenteng binatang itu?” “Dia adalah hewan yang hebat. Dia mampu hidup meski kelaparan dan dia tak memiliki leher.” Rasanya aku

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *