Hitori (Start Over)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Persahabatan, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 17 January 2022

Sendirian. Suatu kondisi di mana tiada orang di sekitarmu. Seseorang berkata kepadaku jika kata tersebut merupakan pengganti dari “keren”. Sebagai makhluk hidup yang merasa kesepian tiap hari dan tiap waktu, aku selalu mengira jika tiada satupun orang yang dapat melihatku, bahkan ketika aku tidak mengenakan hoodie hitamku.

Jangankan emosi, merasa sakit di dalam dan luar tubuhku saja bahkan tidak bisa. Sudah hampir setiap hari tanganku digenggam oleh rasa hampa dan lumpuh. Hanya kau yang dapat melihat mereka, dan hanya kau saja yang dapat merasakan kehadiran mereka. Kubilang, nihil jika seorangpun yang mengetahui perasaanmu, tidak akan pernah ada. Mitos. Terkecuali jika kau mengatakan sesuatu kepada mereka agar mereka paham mengenai kondisimu.

Ketahuilah, mencari seseorang yang benar-benar baik kepadamu, di manapun itu, lebih sulit dari yang kau kira dan orang-orang menganggapnya seperti mengambil permen dari anak kecil atau mengunyah permen kenyal. Namun bagiku, tidaklah mudah untuk membuka hatimu kepada orang lain setelah mengalami patah hati akibat pasanganmu memutuskan hubungannya denganmu atau kecewa karena teman-temanmu meninggalkanmu secara perlahan, baik di dunia maya maupun nyata. Semua itu memberikanmu rasa hampa, lumpuh, cemas yang berlebihan, gangguan tidur, fobia, bahkan depresi.

“Alone again, eh?” sahut seseorang sambil menepuk pundakku, membuat melompat kecil. Aku memutar kepalaku ke arah kanan agar aku dapat melihat semua bagian—fitur wajah dan postur tubuh—milik Ryou. Ryou Lee panjangnya, dan kami berteman sejak aku menapakkan kakiku di Negeri Kangguru ini. Aku mengenalnya ketika aku pertama kali masuk ke kamar di asrama, mendapati dirinya sedang bermain gitar sembari menyanyikan lagu “Me and My Broken Heart” dari Push Baby. Aku tersenyum miring kepadanya dan berbisik, “Naturally”.

Ya, ada kalanya kami menggunakan beberapa judul lagu sebagai “bahasa persahabatan” kami mengingat kami sesama penggemar musik, atau bisa dikatakan “fanatik”. Setelah dia meletakkan tas gitar berisi Miss Teria—gitar putih kesayangannya—itu, Ryou menumpuk tangannya dan meletakkannya di atas pagar pembatas pada jembatan. Mulailah ia menghirup napas panjang seolah-olah dia membutuhkan angin karena kepanasan, lalu membuka topik.

“Bukannya menenangkan jika kita menghirup udara dari laut tanpa ditemani suara dan asap dari knalpot kendaraan? Ya, aku tahu memang sekarang tidak ada. Kalaupun ada, mungkin pemilik kendaraan baru saja pulang dari bekerja atau pergi bekerja di shift angker,” desisnya pelan, dan aku hanya bisa mengunci mulutku.

Ada benarnya juga anak ini. Menikmati udara dari laut di jam-jam seperti ini sambil mendengarkan ombak yang menggulung dan saling menabrak menjadi suatu relaksasi tersendiri bagi orang-orang yang tidak memiliki kesempatan untuk berlibur atau telah menjalani hari yang melelahkan, tapi itu tidak berlaku ketika berurusan dengan diriku yang diterpa tornado pikiran. Sekolah tetap memberiku banyak pekerjaan rumah dengan tenggat yang singkat dan kesabaranku selalu diuji tiap ada tugas kelompok.

“… Heather to Jojo!” Panggilan Ryou membuatku terbangun dari lamunanku. Kulihat tangannya berada di depanku sambil memetikkan jari. “Apa kau baik-baik saja, kawan? Kau terlihat kusut hingga cahaya disini tidak membiarkanku melihat wajahmu,” candanya, tetapi masih tergolong serius. Dark jokes, kurasa. Kubiarkan dirinya menunggu beberapa saat untuk mendapat jawaban dariku yang kini tengah melihat ke arah lautan gelap di bawah sana, hingga aku memulai, “Apakah ada yang lebih menyedihkan daripada secangkir kopi, beranjak dari kasur dan tidak ingin tidur?” tanyaku, dan tanpa memperhatikan wajahnya saja aku dapat menebak dia sedang memikirkan sesuatu.

“Masalah di sekolah, ya?” Aku mengangguk dan mulai mendongakkan kepalaku untuk melihat bintang berwarna biru yang bersinar cukup terang di sana sambil menahan tangis. Entah mengapa sejak aku mulai minum kopi untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, aku merasa aku tidak ada waktu untuk tampil di kafe bersama Steven, Joel, David, Brian, Wayne dan Earl—The Coffeeshop—apalagi hanya sekedar nongkrong di rumah Joel sambil berlatih untuk penampilan kami jika ada busking event di tengah kota. Bahkan saat aku diajak mereka untuk tampil, aku selalu tidak bisa dan bagianku dengan terpaksa digantikan oleh David.

“Rasanya aku ingin mengakhiri hidupku jika terus-menerus seperti ini. Apalagi aku sedang mencoba untuk mengubah diriku menjadi orang yang lebih baik setelah aku nyaris tidak naik kelas. Kenapa aku hidup di antara orang-orang yang tidak mau menghargai perjuanganku? Mendapat pujian karena usaha sendiri saja tidak pernah dapat, apalagi dihargai. Jika orang dewasa boleh mendapat cuti, mengapa aku—yang kata mereka sudah dewasa—tidak?”

ADVERTISEMENT

Jujur saja, suaraku perlahan memudar dan tercampur oleh isakan serta dahak yang tiba-tiba keluar sebelum aku merasakan tangan Ryou menepuk-nepuk pundakku dengan perlahan, menenangkanku. Malam yang seharusnya diisi dengan suara ombak maupun kapal yang melintas kini hancur karena suara isakan dari seorang sampah manusia, yaitu aku.

“Maaf karena kau mengalami semua hal itu sendirian sekarang. Aku seharusnya tidak meninggalkanmu begitu cepat, Kawan. Tapi, hei, aku masih bisa memantau perjuanganmu dari dunia ini meskipun aku tidak dapat menyampaikan saranku lagi kepadamu di duniamu. Aku bangga berteman seorang petarung kuat sepertimu, begitu pula dengan teman-teman The Coffeeshop. Kau tidak hanya seorang teman, tapi juga keluarga bagi kami. Terima kasih karena sudah bertahan sampai detik ini, Jo. Terima kasih banyak karena mempertahankan nyawamu demi kami dan cita-citamu.”

Kemudian, Ryou merangkulku erat seolah-olah dia tak ingin meninggalkanku. Aku pun larut di dalam pelukan yang selama ini aku rindukan selama tiga tahun tanpa henti hingga aku membiarkan angin laut memerintahkan mataku untuk menutup dan memaksa diriku untuk nyaman dalam posisi ini.

“Itaewon to Jojo!” panggil seseorang dengan cara yang sama seperti mendiang Ryou, mengejutkanku dari lamunanku. Aku segera tersadar dan segera menghapus butiran kesedihan dari kedua mataku. “Hei, kau tak apa? Sepertinya kau masih belum bisa melepaskannya,” lanjut orang itu yang tak lain ialah Steven Jung, Si Vokalis Utama, penyuka drama Korea dan teman dekatku.

Aku juga melihat teman-teman The Coffeeshop lainnya melingkar di hadapanku, beberapa ada yang duduk bertinggung dan ada pula yang berdiri. Aku menggeleng kepalaku dan mencoba menenangkan diriku. Aku dapat merasakan tangan Earl menepuk pundakku, seperti yang dilakukan Ryou di dalam lamunanku sambil berkata, “Kami percaya padamu, cheer up!” ketika yang lain mulai bubar dan menjauh. Di saat yang bersamaan, aku mendengar Steven mulai berinteraksi dengan penonton untuk mengalihkan perhatian mereka. Aku juga mendengar kata “memulai dari awal” yang membuatku teringat pada satu lagu. Hanya dengan lirikan mata, kami mengerti maksud Steven dan segera bersiap. Ketika Steven memberi aba-aba, aku mencoba memetik senar pada gitar putih yang diwariskan Ryou kepadaku dan bergumam, “Untukmu dari kami, Bintang Biru di Langit. Mari memulai awal yang baru bersama.”

Cerpen Karangan: MAYA
MAYA adalah bagianmu, dan dia adalah bagian dari yang lain juga.

Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 17 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com

Cerpen Hitori (Start Over) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Ares Kuat Kan?

Oleh:
Ares benar benar anak tengil. Temanku yang satu itu memang sudah gila. Dia mengintip rok cewek setiap pagi. Menggoda guru di koridor dan menjahili adik perempuannya sendiri. Tapi satu

3 Sahabat

Oleh:
Ada 3 sahabat anak ke mana-mana selalu bersama, 3 orang itu bernama Hasna, Husna, Husain. Dia dari kecil sudah bertetanggaan dan satu sama lain sudah saling kenal, setiap hari

Kenyataan yang Terpendam (Part 1)

Oleh:
Pagi yang cerah di hari senin semua murid SMP Melati termasuk Raisa sedang melakukan upacara pengibaran sangsaka merah putih dengan diiringi alunan lagu Indonesia Raya, yang dilakukan dengan lancar

Aku di Antara Keduanya

Oleh:
Langit yang cerah secerah hariku. Aku tau tak ada yang berbeda dari biasanya. Keributan antara Meta dengan Herman yang selalu membuatku sibuk pergi ke ruang guru. Memang dari dulu

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *