Jilbabku Kehormatanku (Part 2)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Islami, Cerpen Penyesalan, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 29 July 2015

Lebaran idul fitri pun tiba dan biasanya libur lebaran selama seminggu, aku tidak pergi kemanapun karena saudara-saudaraku pulang kampung, dan rumahku dijadiakan bese camp (penginapan), aku sengaja untuk tidak mengaktifkan nomorku sejak kejadian malam itu, aku mengaktifkan nomorku pada waktu tengah malam, aku membaca sms dari nita yang berisi

Assalamu’alaikum titi, kenapa nomor kamu gak aktif, oh iya minal aidzi wal faidzin yah mohon maaf lahir dan batin.. aku lagi di kalimantan nih di rumah saudara silaturahmi sekaligus liburan disini salam semangat selalu untuk sahabatku,

Aku sama sekali tidak membalas pesan dari sahabatku, aku merasa sakit hati dan merasa dikhianati.

Liburan pun berakhir aku kembali berangkat sekolah dan aku memutuskan untuk berangkat pagi, “ma, aku berangkat dulu yah” ucapku ke mama dan mencium tangan mama dan bapak yang sedang sarapan pagi di meja makan dekat televisi, biasanya kami menghabiskan waktu istirahat di ruang meja itu sambil nonton televisi. “Ti, gak biasanya kamu berangkat pagi kan nita belum jemput sarapan dulu isi perutmu biar gak kosong” kata mama sambil mengambilkan nasi beserta lauknya, aku memakai sepatu warna putih untuk hari senin dan mama menyuapiku untuk sarapan pagi, memang aneh sudah besar makan masih disuapin mama, kapan jadi dewasanya?
“Yah ma, aku mau berangkat sendiri aja” tegasku dengan rasa percaya diri dan perlengkapan yang sudah disiapkan semalam aku jalan menuju halte untuk menunggu angkutan umum, sampai di sekolah aku menuju kelas dan banyak teman-teman yang saling bermaaf-maafan. Nita pun datang dan menghampiriku, “Ti, kamu tadi aku jemput kata mamamu kamu dah berangkat dari jam 6, kamu kenapa selama ini nomor gak pernah aktif, kamu ada masalah cerita dong” ucap nita sambil mencubit pipiku sampai merah aku meneteskan air mata dan aku pun pergi menjauh dari nita.

Aku terus mendiamkan nita sampai selama 2 bulan, aku sudah tidak pernah mengajak nita bermain, aku bergabung dengan temanku yang lain sampai suatu saat aku melihat mas bowo mendekati nita lagi dan berbincang-bincang di belakang sekolah aku menghampirinya dengan sembunyi-sembunyi aku mendengarkan perkataan mereka di balik pohon besar, ternyata mas bowo menembak nita, aku langsung bergegas pergi menjauh dari mereka, aku lari… lari… dan terus lari dan secara spontan aku mengeluarkan air mata, mungkin itu karena luapan emosiku yang sudah tak tertahan lagi, “Tuhan mengapa harus sahabatku, bukan orang lain, Engkau tidak adil..”, jeritku dalam hati, aku sangat menyesal mengenal mas bowo, karena kehadiranya pada akhirnya membawaku pada penderitaan, persahabatanku rusak, percintaanku juga tak berarti apa-apa.

Hari demi hari kulewati dengan tegar, perasaanku tidak enak karena sudah lama sekali aku membiarkan sahabatku sendiri, sudah 1 minggu nita tak kunjung datang ke sekolah, tidak ada kabar tentang nita entah dia ijin, sakit atau kenapa tidak ada satu pun yang tahu, akhirnya akbar ketua kelas berinisiatif untuk mendatangi rumah nita, semua teman satu kelas sepakat untuk pergi mendatangi rumah nita ketika jam mata pelajaran selesai. “Tok.. tok… tok… assalamua’alaikum, permisi” sahut akbar cs tidak ada satu pun orang membukakan pintu, kami menuggu lama dan terus mengetok pintu, lalu ada tetangga nita yang datang mendatangi kami mengatakan bahwa semua keluarga pak anton (ayah nita) tidak berada di rumah, mereka sedang berada di rumah sakit, nita anaknya pak anton sakit dan sekarang sedang dirawat di UGD, dan saya dengar nita dari kemarin keadaanya terus menurun.

Semua teman tercengang mendengar kabar tersebut begitupun aku, seketika suasana menjadi hening dan tak menyangka sekalipun nita yang sepertinya kelihatan sehat dan baik-baik saja, tiba–tiba dikabarkan dirawat di UGD. “Ya tuhan apa yang sebenarnya terjadi pada nita, penyakit apa yang diderita sahabat karibku ini”, dalam hatiku bertanya-tanya, air mata yang menetes mengiringi kesedihanku, hujan pun mengiringi kepedihan hati kami yang bersedih, semua terdiam dalam rintik-rintiknya hujan tak satu pun yang berkutik hingga akhirnya akbar ketua kelas mengeluarkan beberapa kata “ayo kita ke rumah sakit” tegas akbar dengan membelokan arah motornya ke arah menuju rumah sakit.

Semua bergerak menuju rumah sakit, dengan hati yang kacau dan tak karuan aku menuju ke rumah sakit bersama akbar cs. Tiba di rumah sakit, menuju ke ruang pendaftaran, “maaf, bu ada pasien yang bernama nita susilowati dari desa lamongan” tanya akbar dengan menatap suster yang bertugas menjaga ruang pendaftaran, tatapan akbar sangat tajam sekali, dia benar-benar mengkhawatirkan nita karena dia merasa bersalah tidak mencari tahu sejak dulu, kenapa nita tidak berangkat selama satu minggu, yah akbar selaku ketua kelas seharusnya lebih tanggap dan peduli terhadap anggota di kelasnya tapi kita tidak menyalahkan akbar justru semua merasa bersalah karena tidak ada inisiatif, tidak ada kebersamaan juga tidak ada kekompakan. Semua tersadar akan pentingnya kekompakan dan kebersamaan. “Ya, pak tunggu sebentar saya cari dulu di daftar pasien, oh ya pak pasien yang bernama nita susilowati dari desa lamongan berada di ruangan bougenvil” tegas suster dengan menunjukan arah ke ruang bougenvil.

Kami pun bergegas menuju ruang bougenvil, dan terlihat semua keluarga nita dari kejauhan berada di luar ruang, ternyata ruangan itu dibatasi hanya satu orang pengunjung. Secara bergantian kami dengan keluarga nita masuk keluar ruangan, ketika menunggu yang lain, aku duduk bersebelahan dengan ibu nita di taman rumah sakit “bu, nita sakit apa? dan mengapa selama ini tidak ada konfirmasi ke sekolah?” tanyaku penuh dengan rasa penasaran, dan aku sempat bingung ketika ibu nita terdiam menatapku dengan air mata yang berlinang, sepertinya beliau menyimpan rasa yang ingin sekali diungkapkan, ibu nita memeluku erat dan menangis tersedu-sedu, aku pun terbawa oleh suasana, pelukannya sehangat pelukan ibuku, aku mengusap-usap punggung ibu nita, menenangkanya kemudian beberapa saat ibu nita menceritakan tentang nita “nita adalah anak sholehah, penurut, berbakti pada orangtua dan anak perempuan satu-satunya di keluarga kami, nita anak yang ceria, suka menghibur kami ketika kami sedang lelah nita juga akrab sekali dengan kakak-kakaknya ketika ibu melihat nita bersama kakaknya sedang bergurau, nita selalu terlihat manja di hadapan ibu tapi sebenarnya dia anak yang sangat mandiri, pelukanya sehangat pelukanmu nak. Nita sering menceritakan teman-temanya di sekolah dan dia juga sering menceritakan persahabatan kalian, dia sangat menyayangimu dan persahabatan kalian tidak akan terpisah oleh apapun, tapi takdir berkata lain nita masuk rumah sakit nita terjatuh dan pingsan ketika mau berangkat sekolah, ibu pun tergesa-gesa membawanya ke rumah sakit, nita tidak sadarkan diri selama 3 hari lamanya, Dokter mendiagnosis nita terkena kanker rahim stadium 4 dan seharusnya nita kesakitan dari kejauhan harinya, akan tetapi nita tidak pernah mengeluh sedikitpun, dia tidak ingin orang- orang yang menyayanginya tahu, ketika ibu mau menelpon sekolah nita melarang ibu demi teman-temanya agar kalian tidak mengkhawatirkanya” cerita ibu nita, Aku tidak menyangka sama sekali begitu besar jiwa persahabatan nita, aku sangat merasa bermasalah ketika mendengar cerita ibu nita, aku meninggalkan nita hanya karena seorang laki-laki, ketika itu giliran terakhir untuk menjenguk nita, ibu nita menyuruhku untuk cepat pergi ke ruang nita, memasuki ruangan nita dengan hati yang begitu amat rindunya terhadap sahabatku ini, aku langsung memeluk nita, menangis melihat sahabatku terbaring lemah. “Kenapa kau tidak memberi kabar nit, maafkan aku selama ini…” nita lansgung menyela pembicaraanku “husst ti aku menyayangimu maafkan aku selama ini banyak berbuat salah padamu, aku ingin kita seperti dulu lagi, tapi aku sudah tidak bisa…” “nita kamu gak boleh ngomong seperti itu, kamu akan sembuh, kamu percaya kan kuasa tuhan, bukankah kau selalu taat pada-NYA, Allah pasti akan menyembuhkanmu” tegasku meyakinkan nita, sebenarnya aku tidak kuat melihat sahabatku ini.
“Akan tetapi jika Allah berkehendak lain, kita bisa apa. Aku berdo’a selalu agar Allah memberikan yang terbaik untuku ti, jadi aku hanya bisa pasrah dengan keadaan, dan aku sudah tidak kuat lagi manahan rasa sakitku ini, aku ingin kau menutup auratmu, kecantikanmu akan terpancar alami ketika auratmu tertutupi dengan pakaian syar’i dan jadilah wanita yang muslimah. Aku akan merasa senang sekali kalau kau berjilbab dan memakai pakaian yang menutup aurat, perjalananmu masih panjang terus kejar cita-citamu sampai kamu mendapatkannya dan jangan lupa untuk selalu senantiasa berdoa” kata nita yang saat itu berusaha tegar dan kuat, nita berpesan kepadaku agar aku menutup aurat.
Tiba-tiba tangan nita menjadi dingin, dan wajah nita pucat sekali, “waktuku sudah tiba, aku senang kau berada di sampingku” ucap nita menggegam tanganku
“Nggak, kamu kuat” kataku keras, aku ketakutan aku pun memanggil dokter dan keluarga nita beserta teman-teman. “ti, sudah jangan panggil dokter” tegas nita yang sudah lemas sekali semua keluarga nita terutama ibu nita menangis dan semua teman-teman membaca do’a. Hembusan nafasnya sudah tidak beraturan, tit tiiiiiiit… semua tercengang. Inanillahi wa innanilahi roji’un nita sudah tidak bernafas, teman terbaiku telah pergi, Allah telah mengambilnya mungkin ini yang terbaik bagi nita dan semuanya, Allah sangat menyayangi nita maka dari itu Allah mengambilnya karena sudah cukup nita harus merasakan sakit yang bertahun-tahun sudah saatnya nita istirahat dan hidup tenang tanpa merasakan sakit.

“ya Allah jika ini terbaik bagi semua hamba ikhlas, nita adalah anak yang sholehah sekaligus teman terbaik untukku, nita mengajarkanku tentang agama dan semua tentang kebaikan yang sesuai oleh ketentuan MU maka tempatkanlah nita di sisi MU dan terimalah amal ibadah nita. Makhluk kecil dari tiada kembali ketiada, berbahagialah dengan ketiadaanmu. Semua ini menyadarkanku bahwa kematian tidak pandang umur, hidup di dunia ini hanya sementara apa artinya hidup di dunia lama-lama kalau hanya melakukan maksiat, terutama untuk seorang wanita yang tidak melaksanan syariat islam mulai dari pakaian yang mentup aurat. Aku janji padaMU ya Allah aku akan melaksanakan perintahmu dan menjauhi laranganmu. Aku akan menutup auratku, aku ingin jadi anak sholehah seperti sahabatku”.

ADVERTISEMENT

Satu bulan berlalu, aku sangat merindukan nita sahabatku, teringat ketika aku dan nita selalu bersama dalam suka duka. “sedang apa kau disana sahabatku, kau lihat aku kan sekarang aku sudah berubah kau pasti senang melihatku disini, berbahagialah disana sahabatku” ucapku dalam hati, aku meneteskan air mata mengingat semua tentang nita dan sejuta kenangan masih terekam dalam memori, tak akan pernah melupakannya sekalipun, sahabatku yang telah menyadarkanku yang mengajarkan tentang kebaikan beretika cara berpakaian muslimah. Aku yang sedang merenung di ruang tamu, saat itu mendengar suara ketukan pintu… tok… tok… tok, aku pun membuka pintu, aku terdiam melihat yang datang ke rumahku, ternyata ibu nita ke rumahku dan beliau memeluku hangat dan menyebutku dengan panggilan nita, “ibu, aku bukan nita aku titi bu, ibu harus merelakan nita kasihan nita kalau ibu terus-terusan sedih” ucapku kepada ibu nita, lalu aku mempersilakan bu nita untuk duduk dan kami pun terdiam cukup lama. “ti, ibu kesini cuma mau mengantarkan catatan diary nita ini sebelum di rumah sakit dia menulis surat di atas mejanya dan menyimpanya di laci meja, dan buku ini untuk kamu nak, ti tahukah kau ibu sangat menyayangimu mainlah ke rumah ibu satu minggu sekali saja” tutur ibu nita sambil meohon-mohon padaku, beliau menganggapku seperti nita, kami memang seperti anak kembar banyak orang yang menganggap kami seperti duplikat, aku sangat menghargai ibu nita yang berniat untuk mengangkatku menjadi anak, aku pun menyetujui dan memenuhi permintaan ibu nita dan semua ini kulakukan demi sahabatku.

Setelah ibu nita pulang, aku pun perlahan-lahan membuka catatan diary nita ketika mau membuka lembaran pertama, “titi, kemari nak ibu mau bicara, tadi yang datang siapa, kok cepet ibu sudah buat teh hangat tapi orangnya dah pergi, sepertinya tadi kamu serius sama orang tadi” tanya ibu penasaran sambil membawa teh hangat ke ruangan tamu. “Oh, tadi ibu nita bu ngasih diary almarhumah nita ke aku, katanya ini pesan nita sewaktu nita masih hidup” jawabku sambil menundukan kepala, yang teringat kembali tantang kenangan nita. Aku sangat tidak mengerti kenapa aku terus memikirkan nita terlebih setelah buku diary ini ada di tanganku sepertinya ada sesuatu yang mengganjal pada buku diary ini. Malam yang hening bulan purnama bersinar begitu terang, aku teringat pada buku diary yang aku simpan di tumpukan buku pelajaran yang belum sempat aku baca. Aku pun membaca perlahan pada lembaran pertama, isinya berupa cerita-cerita seru tentang persahabatanku dan nita ketika kelas satu SMA sampai pertengahan buku catatan diary dimulai curhatan-curhatan nita dimulai dari menjauhnya aku dan cerita tentang mas bowo.

Hari selasa pukul 07. 00 wib tanggal 11 mei 2012
Dear diary, hari ini aku sedih banget, sahabat karibku titi tiba–tiba berubah sikap padaku, aku tidak tahu apa salahku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, aku pun tidak tahu apa yang menyebabkan sahabatku tiba-tiba berubah sikap, aku bingung sangat bingung. Ya Allah aku berharap hanya kepadamu, untuk mengubah sahabatku seperti dulu lagi.

Hari rabu pukul 09. 00 wib tanggal 12 mei 2012
Dear diary, hari ini mas bowo menembaku, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku sama sekali tidak punya perasaan dan aku sama sekali tidak berpikiran untuk berpacaran, aku pun menolaknya lagian sahabatku titi sepertinya menyukainya, Ya Allah aku ingin menegakan islam aku tidak mau merusak keimananku dengan hal-hal yang dilarang agama, aku juga tidak ingin sahabatku terjerumus dalam hal percintaan yang tidak halal maka dari itu aku tidak menceritakan apapun tentang mas bowo, tetapi kenyataanya titi salah paham, sahabatku menganggap aku merebut mas bowo padahal aku sama sekali tidak berpikiran seperti itu aku ingin menyelamatkan keimanan sahabatku. Tapi apa daya semua sia-sia, aku telah berusaha untuk menjelaskan itu semua tapi sahabatku tidak peduli, tidak ada waktu untuku. Semakin hari aku merasakan rasa sakit di dada, aku harus kuat, aku tidak ingin orang sekitarku tahu.

Hari kamis pukul 21. 00 wib tanggal 13 mei 2012
Dear diary, hari ini melelahkan dan seperti biasa aku sendirian, tidak ada perubahan pada sahabatku, ditambah penyakitku semakin hari semakin sakit kurasakan, aku sudah tidak kuat lagi. Ya Allah beri aku kekuatan dan beri aku waktu untuk memperbaiki kesalahan kepada teman-temanku terutama orangtuaku. Aku ingin memberikan yang terbaik untuk orang-orang yang berada di sekililingku.”

Setelah membaca buku diary nita, aku pun termenung dalam beberapa menit, aku terus memikirkan ini dan aku sangat merasa bersalah, betapa sucinya hati sahabatku ini, aku yang sangat ego pada waktu itu, karena terbakar api cemburu yang terlalu berlebihan, andai waktu bisa ku ulang kembali. Aku belajar dari sahabatku selain dari kesholehahanya juga terhadap sikapnya yang sabar dan pemaaf. Aku akan merubah segala aspek dari yang tidak baik menjadi baik setelah aku memakai jilbab dan pakain muslimah ini, aku sangat termotivasi oleh sahabatku ini. Aku janji aku akan memberikan yang terbaik kepada orang-orang yang ada di sekitarku. Aku akan mencari jodoh dengan petunjuk dan ridho Allah dan aku tidak akan pacaran selagi aku belum menikah, aku akan melindungi apa yang menjadi kewajiban seorang muslimah yang sholihah.

Hingga saat ini aku bergabung dengan komunitas “Gerakan Wanita Indonesia”, aku dan kawan-kawan komunitas selalu memberikan motivasi kepada wanita-wanita yang memerlukan arahan, wanita yang hampir putus asa terhadap masalah penyakitnya kami juga mengatasi kegalauan wanita tentang perjodohan/konsultan.

Cerpen Karangan: Titi Supriati
Facebook: titisupriati

Cerpen Jilbabku Kehormatanku (Part 2) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Detik Detik Bersama Charryne

Oleh:
Hallo, namaku carey. Aku punya sahabat namanya charryne. Selama liburan charryne sama sekali tidak ada kabar. Aku tidak sabar ingin segera memberi cinderamata bali untuknya. Pasti charryne senang. Tapi,

Ingatan Dalam Renungan

Oleh:
Rintik hujan masih telihat menyelimuti gedung gedung sekolah di salah satu SMA NEGERI di Kabupaten Purworejo. Ku rasakan hawa sejuk, sembari mebolak-balik buku Antropologi di depanku yang sedang duduk

Sahabat Yang Harus Pergi

Oleh:
Namaku Naila Putri Aurora panggil aku Naila. Aku punya sahabat namanya Andriana Novilia panggilanya Vilia. Di rumahku. “Mama… Mama masak apa?” kataku. “Mama masak soto ayam dan minumnya vanila

Penyesalan Terdalam Kak Setya

Oleh:
Matahari mulai menyingsing di ufuk barat. Tanda sore telah usai. Gadis kecil itu hanya diam terpaku sambil menekuk lututnya di atas tempat tidur dalam kamar yang cukup nyaman itu.

Di Balik Mentari

Oleh:
Aku, Vidya, dan Putri telah bersahabat baik sejak kita duduk di kelas 8. Kita selalu satu kelas sejak kelas 8. Sekarang kami duduk di kelas 9 di salah satu

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *