Kembalikan Kesedihan Itu Padaku, Srikandi

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Persahabatan, Cerpen Sastra
Lolos moderasi pada: 30 July 2023

Srikandi sedang marah saat ini, sampai danau kampus saja tidak bisa menampung kemarahannya. Kenapa ia harus tahu? Dan kenapa harus Prahadi? Prahadi Pramoedya yang selalu aktif dalam kegiatan kampus, yang bisa diajak adu argumentasi, yang sering mengikuti lomba menulis, mengirim artikel, mengikuti bakti sosial, yang ringan tangan membantu, Prahadi yang jarang omong, terlihat judes, dan tidak ramah. Prahadi yang dikenal mulai dari rektor, dosen, kakak, juga adik tingkatnya.

Srikandi baru saja mendengar cerita tentang Pra. Pra yang hidup tanpa tahu darimana ia berasal, di mana ayah ibunya, siapa kakek neneknya, siapa saudaranya, keluarganya. Sementara yang orang-orang tahu, Pra hidup bersahaja bersama Aksara, saudaranya. Padahal tidak. Pra justru hidup dengan hutang seumur hidup pada keluarga Aksara yang telah begitu baik mendidik dan membesarkannya sampai saat ini.

Srikandi tidak tahu harus marah pada siapa. Apa pada dirinya sendiri yang merasa begitu buruk jika disandingkan dengan apa yang telah Pra alami? Atau karena ia merasa begitu bodoh karena baru tahu cerita itu hari ini? Lebih-lebih ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya ketika menatap mata Pra nanti. Menatap orang yang selalu ia puja, ia banggakan, ia jadikan teladan. Menatap pemilik kisah tidak beruntung itu.

Srikandi menoleh ketika tiba-tiba Arjuna duduk di sampingnya sambil mengulurkan botol mineral. “Sebesar apa kemarahanmu saat ini, Srikandi? Sampai matahari tidak berani bersinar terik, padahal ini pukul dua belas tepat.”

Srikandi menerima botol itu, meminumnya. Lalu berkata, “Kemarahan yang tidak terhitung, Arjuna. Kemarahan yang tak ada batasnya.”

Arjuna tertawa sarkas “Prahadi yang sangat hebat bukan? Dia yang mengalami saja tidak marah sebesar kemarahanmu hari ini.”

“Pra yang sangat luar biasa. Sampai aku takut memandangnya dengan tidak biasa. Sampai aku takut menangis saat bertemu dengannya. Aku bisa membayangkan bagaimana ia menjalani hidupnya dengan berbagai pertanyaan yang tak kunjung ia temukan jawabannya. Selama ini, sampai saat ini.”

“Semoga bayanganmu salah, Srikandi. Bahkan Aksara saja tidak pernah membayangkan apa yang Pra lewati selama ini, sampai saat ini. Tidak ada yang bisa menebak Prahadi, lewat aksaranya sekalipun.”

“Srikandi, kamu tidak boleh menangis melihatnya nanti, tidak boleh terusik dengan rasa iba di hatimu, tidak boleh menatapnya dengan tatapan sedih. Pra tidak butuh itu. Jangan jadikan ajang untuk khawatir, untuk bersedih, untuk merasa tidak nyaman.”

“Lihatlah! Dia tumbuh dengan begitu hebat, begitu memesona, begitu membanggakan siapa saja tanpa perlu merasa berbangga diri. Jangan iba padanya. Lihat dia, Srikandi! Dengan kepercayaannya, dengan semangatnya, dengan kegigihannya, dia bisa melewati semua hal yang sempat kamu bayangkan. Tetap tegak dengan kakinya sendiri, tetap kokoh dengan bahunya sendiri, tetap lapang dengan hatinya sendiri. Lihat betapa dia percaya bahwa dia punya Tuhan yang selalu ada untuknya. Tanpa perlu mengeluh, meraung, membentak, merutuki nasib. Lihat dan tegakkan kepalamu sebagaimana ia menegakkan kepalanya untuk terus tumbuh di jalan yang sudah dipilihkan untuknya. Lihat dan berdoalah, semoga tak ada secuil dendam di hatinya karena dia terlalu istimewa.”

ADVERTISEMENT

Srikandi menangis tepat setelah Arjuna menyelesaikan kalimatnya. Bersamaan dengan itu terdengar suara tepuk tangan. “Narasi yang hebat, Arjuna.” Arjuna menoleh. Srikandi menghentikan tangisnya. Di belakang mereka ada Pra. Arjuna seketika berdiri menarik Srikandi, merangkul bahunya. Berbalik menghadap Pra. Jarak mereka terpisah beberapa meter saja saat ini.

“Aku tidak sedang bernarasi, bersajak, atau berpuisi, Pra. Aku sedang memberi tahu Srikandi apa yang harus dilakukannya untuk menghadapimu saat ini.” Srikandi menunduk. Tidak memiliki keberanian penuh untuk menatap luasnya mata Pra.

“Tegakkan kepalamu Srikandi! Lihat dia! Dia Prahadi Pramoedya, teman dekatmu, teman kita. Orang lain boleh merasa juga berpikir seperti yang kau lakukan tadi, tapi tidak denganmu. Sesuatu yang bahkan Aksara saja tidak pernah melakukannya.”

Arjuna mengajak Srikandi mendekat ke arah Pra. Sampai tersisa tiga langkah saja. Srikandi masih menunduk. Masih belum berani menghadapi Prahadi Pramoedya saat ini. Sulit sekali. Ia justru ingin menangis. Terdengar jelas bagaimana ia menahan isakannya agar tidak lepas.

“Srikandi Barunawati, pelaut wanita yang gagah berani. Apa menatapku lebih menakutkan daripada menaklukkan ombak di laut?” suara tegas Pra membuat isakannya berhenti begitu saja. Dengan kalimat itu Srikandi langsung menegakkan kepalanya, memperkokoh pijakannya, melapangkan hatinya. Memberanikan diri menatap luasnya bola mata Pra. Mencoba mengenyahkan perasaan sedih, iba, kasihan. Prahadi hanya boleh dilihat dengan seluruh kebanggaannya. Ia tidak peduli cerita-cerita itu. Justru cerita itulah yang membuat Pra harus dihadapi dengan segenap kehormatannya.

Pra merentangkan tangannya. “Kembalikan kesedihan itu padaku Srikandi, jika itu menghancurkan hatimu, membebani pundakmu, memberatkan langkahmu. Sungguh, kalau bisa aku membungkam orang-orang yang menceritakan kisah itu, sudah kulakukan. Kalau bisa aku menutup telingamu, sudah kulakukan juga. Tapi tidak bisa bukan? Aku ini milik Tuhan. Semua rencana ada pada-Nya. Jadi tugasku saat ini hanya menemanimu. Silakan kembalikan kesedihan itu padaku Srikandi. Tak sudi aku melihatmu kesulitan menyembunyikannya.”

Tanpa membuang detik lebih banyak lagi, tanpa menuntut penjelasan lebih lengkap lagi, Srikandi menghambur pada Pra. Memeluknya dengan perasaan lebih lega. Daripada ia mengembalikan kesedihannya pada Pra, lebih baik ia membuang kesedihan itu jauh-jauh dari hatinya. Menggantinya dengan perasaan bangga.

Cerpen Karangan: Asma’ Dzakia
Facebook: aksarani
Hai! aku Asma’, gadis yang berusaha untuk tumbuh dengan baik. aku suka membaca, menulis, fangirlling, nonton drakor, yaa seperti gadis pada umumnya. jika ingin berkenalan silakan main ke instagram aku asma.dzakia.

Cerpen Kembalikan Kesedihan Itu Padaku, Srikandi merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Sekolah

Oleh:
SEKOLAH… sebagian besar disini aku belajar hidup. Mencari teman, mendapatkan sahabat, menemukan cinta, dan memiliki pengajar yang emosional atau selera humor yang beragam. Tiap pagi, ku ikat tali sepatuku

Maafkan Aku (Part 3)

Oleh:
Terbangun entah setelah sekian lama, lalu kemudian tersadar dan ku melihat samar di hadapanku seseorang seperti berbicara dengan seseorang lainnya dengan jarak yang berjauhan, dengan sakit yang terasa di

Ketika Sahabat Menjadi Pengkhianat

Oleh:
Namaku Verenia fafabila. Dipanggil Veren. Aku mempunyai sahabat yang bernama Celina Olivia atau Celin. Ia adalah sahabat yang baik dan pengertian. Esoknya, kubangun dengan semangat. Kubuka gorden jendelaku. Saat

From Best Friend To Love

Oleh:
BUM! Annisa mengalihkan pandangannya dari televisi menuju pintu yang baru saja dibanting tertutup. Dari balik pintu itu Horizon berdiri sambil berkacak pinggang menatap tepat ke arah kaki Annisa yang

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *