Mystery of a Game

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Misteri, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 8 November 2014

“Main apaan ya?” tanya salah satu dari mereka.
“Aku juga tak tahu,” jawab satunya lagi.
Ya. Mereka adalah sekelompok sahabat yang sedang terdiam di bawah pohong yang rindang. Kicauan burung di pagi yang cerah membuat mereka terbawa suasana.

“Aku tahu!” seru salah seorang yang membuat keheningan itu pecah seketika.
“Apa, Siska?”
“Ikuti saja aku. Aku akan menunjukkan cara bermainnya,” ujar Siska.
“Begini caranya. Aku diajarkan oleh kakakku Sarah,” lanjutnya lagi.
“Oke, kami mengerti.”
Sekelompok sahabat itu pun bermain dengan riang gembira di pagi yang cerah itu. Sampai waktunya siang tiba. “Huaaah! Tak terasa ya, cepat sekali waktu itu?” ujar Hana.
Lainnya mengangguk.
“Pulang yuk!”
“Ayo! Nanti sore main lagi, ya!”
Mereka pun pulang ke rumah masing-masing.

Sore pun tiba…
“Cherry! Cherry!” teriak sahabat-sahabat Cherry.
“Ya?”
“Main yuk!”
“Ayo!” Cherry segera pamit dan pergi bermain.

“Siska mana?” tanya Cherry.
“Di rumah Siska banyak orang berdatangan jadi, kami menghampirimu dulu,” jelas Fanny.
“Yap. Betul,” timpal Stella.
“Yuk, kita hampiri Siska!” ajak Cherry.
Mereka berempat pun ke rumah Siska.

Terlihat mama Siska dan kakak Siska berderaian air mata. “Loh? Tante? Kak Sarah? Kok kalian menangis? Kenapa?” tanya Cherry.
“Sis… Siska…” ujar kak Sarah terpatah-patah.
“Siska?! Siska kenapa kak?! Siska kenapaaa?!!!” teriak Hana ikut menangis.
“Sis… Siska… Siska meninggal… Hiks…” ujar mama Siska.
“APA?!?!” jerit mereka berempat. Hampir saja Hana pingsan mendengarnya. Tentu saja Hana, sahabat karib Siska sangat terpukul mendengarnya.
“Tidak… tidak mungkin Siska meninggal… Tidak mungkin!!!” jerit Hana lagi.
“Memang kenyataannya begitu, Hana… Kakak juga sangat terpukul. Tetapi, Allah berkehendak lain,” kata kak Sarah.
“Memangnya, Siska meninggal kapan, kak?” tanya Cherry seraya menangis juga.
“Siska meninggal saat tidur siang tadi. Dia tidak bangun sama sekali. Sampai akhirnya, kakak menyentuh nadinya, tak berdetak sama sekali.”
“Tragis sekali Siska meninggal. Ya Allah…, biarkan Siska tenang di alam sana, Ya Allah…. Semoga Siska diterima disisi-Nya ya kak.., tante… Kami pamit dulu,” ujar Stella.
“Iya. Hati-hati, ya…”

Sekelompok sahabat itu pun pulang ke rumah masing-masing lalu memberi tahukan hal ini kepada orangtuanya. Setelah itu, mereka berkumpul kembali. Hana masih terpukul dengan kematian sahabat sejatinya.
“Siska…”
“Sudahlah Hana. Biarkan Siska senang disana. Kita doakan saja dia agar diterima disisi-Nya,” hibur Fanny.
“Bagaimana kalau kita bermain permainan yang diajarkan Siska tadi?” usul Stella.
“Betul. Ayo!” Mereka bermain bersama tanpa Siska. Mereka berusaha ceria walaupun di dalam hati mereka sangat berduka. Mereka bermain sampai maghrib, lalu pulang.

Keesokan harinya…
“Cherry! Cherry! Ada telepon dari Fanny!” teriak bunda Cherry dari bawah.
“Ya, bun!” Cherry segera turun ke bawah dan mengangkat gagang telepon rumahnya. “Halo. Assalamu’alaikum Fanny.”
“Halo juga, wa’alaikum salam.”
“Ada apa, Fanny? Kok menelpon pagi-pagi?”
“Ada kabar duka lagi, Cherry.”
“Hah?! Apa itu?!”
“Stel… Stella… meninggal dunia tadi pagi pukul 06.45.”
“Innalillahi wa inna illaihi rojiuun…. Baru saja kemarin Siska meninggal. Sekarang Stella?”
“Iya. Ya sudah ya, Cher. Kita berkumpul di tempat biasa. Bye!”
“Bye!” Cherry menutup telepon dan segera memberitahu ke bundanya. Kemudian, Cherry ke tempat biasa berkumpul.

“Kemarin Siska. Sekarang Stella,” ujar Hana sedih.
“Ya. Pasti semua ini gara-gara permainan yang kita mainkan kemarin. Bukankah pertama Siska yang mengajak, lalu dia yang meninggal? Setelahnya Stella yang mengajak, dia yang meninggal. Pasti semua ini gara-gara…”
“PERMAINAN YANG DIAJARKAN SISKA!” tebak yang lainnya.
“Ayo kita selidiki!”

Mereka menyelidiki, tetapi tetap saja mereka tak menemukan apapun yang aneh di permainan itu.
“Sudahlah. Aku menyerah. Aku tak tahu apa yang harus kita lakukan lagi. Aku mau pulang,” ujar Cherry.
“Tapi, Cher! Kita belum selesai!”
“Iya, aku setuju dengan Cherry. Kita melakukan ini hanya sia-sia saja! Membuang waktu!”
“Ya sudah deh.” Akhirnya mereka semua pulang.
“Eits, tapi tunggu!” cegah Fanny.
“Ada apa?” tanya Cherry kemudian.
“Teman-teman kalian masih penasaran tidak dengan permainan yang diajarkan Siska?” tanya Cherry.
Teman-teman yang lain hanya mengangguk.

Agar tidak penasaran mereka menyelidiki lagi langkah-langkah permainan itu. Ternyata tanpa disadari mereka menemukan sesuatu yang janggal dari permainan itu. Kejanggalannya adalah kita harus mengucapkan kata homsalamaaripa. Mereka semua tidak tahu apa arti kata itu. “Eh, kalian ingat tidak? Dulu Siska bilang permainan itu yang mengajarkan permainan itu adalah Kak Sarah?” tanya Cherry lagi.
“Iya aku ingat”.

ADVERTISEMENT

Setelah memutuskan akhirnya mereka bertanya kepada Kak Sarah.
Di rumah Kak Sarah… Setelah disuruh masuk mereka langsung bertanya. “Kak, kata Siska dulu permainan itu diajarkan oleh kakak?” tanya Cherry.
“Oh, itu nama permainan itu adalah E-Game. Kakak baru tahu dari teman kakak, katanya permainan itu bisa membuat orang yang mengajaknya bermain meninggal”.
“Lalu, kenapa kakak yang mengajarkannya tidak meninggal?”.
“Itu Karena kakak mengucapkan mantra sebelum memulainya. Kakak lupa memberi tahu Siska. Sekarang kakak tahu artinya E-Game adalah End-Game” jawab Kak Sarah.
Setelah berterima kasih mereka pulang. Mereka sudah tahu misteri yang tersimpan didalam E-Game.

Cerpen Karangan: Quintania HB
Facebook: Quint Angel
Hai! Salam kenal! Jika kalian ingin kontak denganku, bisa lewat Facebook atau Twitter. Facebook-ku: Quint Angel. Twitter-ku: @Smart_Queen2804. Baca cerpenku yang lainnya juga, ya! Semoga kalian suka dengan cerpenku! ^_^ Thanks

Cerpen Mystery of a Game merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Diary Albert

Oleh:
Mobil Jeep berhenti tepat didepan teras balkon lantai satu. Aku turun seraya menghirup udara segar. Rasa penat hilang seketika. Hawa di bukit ini sungguh menyegarkan. Mataku mengitari sekeliling Villa

Berpegang Teguh Pada Prinsip

Oleh:
Diera sekarang itu remaja sepertiku sangat identik dengan pacaran. Menurut sebagian besar dari remaja sekarang kalau nggak punya pacar itu nggak gaul lah, nggak lakulah apalah. Tapi menurutku buat

U.S.A

Oleh:
Caping siap, kaca mata hitam, sambal, nasi kucing, sandal jepit warna kuning semua siap!!!, gila, ini mau sekolah, apa sales keliling?, tapi nggak apalah, sebagai calon siswa yang teladan,

Bunbun Sang Pahlawan Desa

Oleh:
Dahulu kala di terumbu karang di dasar laut terdapat sebuah desa yang dihuni oleh berbegai macam binatang laut. Mereka hidup rukun dan damai. Ada paman dan bibi cumi-cumi, pak

Pesan Terakhir

Oleh:
Buat Sahabatku… mungkin ini surat terakhir buatmu. Aku berharap ditemukan olehmu di saat aku masih bernafas. Aku hanya bisa mengutarakan perasaanku lewat surat ini. Bertahun-tahun perasaan ini ku pendam,

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

3 responses to “Mystery of a Game”

  1. budi satriadi says:

    Ceritanya bagus kalo ditambah lagi bumbu misterinya pasti tambah bagus

  2. Hilma says:

    Ceritanya seru, bagus dan menarik. Keep writing…!!!

  3. deviyanti says:

    ceritanya good bgt. I like it…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *