Put Koong Wibolaikath

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Persahabatan, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 21 March 2016

Suara gemuruh kendaraan silih bergantian melewati depan rumahnya, malam itu terasa sangat ramai seolah keramaian itu ikut senang mengetahui keberhasilannya, kesenangan ini adalah hasil dari arti bahwa ia orang yang terpilih. “Deon waktunya makan …” Suaranya nyaring dan keras Deon yakin itu suara ibu sehingga menghentikan lamunan malamnya. Ia berjalan menuju meja makan, Ibu dan lainnya berbicara ria satu sama lain tapi Deon langsung makan sehingga ia paling cepat menghabiskan makanannya.

“Loh kok cepat banget makannya, gak tambah lagi?” Ujar ibu Deon menawari.
“Enggak Bu aku sudah kenyang besok mau sekolah dan bangun cepat.” Balas Deon kembali.

Ayam berkokok terdengar sangat keras membangunkan mimpi dalam tidurnya, mata itu terlihat masih tampak tak ingin bersahabat namun sepertinya Deon lawan karena jam sudah menunjukkan pukul setengah enam, Deon lalu bergegas mengambil air wudu dan pergi salat kemudian ia pergi mandi dan berangkat sekolah. Hari ini adalah pengumuman pembagian kelas, Deon berharap mendapat kelas unggulan di mana kelas yang berisi orang orang terpilih. Deon sudah mendapat prestasi yang cukup baik pastinya ia berhasil untuk mendapatkan keinginan itu, benar saja beberapa menit setelah dugaannya terumumkan namanya Deon Alvaith. Terlihat betapa senang ia mendengarnya, tampak juga terdengar nama sepupunya yang bernama Fachru Alvaith dari sumber suara.

Beberapa waktu kemudian Deon mendapat banyak tugas kelompok, kelompoknya terdiri atas laki laki semua, termasuk Fach. Fach sangat mahir dalam bidang hitung-hitungan, sedangkan teman kelompoknya yang lain adalah Put Koong Wibolaikath orangnya suka humor, sangat mahir dalam menghapal bahkan kisaran daya ingatnya dapat menghapal 1 lembar kertas dalam hitungan menit. Yang lain juga tak kalah hebat, di kelompoknya memiliki orang yang mahir dalam Bahasa inggris namanya Arhan nama lengkapnya Arhan Alfajar. Tetapi juga ada yang sangat mahir di dalam sastra indonesia namanya Arifin, dan satu orang lagi bernama Randa Alfahreza dia merupakan seorang ketua kelas. Hari itu adalah mata pelajaran fisika, tugas mereka adalah untuk membuat magnet dengan 3 metode yaitu dengan menggosok, induksi, dan cara aliran listrik. Pada hari itu tugas Deon adalah untuk membawa paku, tetapi ia lupa untuk membawanya. Tak lama kemudian Koong marah besar terhadap Deon.

“Heh Deon lo yang beneran aja, lo kalau gak seneng sama gue bilang. Gara-gara lo kita semua bisa hancur nantinya ngerti gak lo?”
“Maaf Koong gue gak inget bawa pakunya, Koong.” Ujar Deon menjelaskan.
“Alah lo gak usah banyak alasan, lo memang gak pernah perduli dengan tugas kelompok, bahkan di pelajaran lain juga lo seperti ini juga. Waktu kerja kelompok lo selalu tidur. Sekarang lo cari itu paku sampai dapat gue enggak mau tahu.”
“Iya, Koong.” Deon sangat tampak kebingungan dalam area sekolah yang sempit itu di mana ia bisa membelinya, tapi sudahlah ia kembali saja dengan tangan kosong.
“Nah dia udah balik ke sini, sekarang mana pakunya?”
“Sorry Koong gue gak dapat.”

Tapi Deon tak bodoh ia mengerti paku itu ada di meja Koong, sepertinya Koong meminta kepada anggota kelompok lain. Tapi Deon sudah tak ingin berbicara apa pun lagi ia hanya diam saja setelah hari itu, dan Deon juga yakin bahwa Koong dan yang lain itu sama tidak mengetahui kelebihannya. Deon mengerti yang terbodoh di kelompok memanglah Deon, tapi mereka tidak pernah sekali pun melihat kelebihan Deon. Satu tahun sudah berlalu Deon menjalani rutinitas setiap hari di Unggulan, kelas yang ia harapkan untuk menjadi kelas yang baik. Karena di sana juga ia yakin bahwa di sana banyak terdapat orang orang yang baik, tapi kelihatannya tidak dari sini Deon juga belajar bahwa tak ada manusia yang baik seperti malaikat.

Ia mencoba meneruskan pendidikan sekolah di daerah dekat rumahnya namun kelihatannya Deon tidak senang karena Koong satu kelas dengannya, waktu masa MOS pun begitu juga. Tapi ada hal yang jauh berbeda, Koong sering mengajak berinteraksi baik kepadanya. Seperti pada pelajaran Fisika pada waktu itu settingan tempat duduk belum teratur sehingga duduknya berdekatan dengan Koong, ia menanyakan Deon tentang tugas latihan mengenai Dimensi besaran dan satuan, tampaknya Deon langsung merespon walau tidak mendapat nilai yang sempurna Deon dan Koong mendapat nilai yang lebih baik dari yang lain.

Hari-hari selanjutnya Koong dan Deon semakin akrab. Di pelajaran matematika Koong selalu meminta Deon untuk mengajarinya bahkan tak jarang juga Koong melihat jawaban matematika Deon, Deon sudah menganggap Koong adalah sahabatnya tapi sepertinya Koong tidak seperti itu Koong hanya menganggap Deon adalah orang yang bisa dimanfaatkan. Deon sudah tahu itu tapi hari itu menjelaskan ketika ulangan Matematika mendadak.

“De, de ustt. Woy nomor satu jawabnya gimana nih… gue gak ngerti?” Koong tampak bingung
“Bentar, gue lagi ngerjain nanti gue kasih Koong!” balas Deon.
“Serius lo yah….”
Tak berapa lama kemudian Deon siap mengerjakan semua soal ulangan.
“Nah Koong gue udah siap semua, lo boleh lihat kertas ulangan gue.”
“Oke makasih De.”

Tak lama kemudian terdengar bel menandakan waktu untuk kembali ke rumah, Deon seperti biasa menunggu angkot di depan gerbang sekolah walau sebenarnya dalam pikiran Deon ia masih berharap orang yang sering ia bantu dalam berbagai mata pelajaran untuk mengantar pulang tapi semua sesuai dugaan Deon, tak ada yang sama sekali peduli dengannya. Setelah semua itu Deon tak ingin berbicara dengan siapa pun lagi, tapi ada satu hal yang membuat Deon semangat Yesi Annisa namanya orangnya manis, pintar, berkepribadian sangat lincah, dan lucu. Sejak hari ulangan matematika itu entah kenapa Yesi sering menghampiri Deon di mejanya.

ADVERTISEMENT

“Deon, woy kok diem aja?”
“Gak apa-apa Yes, lagi malas ngomong aja. Habis semuanya datang hanya ketika butuh.”
“Maksudnya, datang mau ada perlunya aja gitu yah?
“Hmm.”
“Oh.. gitu lo kali yang terlalu baper mereka aja biasa aja tuh.”
“Kalau mereka biasa aja kenapa, orang yang gue anggap udah sahabat gak pernah mau nolongin gue, padahal kami amat dekat sekarang.”
“Siapa?” Tanya Yesi penasaran.

“Koong, lo tahu sendiri kan gue sering bantuin dia kalau lagi ada pelajaran yang dia gak ngerti, tapi kelihatannya dia gak pernah tuh peduli sama gue. Bahkan, ia sering mengacangi setiap ucapanku.”
“Lo kali yang terlalu baper menurutku sih biasa aja.”
“Terserah lo deh.”
“Nah.. nah tuh marah kan? muka lo langsung cemberut gitu.”
“Oh iya lo kok tiba-tiba sering nyamperin ke meja gue.” Deon mengalihkan pembicaraan karena pipi merah.
“Gak apa-apa lagi bosan aja.”
“Maksud lo sekarang apaan sih? kalau bosan datang ke sini lo kira gue apaan?”

Yesi hanya menjawab dengan cengengesan dan tersenyum kecil. Deon dan Yesi semakin dekat sepertinya Deon menyukai Yesi, tapi tidak dengan Yesi pada hari itu semua menjawab pertanyaan. Yesi mendekat kepada Koong lama kelamaan sepertinya Koong dan Yesi sudah pacaran, ingin Deon tanya kepada Koong ataupun Yesi soal perasaan mereka berdua tapi ia amat takut. Tapi pada waktu istirahat Deon memberanikan dirinya, Koong dan Yesi sedang mengobrol asyik.

“Eh Deon, ada apa ke sini mau gabung ayuk.” Yesi menyambut Deon dengan baik.
“De, ada apa?” ucap Koong.
“Gue mau ngomong sesuatu nih…”
“Ya udah ngomong aja gih.”
“Kalian pacaran yah, kok dekat banget?”
“Enggak ah, kami cuman teman dekat like a friendship.” Jawab Yesi.
“Tapi kenapa begitu dekat?”
“Enggak ah, De perasaan lo aja …”
“Ya udah deh gue cuman mau nanya itu aja, dah..”

Deon tahu mereka itu tidak jujur mereka memang udah ada hubungan khusus tapi biarlah, Deon sepertinya berharap perasaan ini cepat menghilang karena hal ini tak wajar. Deon tahu Koong menyukai Yesi lebih baik Deon menjauh, setiap hari Koong dan Yesi terlihat semakin akrab banyak orang juga yang tak bodoh melihat mereka berdua adalah sepasang kekasih walau mereka tak mengakui. Deon sangat sakit tapi dia harus kuat sampai ada orang yang membuatnya tersenyum bahagia, namanya Iken shaf’ern orangnya kurus, gak banyak cakap, memiliki kepribadian yang jauh berbanding terbalik dibanding Yesi.

“Deon–kun apa kabar hari ini makin bercahaya aja nih.”
“Wah somplak lo ya gue bercahaya sementang gue kulitnya putih, gue bisa bercahaya gitu gile lo.” Jawab Deon sambal tersenyum sedikit.
“Hahaha, Deon lucu kalau marah.”
“Gile lo, jauh-jauh sana gih.”
“Ngusir lo, maennya gak enak nyuruh pergi.”
“Hehe sorry sorry.”
“Ajarin gue Matematika dong ama Fisika juga yah.” Iken merayu Deon untuk mengajarinya.
“Yang bab mana Trigonometri?”
“Iya itu gue gak ngerti banget tolong yah,”
“Okay ..”

Deon mengajari Iken dengan semangat sampai mereka berdua tampak semakin akrab dan melupakan perasaannya terhadap Yesi, sedangkan Koong sekarang sering sakit-sakitan. Sampai suatu saat Koong meminta Deon untuk menemaninya di kelas. Walau tak ingin tapi Deon sangat iba sehingga ia menurutinya. “Ya udah Koong tapi bentar yah gue nutup pintu dulu,” beberapa detik setelah menutup pintu ia kembali ke tempat duduk.

“Lo sakit apaan Koong?”
“Gak tahu nih badan gue biduran gini.”
“Oh, lo kayaknya sering banget kena penyakit kayak gitu, SMP dulu juga lo sering.”
“Iya namanya juga penyakit bisa datang kapan aja, ribet banget deh lo.”

Deon mengeluarkan headset dari tasnya langsung ia putar lagu-lagu yang ada di handphonenya, sepertinya dari luar upacara bendera sudah usai Deon cepat-cepat kembali ke posisi awal karena ia tadi terduduk di lantai sambil mendengarkan musik. Hari ini pelajaran awal adalah pelajaran matematika, pelajaran yang Deon amat sukai. Ketika itu Koong amat tampak bingung sehingga Deon mencoba untuk membantunya.

“Lo udah siap tugas di papan tulis Koong, lo ngerti kaga?”
“Enggak De, gue lihat punya lo dong.”
“Iya, nih gue baru siap”
“Oke makasih De.”

Deon merasa selalu baik terhadap Koong, berharap juga ia agar Koong tidak seperti ini yaitu tidak menganggap dirinya hanyalah seorang yang dapat dimanfaatkan tapi Koong tampak tak mengerti. Deon sudah muak dengan Koong, setelah pulang sekolah ia berbaring di tempat tidur sebentar, lama kelamaan ia tertidur pulas. Malam pun tiba seperti biasa banyak pesan BBM datang ke tempatnya menanyakan PR terutama Fisika dan Matematika, salah satunya adalah Koong. Deon berkata sendiri dalam pikirannya, “Untuk apa ia berteman dengan orang seperti Koong lebih baik aku delete saja dia dari kontakku.” ujarnya di pikirannya. Esoknya Koong bertanya kepada Deon.

“Woy, kenapa lo delete gue?”
“Gak apa-apa.” Dijawabnya dengan singkat dengan muka yang malas untuk berbicara.
“Gila lo.”
“Hah?”
“Lo gila, gue tadi malam mau ngirim jawaban Bio lo udah siap?”
“Udah, lo gue delete karena cuman malas aja.”
“Maksud lo apa?”

“Gue malas berteman dengan orang yang datang ketika butuh, gue tahu lo mau deket sama gue karena ada maunya kan? kawan lo banyak tapi lo kenapa datang hanya sama gue kalau lo lagi susah. Kalau lagi sakit gue yang nemenin, sedang temen lo yang lain gak ada yang peduli kan Koong. Sekarang lo dengan Yesi makin dekat, sebelumnya gue duluan yang lebih dekat sama dia tapi karena gue lihat lo semakin akrab sama dia gue gak peduli lagi, kalau lo suka biar Koong, biar gue hilangin perasaan gue. Karena gue udah gue anggap temen gue. Tapi kayaknya lo gak sadar seberapa baik gue ada untuk lo.” Jawab Deon dengan kejujuran batinnya.

“Oh gitu, jadi gue harus gimana? gue gak ngerti.”
“Gak tahu, tapi yang pasti lo pasti gak akan pernah paham.”
“Ya udah sekarang gue terima kasih aja lagi.”

“Untuk apa?”
“Gak apa-apa, oh iya soal Yesi gue itu udah akrab ama dia dari kelas 2 SMP sekarang aja kami baru akrab lagi, lo gue lihat kayaknya tiap hari suntuk melulu gue suruh aja Yesi waktu itu untuk hibur lo makannya dia sering ke meja lo, tapi kayaknya sia–sia mungkin lo orangnya kayak gitu. Gye anggap lo teman gue, lo yang salah terlalu baperan jadi orang.” katanya.
“Oh gitu…” Deon hanya terdiam dan tidak tahu mau ngomong apa, mungkin benar dia yang salah. Atas kejadian itu sekarang Koong dan Deon makin akrab mereka saling memahami satu sama lainnya mereka bahkan tak jarang sering bermain bersama, soal cinta-cintaan mereka sekarang memiliki masing-masing walau memang tak ada hubungan yang khusus.

Cerpen Karangan: Ridho Almadani
Facebook: Ridho Almadani

Cerpen Put Koong Wibolaikath merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Setitik Rasa

Oleh:
“Banyak harapan yang kuingin. Tapi satu harapan yang ingin segera dilepaskan, yaitu rasa ini yang tak sama yang selalu mencekam dalam jiwa.” – Lara Luvita Putri – Namaku Lara

Apa Aku Yang Salah

Oleh:
Siang itu aku habiskan dengan bermain, padahal beberapa bulan lagi bakal ujian UN, ya udah hidup dibawa santai aja keles. Bersama teman seperjuangan, Yuli dan Caca aku sering bermain.

Mawar Fadil

Oleh:
Suara teriakan itu menggetarkan hati, isak tangis pecah saat langkah kaki ayahku meninggalkan ibu yang sedang mengandungku di usia kehamilan 6 bulan, ayah pergi dengan mengucapkan talak cerai kepada

Gengsi

Oleh:
“Tiap hari aku membayangkan kamu, Nadin Dinda Syafitri. Senyuman bibir merah itu, tatap manja itu, desah nafas saat kamu kedinginan, wajah memelasmu menahan ngantuk, hangat genggaman tanganmu, semuanya. Semakin

Maafkan Aku Nita

Oleh:
Namaku Anggi, aku salah satu murid di sekolah ternama di daerah jakarta. Di sekolah, aku adalah murid yang pendiam, jarang murid-murid yang lain menyapaku. Tapi hal itu tidak ku

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *