Siput dan Singa
Cerpen Karangan: Ria Puspita DewiKategori: Cerpen Penantian, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 12 September 2016
Baru saja aku menapakkan kaki di tanah kelahiranku, lebih tepatnya desa kelahiranku. Panggil saja aku Nadira, gadis berusia 20 tahun yang datang kemari hanya ingin berlibur sekaligus mencari sahabat lamanya. Kumasuki bangunan itu, sebuah rumah yang sengaja kusewa untuk tempat tinggalku selama berlibur. Kutaruh barang-barangku begitu saja tanpa mempedulikan bagaimana posisi barang yang kutaruh di kamar itu. Perjalanan yang begitu melelahkan membuatku terpaksa harus merebahkan tubuhku sejenak di atas empuknya kasur berbalut sprei putih bersih. Cukup lama, sekitar 10 menit. Kakiku kembali melangkah keluar, mencari udara segar.
Berjalan di antara ribuan teh yang tertanam. Kupejamkan mata sembari merentangkan kedua tangan menikmati betapa sejuknya suasana. Kaki terus melangkah meski mata terpejam begitu rapatnya. Tiba-tiba… “Dubrakk!!” aku menabrak salah seorang pemetik teh hingga ia terjatuh. Kubantu ia bangun sambil sibuk mengucap kata maaf. Kuteruskan kembali langkahku. Hingga kini aku berhenti, menatap sebuah batu besar yang terletak tak jauh dari tempatku berdiri. Masih terngiang jelas di pikiranku, kejadian 10 tahun yang lalu.
Aku dan dia duduk di atas batu besar itu, menatap awan beraneka bentuk di langit yang sangat indah. Hampir setiap hari kegiatan itu kami lakukan. Tidak bosan, dan tidak pernah bosan. Hingga ibuku datang secara tiba-tiba memaksaku untuk pulang. Aku tak menyangka bahwa itu adalah hari terakhir aku bertemu dengannya.
Tiba-tiba, aku tersadar dari lamunanku. Hembusan angin menusuk kulit, seakan mampu menyuruhku mendekati batu itu. Masih kupandangi batu yang saat ini berada di sampingku, mengenang masa lalu, kulakukan hal yang sama seperti 10 tahun yang lalu. Aku masih terdiam menatap awan yang berbagai macam bentuknya, dengan harapan semua akan kembali seperti dulu, dia ada di sampingku untuk menemaniku menatap awan di langit. Tanpa kusadari…
“Ehem.. Ehem..” suara itu terdengar jelas di telingaku yang masih berfungsi dengan baik. Aku menoleh ke samping kanan, kudapati seorang pria tengah duduk di sampingku. Aku mengenal wajah itu, dan tentu saja masih mengingatnya. Seorang pria pemetik teh yang tadi aku tabrak. Aku tak mengerti, kenapa dia ada di sini disaat aku menginginkan sahabat lamaku, Singa alias Angga ada untuk menemaniku.
“Apa kabar Siput? Masih saja lelet ngapa-ngapain?”. Kini aku mulai mengerti siapa dia.
“Baik. Masih suka jadi Singa yang kejam?”. Dia tertawa mendengar pertanyaanku. Aku tak menyangka, harapanku benar-benar terwujud. Dia ada di sampingku.
Cerpen Karangan: Ria Puspita Dewi
Facebook: Puspita Elfa
Cerpen Siput dan Singa merupakan cerita pendek karangan Ria Puspita Dewi, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Tiga Oknum Untuk Yovan
Oleh: Dwi PancaYovan Alexander Sebastian. Nama itu agaknya mulai merasuki otak Ivary setelah sekian lama ia tak pernah memikirkannya lagi. Mungkin munculnya masih timbul tenggelam dalam otak Ivary, namun seiring rentenan
Teman Dalam Mimpi
Oleh: Zahra Rizqy Charissa HAverila Vrovia itulah namaku, aku akrab disapa Vera, aku merupakan seorang anak tunggal, aku kelas V bersekolah di SD Pelita Harapan, sudah cukup perkenalannya, simak ke cerita yuk! Esoknya…
Terima Kasih Shisil
Oleh: Idfia Mireda“aku masih ingin di sini” kataku bersikukuh tanpa bergerak sedikit pun dari tempat aku duduk. “haha… apa kamu gila, come on Ge… move on, kamu masih mau nunggu orang
Puisi Terakhir
Oleh: Pidyatama Putri SitumorangAku kalah dalam sebuah pertaruhan. Pertaruhan konyol yang sudah diketahui pemenangnya. Gio. Bodohnya, aku tetap mengikuti keinginannya untuk bertaruh. Dan sebagai akibatnya, sekarang aku harus menuangkan isi pikiranku di
Persahabatan yang Berawal dari Permusuhan
Oleh: MedeylinSahabat selalu ada disaat kita membutuhkannya, menemani kita disaat kita kesepian, ikut tersenyum disaat kita bahagia, bahkan rela mengalah padahal hati kecilnya menangis. Kita tak pernah tau kapan dan
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply