Teman, Masihkah kau bersamaku? (Part 1)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Persahabatan, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 14 January 2013

“ percuma saja mereka, kalau gak punya bakat latihannya bakal sia – sia “.

Ketika langit mulai membang, Ananke yang duduk santai dipingir lapangan tidak sengaja mendengar pembicaraan Tia dan Carme. Ia melihat kearah temannya yang sedang berbicara. Disebelah para sahabatnya Ananke murung mendengar pembicaraan barusan.

“ Ananke, ada apa? “ tanya Lysa.

Ananke tidak menjawabnya ia menundukkan kepala sambil mengatur nafas dan masih mendengarkan pembicaraan mereka. Ananke tengah menangis dan ia merasa itu benar untuknya.

“ oh iya! Dia dan sahabatnya itu pernah bilang kalau SMA nanti mereka
bakalan menang saat pertandingan DBL lo “ Tia yang berbicara terlalu keras.
“ ha.. mustahil bagi mereka, lihat saja kemampuannya terlihat sekali kan? Fisiknya aja lemah! Mana mungkin bisa menang saat DBL nanti, itu sangat mustahil “ ucap Carme.

Carme yang sengaja bicara keras agar Ananke dan yang lain mendengarkan. Dan mereka pun benar – benar mendengarnya dengan jelas. Ananke yang dari tadi terlihat murung Lysa dan Thea cemas. Ananke masih memperhatikan pembicaraan mereka. Tanpa ambil waktu yang lama Thea menutup telinga Ananke dengan kedua tangannya dan berkata “ Ananke, sudah ya jangan dengarkan lagi ini sudah waktunya pulang, ayo pulang? “. Ananke tersenyum dan melihat sahabatnya dan berkata “ hm! Baiklah ayo pulang“. Setelah menaruh bola mereka pulang dengan berjalan kaki.

Ananke sampai dirumah ketika di mana bumi dipijak di situ malam pun telah datang terlihat sang dewi malam dan cahaya mungil yang bertaburan di ruang luas yang terbentang di atas bumi, Ananke yang melihat langit dari cendela kamarnya. “percuma saja mereka,kalau gak punya bakat latihannya bakal sia – sia“. Ananke masih mengingat kata – kata yang di ucapkan Tia tadi. Namun, Ananke berusaha melupakan sindiran itu dan ia tidak akan menyerah saat ini juga fikir Ananke dan kemudian ia beryanyi sambil meninkmati angin yang berembus sepoi-sepoi dan telah menenangkan hatinya, yang telah menyejukkan fikirannya. Ketika asik bernyanyi dengan alunan nada yang lembut “kriinng”. Terdengar HP Ananke yang berbunyi. Ananke tiba – tiba saja terkejut saat membaca pesan sms dari Lysa yang bertuliskan “Ananke, cepatkah kamu sekarang ke rumah sakit, barusaja Thea menerima kecelakaan“. Tanpa fikir panjang Ananke langsung pergi kerumah sakit tanpa izin kepada ibunya. Dengan jarak 3 km ia berlari dengan tergesa – gesa hatinya yang benar-benar gelisah ia tengah menangis namun, ia tetap berlari dan pada akhirnya ia lelah dan berhenti sebentar, keringat yang mengalir dipipinya bersama tetesan air matanya “tinggal sedikit lagi, kenapa aku harus berhenti ?!“ gumamnya dan melihat gedung rumah sakit yang ada disebrang jalan agak jauh. “ aku tak akan menyerah! “ ucap Ananke, ia kembali berlari dan ia memaksa kakinya untuk terus berlari. Akhirnya ia sampai di depan gerbang rumah sakit.

“ Ananke! “

Teriak Lysa dari pintu masuk. Ananke langsung berlari kearahnya dan cepat – cepat berlari kekamar Thea. Sambil berlari Ananke menanyakan apa yang sebenarnya terjadi kepada Thea.

“ saat aku dan Thea berjalan di trotoar tiba – tiba saja ada mobil yang akan menyantap kami “ Lysa menjelaskan.
“ apa kau baik – baik saja? Tapi kenapa kau yang hanya luka kecil?” tanya Ananke.
“ Thea mendorongku hingga aku terjatuh terhindar dari mobil itu, tapi Thea tak sempat lari dengan kecepatan 40 km/jam mobil itu menabrak Thea hingga Thea terpelanting jauh “ Lysa menjelaskan kembali.

ADVERTISEMENT

Setelah mendengar cerita dari Lysa Ananke menangis ia sangat cemas dengan keadaan Thea saat ini. “apakah dia baik – baik saja? Thea bertahanlah” gumam Ananke. Saat Lysa membukakan pintu untuknya Ananke melihat Thea yang terletak membujur diranjang tidurnya, mata Ananke berkaca – kaca dan segera berlari mendekatinya dan berkata “Thea bangunlah! Aku mohon sadarlah!” sambil memegang dan mengelus-ngeluskan tangan Thea di pipinya.

“ dia terbentur cukup keras dan ada kerusakan pada saraf otaknya “

Dari belakang mereka dokter berbicara, mereka mendengarkan penjelasan dokter dan saat kalimat terakhir dokter bilang “… kemungkinan hidupnya tidak akan lama lagi“.

“ Ananke! Kamu tidak apa-apa kan?!” tanya Lysa yang begitu cemas.
“ini.. ini tidak mungkin, tidak! Ini tidak mungkin” rengek Ananke.

Ia jatuh tertunduk hatinya tersangat terpukul mendengar kalimat dokter itu. Ia tetap menangis dan terlihat ia sangat sedih, ia seperti mempunyai penyesalan yang cukup besar atau bisa saja dia tidak menerima dengan semua ini. Lysa menangis dan melihat Ananke yang berlari dan duduk disamping Thea. Ananke benar – benar taku akan kehilangan Thea teman pertamannya di SMP. “ Thea aku mohon bangunlah? Kumohon” ia memegang tangan Thea yang begitu dingin membeku.Lysa berjalan ke arah Thea yang terbaring dan saat Lysa memegang tangan Thea di saat itulah Thea terbangun. “Ah! Ananke! Thea terbangun, Lihatlah!” spontan Lysa dengan tertawa. Ananke berhenti menangis dan mengusap air matanya, ia memandang wajah Thea yang masih setengah sadar.

“ Thea kau sudah tidak apa-apa? Sungguh aku menghawatirkanmu” ucap Ananke sambil memeluknya.

Ketika mereka sedang melihat Thea yang siuman, dokter pergi dari kamar Thea bersama wajah yang menandakan tak ada harapan lagi. “ Dokter! Dokter mau kemana? Cobalah untuk memeriksannya apakah dia membaik atau belum“ Lysa yang menarik tangan dokter. Dan akhirnya dokter memeriksa Thea. Mereka berdua benar-benar tegang saat Thea diperiksa. Setelah dokter selesai memeriksa ia langsung pergi dan tak mengucapkan secuilpun kalimat untuk kami.

“Thea apa kau sudah baikan?” tanya Lysa.

Ketika Lysa memanggil namanya. Thea seperti kebingungan dan merasakan sakit itu dikepalanya. Thea menoleh kearah Ananke. Ananke merasa gelisah dan ia berfikir ada yang aneh dari Thea saat ini.

“kalian siapa?” Gagap Thea sambil memegang kepalanya.
“Aah! Ini kami sahabatmu?” sahut Lysa.

Ananke berfikir benar jika itu kerusakan saraf otaknya kemungkinan besar Thea tak ingat dengan mereka. “sudah kuduka akan hal ini” gumam Ananke yang meneteskan air mata kembali. “dengan keaadan Thea seperti ini,bisakah kami bermain basket lagi seperti dulu?” gumamnya sekali lagi. Ananke keluar dari kamar RS Thea. Ia berjalan ke taman RS dan merenungkannya sendiri. Berfikir apa yang harus ia lakukan untuk mengembalikan Thea seperti dulu. Ananke menangis lagi dan ia memang merasa ingin menangis jika teman bahkan sahabatnya seperti ini. Ananke tak berhenti menangis berkali-kali ia mengusap air matanya. Pukul 08.49 p.m bersama suramnya hati Ananke berjalan kembali kekamar RS Thea berjalan menundukkan kepala murung wajahnya semakin menjadi-jadi ia mulai membuka pintu semua terdiam membisu. Ananke memengangkat kepalanya dan melihat Lysa yang tengah menangis duduk disamping Thea Ananke bertanya “Lysa! Ada apa?!” sambil berjalan kearah Thea dan duduk disampingnya. Thea yang terbaring kembali. Kondisinya makin memburuk, betapa cemasnya mereka. Tak lama kemudian orang tua Thea datang mereka pun terdiam membisu. Senyap dan sunyi memenuhi ruang lingkup ini tak ada satu orangpun yang berbicara difikirannya hanya ada Thea.”tit tit tit”. Thea yang kejang diatas tempat tidurnya mengagetkan jantung mereka. “ Thea!” mereka semua memanggil namanya hingga sampai dokter datang. Mereka semua keluar kamar RS Thea termasuk Ananke. Terdengar gesahnya dokter dan perawat didalam, hati semakin berdebar-debar,jantung yang seakan-akan berhenti. Semua amat sangat cemas takut,takut jika Thea tak terselamatkan saat ini juga. Tetesan air mata yang mengalir dipipi tertusuknya hati mereka sungguh mengelisahkan.

Sekitar 15 menit dokter keluar dengan wajah murung. Ibu Thea mendekati dokter bersama ayahnya. Ananke dan Lysa masih duduk terpaku dikursi depan pintu kamar. Mereka berempat tak sempat mendengar pembicaraan dokter dengan orang tua Thea karena mereka membicarakaanya sambil berjalan ke ruang dokter. Ananke membuka pintu dan melihat Thea yang tak kejang lagi. Wajah Thea yang memucat membuat mereka menangis kembali. Saat Lysa memegang tangannya hanya dingin yang Lysa rasakan,kuku Thea yang membiru begitupun dengan seluruh tubuhnya kaku dan benar-benar kaku. Tak bergerak sama sekali. “Thea? Apa kau sudah baikan? Bangunlah dan jawablah pertanyaanku” Ananke yang berbicara sendiri dan sekali lagi ia mengatakan “Kumohon” untuk Thea. Mereka berharap Thea bangun dan mengingat mereka dan hingga akhirnya ada empat perawat yang tiba-tiba masuk ke kamar Thea. Terlihat orang tua Thea berdiri diluar kamar dan menangis. “sebenarnya ada apa ini?!” gumam Ananke.

“ Aa.. Tante ada apa dengan Thea? Kenapa ia dibawa keluar?” tanya Lysa yang keluar kamar.

Ananke masih berada didalam dan melihat Lysa yang sedang bertanya kepada ibunya Thea. Ananke bingung dan menghampiri ibu Thea juga.

“… Thea sudah pergi, terima kasih ya dik selama ini sudah menemani hidup Thea”

Mendengar ucapan Ibunya dari kalimat terakhir. Mereka meneteskan air mata dan berlari mengejar Thea yang dibawa ke kamar mayat. “Tidak! Ini pasti mimpi! Ini pasti mimpi!” gumam Ananke dan berteriak “THEA..!”. semakin cepat mereka berdua berlari dan sampai dikamar mayat RS. Saat para perawat keluar mereka berdua menghampiri Thea yang terbaring.fikiran mereka kacau dan masih tidak pecaya kalau Thea sudah meninggal. “Thea kau masih hidupkan? Kau boleh lupa dengan kami tapi jangan tinggalkan kami seperti ini! Thea kumohon bangunlah!” Lysa yang memegang wajahnya. Ananke terdiam membisu melihat wajah pucatnya dengan tetesan air mata yang seakan tak akan berhenti. Mereka tak percaya dengan semua ini.Thea yang selama ini selalu ceria selalu tersenyum dan selalu membuat lelucon hingga Lysa dan Ananke tertawa.inilah hari terakhir Thea meninggalkan kedua sahabatnya dan melupakannya. Betapa sakitnya hati mereka yang benar-benar terluka.

Tangisan yang terus terdengar kesedihan yang menyelimuti mereka kekesalan hati dan penyesalan tertinggal oleh Thea sahabat mereka. Dimana sebelumnya Thea tersenyum bahagia duduk berjajar dipinggir lapangan basket.”inikah saatnya Thea untuk pergi? Sulit tuk menerimanya” Ananke yang keluar dari kamar mayat dan berlari ketaman lagi. Pukul 11.04 p.m Ananke masih menangis ditaman RS sulit menerima kenyataan yang diterimanya.tangis yang tak terhenti ingatan bahagia dari Thea terukir dibayangan matanya canda Thea yang dulu selalu membuat tertawa hangat tangannya menyentuh. Sungguh Ananke mulai merasa bersalah pada Thea. Penyesalanlah yang membuat perpisahan ini.

“Ananke?”

Panggil Lysa. Ananke melihat Lysa berjalan kearahnya dan memeluk Ananke. Mereka memeluk satu sama lain, menangis bersama,mengingat bersama dan merasakan perpisahan yang amat pahit bersama. Berfikir andaikan mereka bisa memutar waktu dan bisa lebih lama bermain dengan Thea. Namun takdir sudah menjemputnya tak ada harapan lagi semuanya sudah terlambat hanya penyesalan yang tersisa, tersisa didalam hati mereka dan mengucapkan “Selamat tinggal kawan”. Dan mereka berdua pulang dan terlelap diantara kesedihan yang merintih.

Bersambung…

Cerpen Karangan: Indri Triyas Merliana
Facebook: indri.kun.9[-at-]facebook.com
Lulusan dari : SDN Pandaan II
Sekolah : SMP Negeri 1 Pandaan

Cerpen Teman, Masihkah kau bersamaku? (Part 1) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


First Love Andina Rasty

Oleh:
Berawal dari Sahabat menuju sebuah pernikahan… Aku rasty aku adalah perempuan normal yang juga bisa merasakan jatuh cinta, tapi aku jatuh cinta ke hati yang salah, hati seorang sahabat

Senja Hari Ini

Oleh:
Pagi Itu, terlihat seorang gadis cantik berambut panjang sebahu tengah bersiap siap untuk berangkat sekolah. Dia adalah Alfi, pelajar kelas 2 SMA yang kini berusia 16 tahun. Dia adalah

Ketika Hati Ini Ingin Semuanya Berakhir

Oleh:
Angin berhembus menerpa wajah Ara yang terlihat sendu. Kalau kalian lihat mata Ara sembab itu karena Ara habis nangis. Kenapa Ara nangis? sepertinya pertanyaan itu gak usah Ara jawab

Aku Dan Cerita

Oleh:
Mungkin sebuah cerita akan menjadi kenangan yang mahal harganya dan jika di biarkan akan mudah untuk di lupakan. begitu juga cerita yang akan ku ungkapkan berikut ini. Berawal dari

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *