Gadis Pikun

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 27 November 2017

Kendaraan yang paling disukai sindi adalah angkot, bagi sindi angkot adalah kendaraan yang paling setia mengantar dia ke manapun ia mau.

Hari ini sindi berangkat sekolah naik angkot dengan cerianya dan sebuah senyuman manis, sindi menanti angkot dan pada akhirnya angkot pun lewat di depannya, eh sindi malahan bengong, ia kelupaan bahwa ia mau naik angkot hari ini pas sadar langsunglah dikejarnya angkot tersebut “hey pak berhentiii!!! Pak berhenti!!! tolong hentikan angkotnya!!!”, teriak sindi dengan suara ngos-ngosan karena kecapean mengejar angkot tersebut.
Akhirnya angkot pun berhenti dan sindi pun langsung naik ke angkot tersebut.

Ia bersekolah di SMA KARTIKA dan duduk di kelas 2, Sesampai di sekolah sindi berlari ke kelas karena mendengar suara bel masuk, sampai-sampai nabrak tiang bendera dan terjatuh, sementara itu orang-orang di sekelilingnya pun menertawakannya dan sindi pun kembali bangun seraya merapikan diri, wajahnya terlihat sangat malu karena terjatuh tadi.

Sesampai di kelas Sindi langsung terdiam mengingat kejadian tadi yang sangat memalukan sambil berkecamuk dalam pikirannya, “Huh kok aku ceroboh banget sih tadi aku terlihat bodoh di hadapan semua orang”, Omel sindi pada dirinya dalam pikirannya, ia terlihat menyesali tindakannya tadi.

Guru pun datang dan pelajaran di mulai sindi pun mulai mengeluarkan buku dan perlengkapan belajar lainnya lalu mulai belajar. Mira pun datang ke meja sindi dan meminjam sebuah penggaris lalu sindi pun mengizinkan Mira untuk meminjam penggaris miliknya tersebut, eh pas sindi memerlukan penggaris itu ia malahan binggung mencari-cari penggaris miliknya ia menengok-nengok ke bawah dan melirik ke kiri dan ke kanan mencari penggarisnya, ia lupa bahwa penggarisnya dipinjam oleh Mira, wajahnya pun terlihat sangat bete karena tidak dapat menemukan penggarisnya lalu secara tiba-tiba Mira pun mengembalikan penggaris miliknya “Makasih sindi penggarisnya”, ujar Mira sambil tersenyum kepada sindi.

“Oh iya”, sahut sindi yang terlihat bingung seraya menggaruk kepalanya.
Ia bingung kenapa penggarisnya ada apa Mira tapi ya sudahlah pikirnya yang penting penggarisnya sudah ketemu.

Sepulang sekolah teman-teman sindi menemuinya “Sindi bagimana dengan tugas kelompok kita?… Besok dikumpulkan loh”, Tanya Shinta pada sindi.
“yah kita kerjakan aja hari ini”, jawab Sindi
“ya sudah entar sore kita ngerjainya di rumah aku yah, gimana” kata Ayu
“Setujuuu”, sahut Sindi dan Sinta bersamaan.
“Oke deh sampai bertemu di rumahku yah” kata Ayu.

Akhirnya mereka pun berpisah dan menuju pulang ke rumahnya masing-masing lalu sindi pun seperti biasa ia menunggu sebuah angkot, dengan bosannya ia menunggu sesekali ia melirik ke jam tangannya “duh mana ya lama banget sih angkotnya”, ujar sindi seraya menengok-nengok jika ada angkot yang lewat. Akhirnya ada lah sebuah angkot yang lewat sindi pun langsung naik angkot tersebut, di dalam angkot itu hanya ada ia dan seorang lelaki tua, karena lelaki tua itu terlihat memandangi ia lalu ia pun tersenyum yang terlihat seakan akan menyapa pak tua itu.

Dan akhirnya sampailah di depan komplek rumah sindi, lalu ia pun turun dari angkot itu, pak tua itu pun juga ikut, turun sindi berjalan memasuki kompleknya, pak tua itu pun berada di belakangnya dan tampak sedang mengikuti sindi telihat sekali pada saat sindi berjalan pak tua itu juga berjalan dan ketika ia berlari pak tua itu juga berlalri, lalu sindi pun perpura-pura mengikat tali sepatu supaya pak tua itu berjalan mendahuluinya tetapi ketika ia mengikat tali sepatunya pak tua itu langsung menangkap sindi dan menariknya, sindipun terkejut dan langsung berteriak “Tolonggg tolongggg”, teriak sindi seraya menyikut nyikut perut pak tua itu sampai-sampai kancing bajunya terlepas dan tetap disikutnya sekuat tenanga, dan pada akhirnya pak tua itu pun kesakitan karena perutnya kena sikut sindi dan terlepaslah sindi dari dekapannya. Sindi pun langsung berlari menuju rumah

Dan sampailah ia di rumah, setelah sampai di rumah Sindi langsung ganti baju dan tertidur karena kecapean. Hari pun mulai sore dan sindi pun sudah bangun dari tidurnya, akan tetapi sindi lupa bahwa sore ini ia ada janji menyelesaikan tugas kelompok, ia benar-benar tidak ingat lalu pada keesokan harinya… di kelas saat bu guru meminta tugas kelompok untuk dikumpulkan sindi barulah ingat dengan tugas kelompok tersebut, ia pun meminta maaf kepada teman-temannya tetapi teman-temannya tidak mau mendengarkan sindi dan malah meneriaki sindi “Dasar pikun kami tidak akan menaruh nama kamu di kelompok kami, kami semalam menunggu kamu datang tetapi apa kamunya gak datang-datang juga”, kata teman-temannya secara serentak.
“Oh ya sudahlah maaf telah membuat kalian menunggu”, jawab sindi dengan nada menyesal.

ADVERTISEMENT

Sindi pun merasa bahwa dirinya itu pikun dan ia berusaha untuk memperkuat ingatannya dengan menulis di sebuah buku catatan kecil ia menulis apapun yang penting dan selalu membacanya agar ia tidak pikun lagi, lalu dengan cara itu ia berhasil mengingat dan tidak pikun lagi.

Cerpen Karangan: Regita Zein
Facebook: Regita z
hanyalah seorang gadis biasa yang mempunyai iamjinasi yang tinggi

Cerpen Gadis Pikun merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Menunggu Takdir

Oleh:
Hai, aku Reina. aku ingin bercerita sedikit tentang kehidupanku menuju akhir masa remaja. Aku mengenal pria bernama Dafa di tahun 2018. Dafa seorang pria yang menyenangkan memiliki sifat humoris,

Ketika Ada HP Kau Lupa Segalanya

Oleh:
Ada suatu kisah seorang anak perempuan yang sangat taat dalam beribadah.dia selalu menyempatkan membaca Qur’an dimanapun ia berada. Bahkan di sekolahnyapun ia yang paling lancar membaca al-quran. Nama anak

Satu Dua Tiga

Oleh:
Dengan susah payah karena selang-selang rumah sakit memenuhi wajah dan tubuhnya, Arki memanggil-manggil orangtuanya. Suara lemah tak berdaya terdengar, bagai sebuah melodi sedih yang menggugah hati. “Ayaah… Ibu… Ayah…

Rasa

Oleh:
Ketika itu, ia berada di ujung jalan yang berbeda denganku. Kita belum saling mengenal. Kita tak saling menyapa. Dari jauh kupandanginya dengan tatapan sinis karena gayanya yang sombong. Sombong

Fangirl Have Story

Oleh:
“Tuny” Aku menoleh dan mendapati salah satu sahabatku berlari menghampiriku sambil teriak memenggil namaku sementara di belakangnya terlihat sahabatku yang lain berjalan dengan santai “Hush berisik ini perpustakaan” salah

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *