Lupa Peraturan

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 27 June 2016

Sekolah
Tempatku menimba ilmu!
Beberapa materi pelajaran kudapati disini, matematika, kimia, fisika, bahasa indonesia, kesenian dan masih banyak materi lain yang tak dapat kusebut satu persatu, sebagai murid aku pun menjalani peranku… menerima setiap pelajaran yang memang sudah ditentukan sekolah, sebagai murid aku juga mentaati peraturan yang telah dibuat, tentu aku juga harus terima, bahkan ketika seorang guru menyuruh mengerjakan PR sekolah, aku juga tak bisa protes.
Sampai detik ini aku masih bertahan dengan statusku sebagai murid yang menaati peraturan sekolah.

Setiap pelajaran pasti ada yang membosankan bagiku, entah karena gurunya yang belum berpengalaman atau mungkin karena pelajarannya yang tidak disukai, entahlah… aku hanya bisa menerima apa yang mereka berikan.

Sampai detik ini masih terasa wajar-wajar saja kehidupan di sekolah, seorang guru mengatakan “Kalian dilarang merok*k di sekolah!”. Kami pun nurut saja karena memang itu sudah menjadi peraturan di sekolahku, seorang teman bertanya padaku “hei, bro kalo di sekolah tidak boleh merok*k berarti di rumah boleh dong ya?”
Aku pun nyeletuk “tentu saja kan peraturan hanya berlaku di sekolah”.
Lalu guru itu melanjutkan perkataannya. “Kalau kalian sempat kedapatan merok*k di sekolah kalian akan diskors dari sekolah”.

Sebagai murid tentu saja harus taat peraturan, kami pun tak pernah sedikit pun melanggar nasehat guru tersebut.

Bulan berganti tahun tak terasa kami pun sudah akan naik kelas, tentunya sebelum itu harus melewati ujian terlebih dahulu.

Ujian jaman sekarang bisa dibilang gampang-gampang susah, bagaimana tidak ketika kita menemui guru yang “kutu buku” kami harus menjawab soal untuk dapetin nilai bahkan jika belum cukup harus remedial (mengulang), nah, kalo guru yang satu ini sih lumayan ribet urusannya karena ketika jawab soal harus benar-benar tepat jawabannya sesuai buku kalau kami bilang sih “guru CBSH”, ada lagi guru yang asyik nih tidak maksain kehendak yang penting jawaban sudah mendekati sudah dianggap benar, oke lanjut…

Semua tipe guru di atas adalah wajar bagi kami, karena guru juga manusia kan, punya karakter yang berbeda-beda.

Yang paling aku merasa aneh adalah guru kesenian karena biasanya dia cuman menyuruh muridnya untuk membuat keterampilan tangan, bebas sesuka hati, aku sih masih merasa wajar karena keterampilan tangan juga salah satu dari seni.
Salah satu teman mengatakan padaku.
“Hei, bro kamu buat keterampilan apa?”.
Aku pun menjawab. “Buat asbak rok*k, bro soalnya aku males buat lain, cuma itu yang aku bisa? Gimana menurutmu lebih simpel kan “.
Temanku pun menyahut. “Eh tapi kan di sekolah ini peraturannya tidak boleh merok*k, bro?”.
Aku pun menjawab. “Eh, siapa bilang lihat tuh guru yang nyampaikan bahwa di sekolah dilarang merok*k, eh dia merok*k juga kan di sekolah bahkan ketika sedang mengajar?”.
“Betul juga sih bro”. Kata temanku.

Kami pun mulai membuat keterampilan asbak dengan tanah liat, setelah siap barulah kami serahkan pada guru kesenian.
Hasil karya kami dikasih nilai yang lumayan bagus, selain itu guru tersebut juga senang dengan asbak yang kami buat.
Dalam hatiku berkata, asbak itu kan aku buat asal jadi aja gak ada yang istimewa dari asbak itu dan lagian aku memang gak bisa buat keterampilan lain dari itu karena males aja.

Coba saja jika dia paham dengan peraturan sekolah ini pasti kami udah diskors karena telah membuat asbak rok*k yang artinya mendukung orang buat merok*k, aneh juga jika dipikir.

ADVERTISEMENT

Nasehat dari guru itu kami langgar dengan membuat asbak rok*k tetapi mereka sendiri lupa dengan peraturan yang berlaku di sekolah, gimanalah sekolah abad ini, aneh betul.

Cerpen Karangan: Fika Nuril Anwar
Blog: trijagrafika.blogspot.com

Cerpen Lupa Peraturan merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Kenapa Aku?

Oleh:
Sore itu, langit terlihat sangat gelap padahal waktu masih menunjukkan pukul 16:00, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Aku masih berdiri di depan halte, menunggu angkutan umum lewat. Hai

Permainan Dalam Permainan

Oleh:
Pada suatu hari yang tidak cerah, di dalam sekolah yang tak damai, ada seorang murid yang bercita cita untuk menjadi detektif, ia terinspirasi untuk menjadi detektif setelah menonton anime

Cinta yang Sesungguhnya

Oleh:
Penerimaan rapor semester 1 telah usai. Seluruh siswa pun sudah pulang bersama orangtua masing masing. Namun, tidak untuk seluruh siswa kelas XI IPA 2. Kami masih ribut dengan rencana

Retrouvailles

Oleh:
“Ketika kita bertemu kembali.” Semuanya dimulai ketika pagi itu, tampak seperti pagi yang tak membuat Ananda tampak bersemangat. Ananda atau gadis yang akrab dipanggil Nanda itu dibangunkan oleh suara

Great Memories In Laverna (Part 2)

Oleh:
Selesai makan siang. Setelah berdoa selesai makan. Dengan cuaca yang masih hujan, kami pergi keluar untuk outbond. Kegiatan outbond kami adalah mengeluarkan bola dari pipa yang bocor, seru banget

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *