Mengapa Tidak Boleh Aku Berkarya Ditengah Semarak Dunia Maya Yang Menggila

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 13 March 2019

Semilir angin sore menerpa wajahku tatkala senja pun seakan mengucapkan selamat tinggal pada bumi dan seisinya.

Teman-teman, namaku jonathan biasanya dipanggil untuk lebih ringkasnya, aku berasal dari sebuah keluarga yang memiliki corak kehidupan yang bisa dikatakan sederhana ditengah-tengah keramaian kota.

Aku terlahir sebagai seorang anak tunggal dalam keluargaku, maka tak heran sering saja aku merasa kesepian dan terus menantikan seseorang yang disebut saudara, tapi aku tidak dapat memaksa karena pada waktu dulu ibuku divonis tidak dapat memiliki anak lagi karena salah satu penyakit yang diidapnya saat itu.

Teman-teman, pasti tidak percaya bahwa aku menempuh pendidikan hanya karena hal-hal sepele saja yaitu karena kesepian, dan alhasilnya sekarang aku berada di bangku kelas 9 di sebuah sekolah swasta di kompleks aku tinggal.

Aku memilih sekolah yang tidak jauh karena untuk menghemat biaya dan tenaga walaupun mungkin orangtuaku masih sanggup untuk membiayai sekolah sampai selesai, tapi karena aku berkeinginan untuk tidak memberatkan kedua orangtuaku maka aku berkeinginan seperti itu.

Di sekolahku bermayoritas anak-anak yang terbilang bahwa orangtuanya adalah berpenghasilan diatas rata-rata, dan di sana pengelompokan kelas sosial pun masih terasa begitu kental.

Tak lari dari kenyataan bahwa aku juga termasuk salah satu dari sepuluh orang yang dikucilkan dari pergaulan, padahal seusia diriku itu membutuhkan pergaulan agar bisa bertahan di lingkungan dimana pun yang tinggal.

Teman-teman di sekolahku rata-rata memiliki akun dalam media sosial di dunia maya yang dimana merubah masa pertumbuhan mereka begitu cepat menjadi dewasa dalam hal pergaulan, mereka kerap kali menghina temannya yang tak tahu menahu tentang media itu.

Aku pun tak luput dari hal itu, setiap pagi ketika aku baru sampai di depan kelas, teman-teman sekelasku yang membenciku mulai melontarkan beribu-ribu pertanyaan padaku, misalnya saja “Jo, kamu upload foto apa tadi malam, kenapa tidak menandai aku dalam gambarmu?”. Begitulah salah satu ejekan dari temanku, mendengar hal itu aku hanya dapat menundukkan wajah tanpa berani menatap wajah mereka yang nampaknya begitu bahagia dan sibuk dengan kesibukan masing-masing di dunia maya atau apalah itu sebutannya.

Karena akibat seringkali mendengar lontaran ejekan dari mereka, aku pun merasa risih dan menjadi sedikit berbeda dari Jo yang sebelumnya. Aku menjadi lebih penasaran dan ingin mengenal lebih dalam tentang media sosial yang sudah terkenal saat ini.

ADVERTISEMENT

Untungnya, ayahku tidak keberatan ketika aku mengutarakan niat untuk membeli sebuah alat komunikasi seperti teman-teman. Ketika sudah memiliki handphone aku pun mulai menjelajahi satu persatu aplikasi yang ada di sana yang nantinya menghubungkan dengan dunia semu atau maya.

Awalnya, teman-teman di sekolah sudah bisa menerima aku sebagai anggota atau bagian dari mereka. Tetapi lama-kelamaan telah berubah karena seirngnya waktu dimana karena aku menggunakan sosial media untuk membantu dalam cita-citaku menjadi seorang pengarang buku apapun itu, karena aku memiliki hobi mengarang cerita dari sejak aku berumur 10 tahun dan pikirku karena aku sudah menjadi salah seorang dari pengguna sosial media maka akan mempermudah untuk mengeksplorer dan membagikan hasil karyaku pada media sosial.

Ternyata aku salah aku mendapatkan kecaman pahit dari teman-temanku baik itu di sekolah maupun di sosial media yang dimana mereka mengeluarkan perkataan bahwa aku Sok-sok, minta perhatian, ataupun semacamnya yang membuat perasaan orang yang mendengarkan itu sakit dan seringkali apapun yang aku lakukan di dunia sosial media itu selalu disahgunakan oleh mereka.

Menghadapi hal itu aku mendapatkan masa sulit yaitu aku menjadi menutup pergaulanku baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, rumah, atau dimana saja itu karena merasa shock untuk bergabung lagi di sosial media yang akhirnya menyebabkan masalah pada mentalku, aku menjadi anak yang pendiam dan tak mau pun membuka diri sedikit saja untuk berkesempatan bertukar pikiran ataupun hal sepele lainnya.

Hal itu menyebabkan diriku menjadi tidak bersemangat lagi untuk mewujudkan mimpi-mimpiku sebelumnya dan mengubur seluruh harapan jauh didalam luka batin yang amat begitu sakit.

Ditengah keterpurukanku saat itu aku hanya dapat melontarkan ungkapan yang mungkin tak dapat didengarkan oleh siapa saja yaitu “Mengapa Aku Tidak Boleh Berkarya Didunia Sosial Media”.

Cerpen Karangan: Theresmawati
Blog / Facebook: theresmawati.blogspot.com / Theryilva Zarlita

Cerpen Mengapa Tidak Boleh Aku Berkarya Ditengah Semarak Dunia Maya Yang Menggila merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Buta (Part 1)

Oleh:
“Permisi, Mas. Masih ada yang bisa saya bantu?” Gue terkesiap mendengar suara itu yang tiba-tiba masuk ke telinga gue. Sekarang, gue hanya bisa mendengar suara orang-orang di sekitar tanpa

My Happy Ending

Oleh:
Saat pertama melihatnya, aku begitu terpesona. Matanya bersinar jenaka, bibirnya melemparkan senyum hangat kepadaku. Dan pada saat itu juga, rasanya seluruh dunia berhenti berputar dan hanya dirinya yang kulihat.

Harap Yang Sia Sia

Oleh:
Pagi itu gerimis menyerbu tubuhku tanpa ampun yang tengah mengayun sepeda menuju sekolah. Tapi jarak ke sekolah sebentar lagi. aku putuskan untuk tidak berhenti untuk berteduh dulu. “Akhirnya sampe

I Love Myself

Oleh:
Malam ini, di luar hujan sangat deras sekali. Suaranya terdengar bising di telinga, namun cukup menenangkan. Dan untuk mengisi kekosongan, aku memutuskan untuk bercerita. Bukan tentangku, tapi tentang temanku.

3 Hari (Part 3)

Oleh:
“Tujuh lebih lima belas?” gumamnya seraya berdengus seraya kembali menutup kembali kedua matanya. “TUJUH LIMA BELAS!!!!” teriaknya seraya terbangun dari tidurnya dan sadar akan kesalahannya pagi itu. Bagaimana tidak?

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

2 responses to “Mengapa Tidak Boleh Aku Berkarya Ditengah Semarak Dunia Maya Yang Menggila”

  1. Harus rajin berlatih lagi, oh ya.. Satu tips dari aku. Kamu tau kan asma Nadia (penulis yg cukup terkenal)? Dia pernah memberikan sebuah tips kepada pembacanya, bahwa judul itu minimal 2-5 kata. Ingat ya! ^^

  2. Tapi judulnya bisa membuat orang penasaran.. Keren banget!

Leave a Reply to Kourikekai246 Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *