Pada Akhirnya

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 29 January 2016

Awal kelas 9.
Hari itu, pertama kali aku bertemu dengan Deni. Aku melihat dia duduk sendiri. Lalu seseorang memanggilnya, “Deni… ayo gabung sama kami.” Deni pun duduk di salah satu bangku dekatku. Aku dan Deni hanya berjarak 80 cm. Aku berusaha untuk memahami garis wajahnya. Ku lirik ke arahnya, ku curi pandang darinya. Aku diam-diam supaya anak-anak lain tidak mengetahui jika aku sedang memperhatikan Deni. Perkenalan di antara kami tidak berlangsung lama karena pak guru memasuki kelas kami.

Beberapa minggu kemudian, aku dan Deni duduk sebangku. Aku pun menjadi sangat akrab dengannya. Nur, teman sebangkuku yang dulu telah meninggalkan aku. Dia memilih duduk dengan anak lain. Deni, yang juga ditinggal dengan teman sebangkunya memilih duduk denganku. Ada satu persamaan yang mempersatukan kami yaitu pendiam. Aku dan Deni adalah anak yang paling “pendiam” di kelas kami. Setidaknya walaupun aku pendiam, aku punya seorang teman daripada Bowok, yang juga temen sekelasku, orangnya itu gak jelas dan gak punya temen. Nanti kalian akan tahu jika aku jelaskan di bawah.

Tahukah kalian, setelah aku mengenal Deni lebih dalam lagi, aku semakin dibuat kagum. Deni benar-benar beda denganku. Ku pikir kita punya banyak persamaan karena kita sama-sama pendiam. Ku pikir dia suka mengeluh dan murung sepertiku tapi dia tidak memiliki sifat itu. Aku tak pernah mendengar keluhannya. Dia selalu bersyukur. Selain sifat batin, fisiknya pun lumayan buat ukuran cowok Indonesia. Wajahnya ganteng, kulit putih dan mulus, tubuh proporsional. Beda sekali denganku yang punya hidung pesek, kulit hitam, dan muka lebar. Karena kejelekanku tidak ada seorang pun yang pernah menembakku.

Pertengahan kelas 9.
Ketika aku berkumpul dengan para siswi lain, aku sering menanyakan kepada mereka, “kalian sudah berapa kali ditembak cowok selama SMA ini?” mungkin itu pertanyaan pribadi tapi ada saja yang mau menjawabnya. Entahlah mungkin mereka ingin membuatku iri. “emh kalau cowok luar ada 2 dan cowok dari SMA udah 3,” kata Sinta.
“aku udah 5 kali ditembak” kata Faroh. “aku dong, baru sekali ditembak dan pacaran sampe sekarang,” kata Eva.
“hah jadi kamu masih sama dia, langeng banget kamu ya” kata Faroh kepada Eva.

Kira-kira siapa pacarnya Eva kenapa mereka tahu sedangkan aku gak tahu. Bahkan mereka terus berbincang tentang hal itu. Aku hanya jadi pendengar karena aku tak tahu ke arah mana obrolan mereka. Terkadang aku mendengar kata setia, selingkuh, PHP, orang ketiga, dijalanin aja. Tapi aku tahu kalau itu pasti menyakitkan. Saat ku ajukan pertanyaan itu kepada Alfi, sahabatku, dia bilang dia sedang berpacaran dengan seseorang. Pantesan saja dia menjauhiku. Pernah aku main ke kelasnya, dia malah mengacuhkanku. Seolah, aku ini bukan sahabatnya. Ya udahlah, aku menjauh saja darinya. Aku gak mau berteman dengan seorang yang punya pacar. Toh dia tidak peduli aku ada di sini atau gak ada di sini.

“Pagi Deni,” aku mencoba menyapanya. Dia tidak menjawab sapaanku malahan dia malah bertanya balik, “Kamu udah ngerjain PR sejarah?” Aku bilang padanya aku belum mengerjakannya dan aku meminta untuk menconteknya saja. Deni menyanggupi permintaanku. “makasih ya,” aku hanya mengucapkan terima kasih setelah selesai mencontek.

Waktu istirahat pun tiba. Semua anak ke luar kelas kecuali aku, Deni dan tentu saja si Bowok penyendiri itu. Ketika ku pikir hanya aku dan Deni yang ada di dalam kelas, aku melihat apakah bangku belakang tidak ada orang. Ternyata si Bowok ada di situ dan tak melihatku karena dia sedang tidur kelihatannya. Aku tahu dia tidak tidur tapi dia sedang galau. Dia berusaha tidur supaya dia tidak ingat kalau ada di sekolah dan setelah itu, dia ingin supaya bel sekolah segera berbunyi. Yah aku tahu perasaannya karena aku juga merasakannya.

Kalian tahu kenapa aku membencinya -Bowok? karena aku dan dia hampir serupa. Maksudku kami sama-sama jelek, sama-sama miskin, sama-sama tersingkir. Bowok seperti cerminan diriku. Dan aku membenci diriku. Seharusnya dia tidak usah merasakan apa yang aku rasakan supaya aku tak membencinya. Dia membuatku semakin galau dengan setiap kali aku melihat pancaran matanya.

Akhir kelas 9.
Apa yang terjadi sekarang? apa aku gak salah denger. Bowok bilang kepadaku dia menyukaiku sejak dulu. Lalu kenapa dia baru mengungkapkannya sekarang. “Bowok, aku gak bisa menerimam” kataku kepadanya. “dari dulu aku sudah membencimu, dari dulu aku jijik kepadamu,” aku mencacinya. Apa yang barusan aku katakan barusan. Aku telah menyakiti perasaan Bowok. Bowok berjalan menjauhiku. Aku hanya bisa melihat punggungnya. “Maafkan aku, aku juga harus konsentrasi UN dulu sekarang ini.” batinku sambil menunduk.

“Bowok..” aku memanggilnya namun dia telah menjauh dan tidak mendengar panggilanku. Aku mengejar Bowok. Dia telah sampai di depan pintu kelas. “Bowok aku harap setelah SMA nanti kamu mendapatkan teman,” aku berusaha menghiburnya. Aku melihat raut sedih di wajah Bowok dan dia seperti tidak peduli dengan perkataanku.

ADVERTISEMENT

Cerpen Karangan: Tsabita Raida

Cerpen Pada Akhirnya merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Dilan & Rindu

Oleh:
Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah bagi Rindu. Ia adalah seorang gadis cantik dan juga pintar “Duh tali sepatuku copot lagi” ucapnya sambil merapikan sepatunya itu Setelah ia

Janji Tuk Menunggumu

Oleh:
Mata yang indah membuat orang tak akan berpaling darinya. Sosok yang sangat tampan, mampu memikat semua kaum hawa. Dan aku begitu mengaguminya. “Dorrr, kedip Ana mata kamu jatuh tuh”

Hati Yang Ditakdirkan

Oleh:
Dalam kamar, aku memandangi langit malam melalui jendela. Suasana hening, angin sepoi-sepoi bermain lembut, menciptakan ketenangan. Aku merenung, menghadapi nasib hidup yang menyedihkan. “Mengapa hidupku selalu begini? Kenapa aku

Broken Home Tak Selamanya Menyakitkan

Oleh:
Namaku Afrizal Prambudi. Aku biasa dipanggil dengan sebutan Rizal atau Ijal. Menurut kebanyakan orang aku adalah anak yang beruntung. Tapi kenyataannya tidak, aku adalah anak broken home yang selalu

Kau Anggap Aku Apa?

Oleh:
“Pulanglah Sunny, hari ini aku sangat sibuk.” “Tapi Raka, aku sengaja datang kesini untuk memberimu semangat. Aku juga membawakanmu sekotak bekal yang kubuat sendiri dan sebotol air. Aku yakin

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *