Partner

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Remaja, Cerpen Slice Of Life
Lolos moderasi pada: 10 October 2016

“Kamu dengan siapa?”
“Entahlah, mungkin aku menulis dengan dinding.”
“Apa yang akan kau tulis?”
“Entahlah, tidak ada yang patut kutulis dalam situasi yang entah seperti ini.”
“Selanjutnya, kalau kamu menulis dengan dinding, aku menulis dengan siapa?”
“Baiklah, daripada aku menulis dengan dinding yang diam, menulislah denganku.”
Tak berlanjut lama percakapan antara lelaki dan wanita yang duduk di kafe tersebut. Tangan Meta yang lalu mencengkeram laptop berganti menghujani huruf-hurufnya.

Mereka bertemu seminggu yang lalu. Keduanya dipertemukan pada sebuah acara pelatihan penulis. Saat itu kegiatan yang dilangsungkan ialah menulis bersama. Setiap peserta disuruh untuk mencari partner sebagai lawan sepenulisnya.

Hendra mengamati cara bagaimana Meta menulis dengan tenang. Jemarinya perlahan namun pasti menciptakan rangkaian kalimat-kalimat. Selang beberapa menit ia berhenti dan menyodorkan laptop kepada lelaki di depannya tanpa suara. Hendra membaca dengan cepat apa yang wanita itu tulis.
Sangat bagus penilaiannya sebagai seorang pemula. Lelaki itu melanjutkan dengan tulisan yang ia rangkai sendiri. Sesekali gelas di sebelah laptop ia gapai untuk diteguk guna menghapus dahaga. Jemarinya kembali bergerak melahirkan huruf-huruf di layar laptop. Tiba-tiba otaknya kehabisan stok kata-kata. Jemarinya hanya menyentuh. Tak menekan. Berfikir keras.

“Sudah? Apa saya saja yang melanjutkan?” Tawar wanita itu. Membuat jantung lawan bicaranya berhenti berdetak. Hendra hanya mengangguk kecil. Meta mulai menengadahkan laptop dan membaca tulisan yang diciptakan lelaki itu.

Penilaiannya, begitu awam. Sangat pemula jika dilihat dari postur tulisannya. Sangat di bawah standar dan begitu berbeda dengan tulisan pertama yang sebenarnya sudah amat lama berpengalaman dalam dunia tulis-menulis. Meta pun melanjutkan. Ia berharap semoga ini tidak menjadi karya yang buruk. Tapi lihatlah! Pada tulisan bawah terdapat tanda bintang dengan kata-kata yang tak ia mengerti. Pertama kali aku bertemu denganmu, kulihat hidung mancung dan mata berkilau dengan aksesoris bulu mata lentik. Ketenanganmu dalam menuis semakin membuat jantungku berdetak tak keruan.
Meta segera membalasnya di bawahnya dengan awalan tanda pagar: menulislah sesuai alur cerita. Aku tak ingin ini menjadi karya yang buruk.
Namun, bukannya menulis sesuai rencana awal, kami mengganti tema dengan sendirinya. Yaitu mengenai curahan hati terhadap sosok yang berhadap-hadapan ini. Saling balas-membalas dalam diam. Jarilah yang berbicara menciptakan tulisan. Laptoplah perantara untuk menampung tulisan yang dibaca. Saat Hendra menulis balasan, terjadi sebuah kecelakaan. Matanya tak berkedip beberapa saat. Melihat layar laptop yang tak memancarkan cahaya. Mati. Mulailah dengan obrolan melalui mulut yang berbicara.

“Jadi, bagaimana selanjutnya?” Hendra menutup laptop dan menjauhkannya beberapa senti.
“Selanjutnya?” Meta menggapai gelas yang isinya sudah hampir habis. Begitu juga dengan Hendra.
“Kau menerimaku?”
“Ya. Aku menerimamu. Tapi jangan sampai ada orang dalam pelatihan penulis ada yang mengerti. Kita harus menyembunyikan hubungan ini.”
“Hubungan gelap?”
“Ya. Sama dengan gelapnya laptop di depan kita.”

Cerpen Karangan: Hayah
Facebook: Hayah Nisrine Firda / Hayah Nisrina

Cerpen Partner merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Gadis yang Sama

Oleh:
“Kau mencintainya?” tanya Fahmi pada Andi, sahabatnya itu. Gerak-gerik sahabatnya memang tidak salah lagi menunjukkan perasaan yang spesial pada seorang gadis cantik di kelasnya. Fahmi penasaran jawaban apa yang

What’s Wrong With Me

Oleh:
“Pagi, Von,” sapa Farrel. “Lagi apa, sih? kayaknya fokus banget.” “gue lagi ngerjain makalah biologi, nih, harus dikumpulin hari ini. Ugh!” gerutu Ivone. “Oh, mau gue bantu? Kelas gue

Lupa Bertanya Namanya

Oleh:
Cuaca siang ini sangat mendukung, atau bahkan terlalu mendukung menurutku. Karena teriknya sinar matahari yang semakin lama terasa membakar kulit membuat siapa saja enggan berlama-lama berada di luar, tak

Pejuang Kokoh

Oleh:
Mata bulat itu menerawang jauh, lamunannya membuat pikirannya melayang, meninggalkan raga yang masih terduduk kaku. Tangannya terus saja memainkan pena hitam dengan mengetuknya ke dasar meja. Sesekali ia betulkan

Dia Sosok Yang Hebat

Oleh:
Ketika teman, sahabat bahkan orangtua sedang tidak mempedulikanku. Dia, orang yang selalu ada menyemangatiku bahkan membiarkanku menangis untuk mengeluarkan semua keluh kesahku. Mengenalnya bagiku adalah sebuah kado terindah dalam

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *