Remember?

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 30 June 2017

“Aku berangkat duluan ya. Assalamuaikum” Jeni langsung melangkahkan kakinya besar-besar setelah pamitan dengan orangtuanya lalu menuju motor yang terparkir di depan halaman rumah.
Jeni mendadak kesal sudah berapa kali motornya jalan seperti merayap. Pandangan Jeni melihat ke arah angka yang terpampang di atas kotak lampu merah, kuning, hijau. Angka tersebut berhitung mundur untuk mengubah lampu menjadi warna hijau. Dalam antrian mobil dan motor yang padat nan panjang sangat dibutuhkan waktu lebih. Jeni berfikir sangat tidak adil untuk mengubah lampu warna hijau harus menunggu lebih lama. “9, 8, 7, 6…” Jeni mengikuti hitungan mundur pada angka yang ia lihat sendiri. Tidak lama warna lampu berubah.

Setelah menempatkan motornya di parkiran sekolah, Jeni bergegas menuju ruang guru.
“Jeni Iska?” sapa seorang guru setelah selesai melihat kertas yang sedang dibawanya.
“Iya, saya. Pak” Jeni sudah menunggu lama di ruang guru.
“Saya Josuha. Saya juga akan menjadi wali kelas di kelas saya. Semoga betah di lingkungan sekolah yang baru”
Setelah perkenalan singkat dengan wali kelas, Jeni mengikuti Pak Josuha menuju kelas. Jeni berhenti sesaat di depan ruang kelasnya terlihat papan kelas tertulis XI IPA 4 “Kelas ini akan menjadi kelasku” ucap Jeni dalam hati.

“Hari ini diawal semester baru, kita kedatangan murid baru. Silahkan kenalkan pada semua teman-temanmu.”
“Halo..” Jeni memberi jeda untuk mengantur napasnya “Assalamuaikum..” sebelum Jeni melanjutkan teman-temannya berbarengan menjawab salamnya. Jeni tersenyum “Nama saya Jeni Iska Anatasya. Salam kenal semua dan mohon bantuannya. Terimakasih”

“Hai, sepertinya aku pertama yang ngajak ngobrol? Benar bukan? Namaku Mark di kelas ini aku jadi wakil km. Nggak mau ke kantin? Yang lain malah udah buru-buru keluar loh. Lagian juga pasti belum hafalkan jalan-jalannya.”
Benar juga apa yang diucapnya. Di sini Jeni belum tahu banyak hal. Baru saja melangkahkan kakinya keluar kelas dari arah belakang tiba tiba seorang cowok menarik tangan Jeni. Dengan tenang Jeni langsung menghindar lebih jauh. Sekarang posisi cowok itu sudah ada di hadapan “Maaf?” Jeni memperhatikan wajahnya cowok yang di hadapannya bukannya dia itu temen sebangku barunya? Apa itu tadi?.
Memberi isyarat untuk mengikutinya dari belakang. Jeni memilih ke gazebo “jadi? Apa yang mau dibicarakan?”
“eum.. setelah di kelas, di depan kelas dan sekarang di sini apa yang kau pikirkan tentangku?”
Jeni memutarkan bola matanya berulang-ulang. “Rikihan… Rocky.. Aditya, sepertinya itu namamu”
“Sepertinya kau udah ingat” Rocky tersenyum.
Jeni menarik napas perlahan lalu membuangnya dengan cepat “Ya! Jangan langsung ngambil kesimpulan. Aku tadi melihat name tag di bajumu itu.”
“kau pasti akan tau juga. Aku tunggu. Oh ya pulang ini temui aku di tempat renang”

Awal kembali masuk sekolah memang sedikit santai. Rencanya sehabis sekolah sudah bubar Jeni ingin langsung pulang. Jeni melongo saat melihat arah petunjuk yang menunjukan belok kanan itu arah tempat renang. Tanpa berpikir lagi Jeni mengikuti petunjuk arah itu.
“Oh! Ternyata kau tepat janji juga” ucap Rocky sambil mengambil minuman kaleng yang sedang dibawa Jeni.
“Minuman itu punyaku. Kembalikan!” protes Jeni tetapi telat Rocky sudah menengguk habis isi kaleng tersebut. Jeni lihat senyuman di wajahnya. Senyuman kemenangan.
Jeni membalikan badan dengan cepat saat tahu pakaian yang sedang Rocky gunakan. Pakaian renang khusus cowok. “Kalau udah selesai latihan renang, cepatlah ganti baju.” Baru saja membalikan badan, pandangan di depannya adalah kumpulan cowok-cowok yang sedang menuju ke arah Jeni. Walaupun hanya sekedar lewat tetapi tetap saja. Jeni mempercepat langkahnya niatnya sekarang bisa keluar dari tempat renang ini “Ternyata tadi itu tempat renang khusus cowok” gumam Jeni dalam hati.

“Apa ganti bajunya lama?” Tanya Rocky
“Tentu. Dan aku nggak bakal masuk ke ruangan itu lagi” Jawab Jeni dengan menekankan di kalimat ke ruangan itu lagi.
“Baiklah. Maaf kalau gitu. Tapi kita masih berteman bukan? Kalau mau belajar renang juga bisa di ruangan sebelahnya di situ khusus para perempuan.”
“Sebenarnya aku sedikit enggan kalau harus renang. Dulu aku punya pengalaman yang kurang enak” Jeni menjelaskan. Seketika Jeni teringat pada teman masa kecilnya yang seingatnya menolong Jeni saat hampir tenggelam. Tapi, Jeni tidak tahu teman kecilnya itu ada di mana sekarang.
“Dulu, aku sempat menolong temanku yang hampir tenggelam. Sampai sekarang aku ngga tau apa penyebabnya. Setau aku dia bisa renang” Rocky juga membagi cerita.

Jeni menghentikan aktivitas jalannya, Rocky sadar setelah Jeni tertinggal di belakangnya. Jeni menatap langit. Seolah langit yang sedang ditatap Jeni itu dekat. Sama seperti Rocky. Padahal Jeni baru kenal tadi pagi tetapi seperti sudah mengenal lama.
“Rocky..” Jeni berlari-lari kecil untuk menyamakan barisan dirinya dengan Rocky. Lebih tepatnya supaya Jeni disamping keberadaan Rocky berdiri “Siapa perempuan itu?”
“Sebelum aku kasih tau namanya, kau menjawab pertanyaanku. Siapa teman kecilmu itu yang menolongmu saat hampir tenggelam?”
Dengan cepat Jeni menjawab “Riki. Hanya itu yang aku tahu”
“Tebakkanku benar. Kau sepertinya cepat mengerti. Syukurlah” Rocky tersenyum.

Rocky menarik tangan Jeni untuk kedua kalinya dan membawa Jeni ke kelas. Sesampainya di kelas. Jeni memilih secara acak tempat duduk dan memilih di bangku paling depan dekat pintu. Rocky mengambil bangku di sebelah dan memindahkannya di belakang meja yang Jeni pilih “Kau tau kan cara kerja jam pasir?”
Jeni mengangguk paham “Lalu, selanjutnya?”
“Balikkan jam pasir itu ke arah yang berlawanan” Rocky menyodorkan jam pasir miliknya. “Aku akan memberi waktu untuk berfikir. Tapi..” Rocky memberi jeda.
“Tapi?” Jeni mulai penasaran.
“Tapi hanya sampai pasirnya terjatuh semua. Paham? Sekarang lakukanlah” lanjut Rocky.

Tanpa ragu Jeni membalikkan jam pasir itu sesuai pertintah Rocky tadi. Waktunya tidak akan lama. Pandangan Jeni masih melihat ke arah pasir yang perlahan-lahan jatuh. Ingatannya mulai jalan jika dikolaborasikan dengan apa yang sudah terjadi. Jeni ingat nama lengkap Rocky yakni Rikihan Rocky Aditya. Berarti Rocky yang ada di hadapannya saat ini adalah Riki. Riki teman masa kecilnya. Ternyata Rocky tidak melupakan dirinya.

Sebelum pasir itu terjatuh sempurna Jeni menatap lekat-lekat wajah Rocky. 5 detik kemudian pasirnya sudah terjatuh habis. “Jadi, kau bisa menjawab pertanyaan dirimu sendiri. Selamat” Ucap Rocky membuat Jeni tertangkap basah sedang memperhatikan wajahnya. “Tapi, apanya selamat? Seperti menang dalam perlombaan saja.”
“Aku nggak ngerasa kecewa walaupun kau tau namaku cuman Rikinya aja.”
“Aku juga tidak mempedulikan lagi soal dirimu yang tiba-tiba tidak muncul lagi dalam kehidupanku. Memang aku tidak tau apa-apa tentangmu. Hanya tau Riki seorang.” Jelas Jeni
“Walaupun aku yang pindah duluan. Tapi, aku sangat senang kau pindah juga dan kita bisa bertemu kembali. Kita akan membuat pengalaman yang lebih seru..”
“Jeni..” panggil Rocky dengan semangat.
“Rocky” Jeni juga mengikuti kelakuannya walaupun Rocky berada tepat di hadapannya.
“Selamat datang kembali di kehidupanku. Aku sangat merindukanmu” bisik Rocky.

ADVERTISEMENT

Jeni tidak menyangka akan bertemu lagi dengan Rocky. Rocky masih seperti dulu tidak banyak yang berubah. Jeni menyalahkan Rocky, walaupun sudah menolong saat hampir tenggelam dan mulai melupakan Rocky. Alasannya hanya hal kecil Rocky tidak berpamitan saat pindah rumah dulu. Jeni sadar dirinya tidak mau egois atau menyalahkan orang terus menerus. Jeni sudah memaafkan Rocky dan juga sudah memaafkan dirinya sendiri.

Cerpen Karangan: Audre Flifia Rahmadisa
Facebook: Audre Flifia Rahmadisa

Cerpen Remember? merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Harta dan Tahta

Oleh:
Namaku Seanna Quionia Maldives, itu nama yang diberikan oleh Eyang putriku yang bermukim di Solo. Kamu memang Keanggunan dan Kesuburan Maladewa, itu juga yang sering ia ucapankan dulu. Ya,

Pulpen Terbang

Oleh:
“eh pay sini deh.” panggil rojak sembari melambai-lambai tangannya. “apan si jak?!” tanya paih seraya berjalan menuju rojak yang lagi ngaso di bangku kantin. Nggak ada hitungan menit, pay.

Soraya Larasati

Oleh:
Namaku Soraya aku tinggal di sebuah kota yang cukup besar, kota ini sangat berkesan bagiku. Tidak hanya itu kota ini juga telah membesarkan namaku, aku terkenal sebagai pembaca puisi

Perkemahan Sabtu Minggu

Oleh:
Suatu hari aku dan teman teman saya mengikuti perkemahan persami yang diadakan oleh SMPku. Aku dan teman teman saya menyiapkan segala kebutuhan yang dibutuhkan di perkemahan. Di hari pertama

Sakit Hati Yang Berujung Bahagia

Oleh:
Pagi pun tiba, raisa bergegas bangun dari tempat tidurnya dan bersiap siap untuk pergi ke sekolah. Tak lama kemudian raisa pun sampai di sekolah. setibanya di kelas, dia bertemu

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *