Selesai

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 4 June 2023

Bagaimana rasanya jadi orang kaya? Tanya seorang gadis berwajah kusut yang sedang duduk di depan meja. Menikmati waktu istirahatnya setelah menekuni buku-buku pelajaran lungsuran dari kakak keduanya. Kakak keduanya mendapat buku itu dari Kakak pertamanya. Gadis itu bercermin lalu tertawa kecil. Ingin sekali dia menyetrika wajahnya dengan melakukan hal yang menyenangkan. Tetapi ia tak melakukannya. Toh, wajahnya akan kembali kusut melihat rumah tempat tinggalnya yang jauh dari bayangan rumah impiannya. Ririn, gadis itu berhenti menatapi wajahnya yang kebalikan dari spons cuci piring yang jika diemek-emek jadi kusut, lantas langsung mengembang lagi.

Inir belajar sambil sesekali menghela napas, meregangkan tangannya yang pegal. Dan berhitung. 1… 2… 3…

“Ririn! Makan!” Ririn tertawa senang. Berlari ke meja makan. Hitungannya tepat.

Selesai makan, Ririn kembali duduk di depan meja lipatnya. Minggu depan ia akan menghadapi tes. Bagi yang lulus tes, mereka akan pergi dari rumah dan pindak ke Sekolah Menengah Atas berasrama yang selama ini Ririn dambakan dengan riang tentunya. Mereka akan bersekolah di sekolah yang biaya perbulannya empat kali lipat gaji ibunya Ririn. Gaji yang akan habis tak berjejak karena hanya cukup untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Makanan, sabun-sabunan…

Minggu itu telah tiba. Ririn turun dari angkot dan masuk ke gedung tempat tes itu berlangsung, aula sekolah luas dilengkapi dengan panggung dan beberapa pendingin ruangan. Beberapa saat kemudian, tes dimulai.

Ririn mengangkat tangan kanannya di tengah-tengah tes dengan tangan kiri yang berkeringat sedang menggenggam pulpen. “Miss,” kata Ririn bermaksud untuk berbahasa Inggris karena dari tadi ia mendengar peserta lain berbicara dengan bahasa Inggris dengan para panitia. “Ya? Butuh bantuan?” jawab perempuan itu seraya mendekati meja Ririn. “Where’s the restroom, please?”
“Keluar dari aula ini, ke kiri, lurus sampai mentok, terus ke kanan.” Jawab perempuan itu. Ririn berterima kasih seraya menyembunyikan kekesalannya. Dari tadi ia mendengar perempuan itu berbicara bahasa Inggris dengan peserta lain mengapa dengannya tidak? Apakah tampangnya seperti orang yang tak becus untuk berbicara dalam bahasa Inggris? Ririn berdecak kesal kepada dirinya sendiri karena telah berburuk sangka.

Selesai. Ririn sudah selesai buang air kecil di kamar kecil. Ririn sudah selesai menyelesaikan tes matematika dan bahasa Inggrisnya. Ririn sudah pulang ke rumah, menyapa ibunya lalu cepat-cepat tiduran di kasur tipis yang berada di ruanga tamu. Badannya pegal setelah 5 jam duduk di antara 200-an peserta lainnya di ruangan dingin sementara ia biasanya hanya ditemani oleh kipas angin yang kurang dingin.

Selesai. Selesai sudah Ririn membaca rentetan nama di papan pengumuman seminggu kemudian. Setiap pemilik nama tersenyum gembira dan bangga. Ririn, masih berwajah kusut sejak tiga setengah tahun lalu berwajah tambah kusut.

Selesai. Rangkaian kegiatan Ririn untuk mempersiapkan diri untuk tes itu sudah selesai. Ririn naik angkot. Termangu. Ia takut dalam lubuk hati ibunya, ia kecewa dengannya walau muka tersenyumnya mengatakan tidak apa-apa saat Ririn memberi tahu hasil tes. Bahwa selama ini Ririn belajar sendiri tanpa merepotkan ibunya. Di kelas, gurunya Ririn yang bergaji kecil selalu mengoceh dan merengut tidak jelas saat Ririn mengangkat tangannya, bertanya. Mungkin untuk ibunya, kegagalan Ririn tak masalah. Tapi baginya, ia sengsara harus bertahan di sekolah dengan guru bergaji kecil itu untuk setahun lagi—jika ia lolos tes beasiswa tahun depan. Ia hanya ingin sekolah di sekolah selevel rata-rata remaja yang namanya ada di papan pengumuman. Dengan beasiswa itu atau pun tidak, mereka malah diapresiasi jika bertanya. Belum lagi bantuan les sebelum menghadapi tes itu. Andai saja…

ADVERTISEMENT

Lamunan Ririn terpecah saat seorang anak perempuan menggendong bakul penuh berisi kerupuk mengetok kaca angkot di lampu merah. Ada kerupuk udang, kerupuk ikan, kerupuk balado, ada kerupuk…

“Kak, dibeli, kak.” Tawar gadis itu sambil menyodorkan beberapa kerupuk. Matanya yang merah, sayu, terlihat lelah seakan melotot memuat takut hati Ririn untuk merasa iba. Matanya bersinar tertahan saat Ririn menyodorkan uang sepuluh ribu. Gadis itu memberi kerupuk yang ditunjuk Ririn dan pergi menghampiri mobil lain dengan gestur tubuh riang.

Selesai. Masa kusut muka Ririn sudah selesai. Ririn menggigit kerupuk balado bantet yang ternyata lumayan enak. Yang berlalu biarlah berlalu. Ayo mulai dengan petualangan yang baru, semangat baru. Ririn menghibur dirinya sendiri, menjadi guru untuk diri sendiri. Ririn turun dari angkot, memberi tahu ibunya mengenai hasil tesnya, lantas belajar dan berusaha untuk mencintainya.

Cerpen Karangan: Athaya Eksalan
Blog: athayaeksalan.blogspot,com
Athaya Eksalan adalah anak kelahiran 2010 yang senang membaca, menulis, dan menggambar. Berikut karya tulisnya yang diterbitkan menjadi buku antologi: Kereta Cerita (2020, Puspamala Pustaka), Buku Kecilku, Rahasiaku (2020, Sahabat Gorga), My Beloved Family (2021, Rumpun Aksara), Senarai Rindu Rumah Keduaku (2021, SIP Publishing), Ogo P Ino Mula (2022, Sahabat Gorga), Masa Kecilku Bersama Ayah (2022, Sahabat Gorga), dan Berburu Potret Satwa Endemik (2022, Sahabat Gorga). Untuk melihat karya-karya Athaya yang lainnya, bisa kunjungi akun IG @athayaeksalan.

Cerpen Selesai merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Aku Nanti Janji Darimu

Oleh:
Mentari pagi menegurku seakan mengingatkan diriku bahwa kini dia kembali hadir di sela-sela cerita hidupku, ya dia seorang yang sederhana tapi sulit untuk aku pahami sifatnya. Berawal dari sebuah

Cerpenku Hanya Sebatas Patok Tenda

Oleh:
Hari sudah pagi, matahari mulai menyinari bumi, dan orang-orang mulai beraktivitas, namun berbeda dengan seorang gadis yang berkelahiran 8 maret 1998, yang bernama Khansa Assofa Arista. Ia masih terlelap

Tragedi Sebungkus Siomay

Oleh:
Nama gue Mya. Gue kelas X-C. Baru sekitar 3 bulan ini gue resmi jadi anak SMA. Siang ini, saat istirahat ke-2 Rara ngajakin gue jajan di kantin beli siomay.

Surat Cinta Untuk Fadil

Oleh:
“Eh, kamu. Tunggu!” “I-iya, kak? Ada apa?” “Kamu anak baru, kan?” “I-iya, kak.” “Kalau lewat permisi dulu sama saya. Saya di sini senior kamu! Lain kali kalau kamu lewat

Mata Najwa

Oleh:
“Baiklah anak-anak. Hari ini kita akan bermain olahraga kasti! Setuju?”, tanya pak guru. “Setujuu!”, “Pak, kasti itu melelahkan!”, “Nanti ketek saya tambah bau, pak”. Langsung saja berbagai respon dan

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *