Bersamamu (Part 1)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Sedih, Cerpen Korea, Cerpen Romantis
Lolos moderasi pada: 16 July 2023

Entah dari mana cerita ini bermula, namun lelaki yang dulu selalu menemani selama 18 tahun hidupku kini muncul lagi. Menungguku dengan senyuman di wajah.

Awalnya aku tidak percaya jika itu dia, tapi saat namaku terlantun dari bibirnya aku tersadar tidak ada yang mampu membuat namaku menjadi indah kecuali dia.

“hai Vega, kurasa sudah 2 tahun kita tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?” dan detik itu aku berlari menuju dalam pelukannya. Dia membalas pelukanku dengan tidak kalah eratnya.

Setelah pelukan yang bisa dibilang singkat dengan Adelino. Kini kami berjalan menyusuri kota seoul, aku yang memang tidak nyaman dengan suasana yang canggung pun membuka percakapan.

“jadi bagaimana Amerika?” Adelino tersenyum bisa kulihat tangannya semakin erat menggenggam tanganku. Sejenak dia menunduk memandang jalanan yang kami lewati dan kemudian membuka suaranya.
“Amerika benar-benar berbeda di sana sedikit lebih panas saat musim panas tiba, dan sangat membosankan karna tidak ada yang mengomeliku jika aku terlambat tidur. Ngomong-ngomong sekarang tanggal berapa?” aku pun menoleh padanya sedikit tertawa saat tau bahwa yang dia maksud adalah aku.
“tanggal 1 juni, memangnya kenapa?” Bisa kulihat Adelino hanya menggeleng tanpa suara.

Entah memang hanya perasaanku atau seharian ini Adelino bertindak aneh, dia tidak mau kuajak menemui Mama. Padahal dulu dia saat suka mengunjungi rumahku dan menginap lalu Mama akan meng-anak tirikan diriku dan memanjakan Adelino. Dia juga beberapa kali terlihat mengerutkan kening namun saat aku bertanya apa dia sakit dia hanya menjawab bahwa dia tidak apa. Tidak terasa ku rasa tadi matahari masih tersenyum manis saat Adelino menjemputku namun kini yang terlihat hanya bintang-bintang kecil yang bersinar dalam pekatnya malam.

Saat mengantarku pulang, aku bisa melihat raut kerinduan pada wajah Adelino saat melihat rumahnya yang tepat di sebelah rumahku. Aku hendak membuka suara, namun Adelino menyelaku lebih dulu.
“Masuklah, ini sudah malam. Maaf aku tidak bisa mampir sampaikan salamku untuk Mama ya Vega.” Dan aku bisa melihat Adelino semakin menjauh dari depan rumahku. Menghilang di telan gelapnya malam.

Esoknya, aku dikagetkan oleh sosok itu lagi. Sosok tampan yang semalam mengganggu pikiranku hingga aku tidak bisa tidur. Aku benar-benar kepikiran maksudku setelah kurang lebih dua tahun aku tidak bisa menghubunginya kini dia muncul tanpa mengucapkan apapun seakan ada yang dia sembunyikan.

“kali ini mari pergi ke museum, aku rindu banyak tempat di korea, 2 tahun bukanlah waktu yang singkat.” Heol… tidak taukah dia bahwa pagi ini aku harus pergi bekerja.
“aku tidak bisa, aku harus bekerja.” Baru selangkah aku menjauh dari rumah. Bisa kurasakan cekalan di tanganku. Saat aku menoleh aku dapat melihat wajah memelas Adelino, dia menggenggam erat tanganku lalu berkata.
“tidak bisakah kah kamu mengambil cuti hanya 5 hari saja. Aku tidak bisa lama di sini. Aku harus segera kembali.” Dan entah angin apa aku dengan gampangnya mengiyakan permintaan Adelino yang menyebabkan kita terjebak di museum.

“sebenarnya, mengapa kamu ingin ke museum? setahuku kamu tidak begitu menyukai sejarah. Dulu bahkan kamu dengan entengnya berkata kenapa harus mengingat masa lalu kalau masa depan sedang menanti begitu.” Saat kutolehkan kepalaku padanya aku bisa melihat dengan jelas dia memandang salah satu lukisan di dinding museum dengan pandangan berkaca-kaca.

ADVERTISEMENT

“hey, Adelino kamu tidak apa?” bukannya menjawab dia malah berjalan ke arah lukisan lain, begitu terus sampai di lukisan terakhir dia akhirnya menjawab pertanyaanku.

“entahlah, aku hanya penasaran jika tiba-tiba aku menghilang apakah kamu akan selalu mengingatku, seperti kamu selalu mengingat pelajaran sejarah yang diajarkan guru kita dulu.” Pertanyaan apa itu, seakan-akan dia akan pergi sangat jauh. Apakah Amerika tidak cukup jauh baginya? Karna kesal aku pun memukul punggungnya dengan keras.
Bisa kulihat dia terhuyung, aku pun berkata, “Sampai kapanpun dan kemanapun kamu aku akan selalu mengingat dan mengenangmu. Jadi jangan pernah berkata seakan-akan kamu akan meninggalkanku untuk selamanya.” Detik itu juga aku menangis. Adelino memelukku menenangkanku, setelah aku berhenti menangis Adelino pun mengajakku untuk menikmati ice cream di kedai dekat museum.

Aku memilih duduk di dekat jendela melihat orang berlalu lalang dengan senyum di wajah mereka.
“coffe floats kan?” aku pun mengangguk, sejujurnya aku sedikit tersentuh mengingat sudah 2 tahun tapi Adelino masih mengingat minuman kesukaanku.
“jadi sudah puas bermain di museumnya?” tanyaku. Tidak ada jawaban, lagi-lagi begini aku merasa pikiran Adelino sedang menjauh dari tubuhnya. Ada apa sebenarnya?

Setelah menghabiskan minuman kami, Adelino menarikku masuk kedalam bus kota dan membawaku ke sungai han. Ya aku tau pemandangan sungai han saat malam hari memang indah, pantulan bulan yang bersinar dapat kulihat di atas air. Untuk sesaat aku mengedarkan pandangan tidak ada Adelino di manapun. Aku mulai panik sedikit membuang rasa maluku, aku pun berulang kali memanggil nama Adelino namun tidak ada sahutan.
Aku takut, aku takut Adelino pergi lagi tanpa sepatah kata. Itu menyakitkan aku menangis.

“Vega hey, kenapa menangis?” oh tuhan dia masih di sini. Aku bangkit dan segera memeluk Adelino.
“Jangan begini lagi, jangan tiba-tiba menghilang tanpa katakan apapun. Jangan ulangi lagi, hatiku sakit. Jika ingin pergi katakan sesuatu jangan sembunyikan apapun aku tidak mau sendirian lagi” Adelino tidak menjawab dia hanya mengelus punggungku.
Aku suka berada dipelukan Adelino, aku merasa aman dan dilindungi.

“hey, tenang aku hanya meminjam sepeda. Kurasa bersepeda saat malam hari tidak buruk. Mau mencobanya?” aku segera menjauh dan bisa kulihat dua buah sepeda berdiri rapi di belakang Adelino.
“sepertinya aku harus melarangmu menonton drama romantis lagi” aku pun tertawa dan mulai menaiki sepeda berwana biru itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, dan bisa kurasakan hidungku terasa berat mungkin sebentar lagi aku akan terkena demam. Bersepeda di malam hari dan tidak memakai pakaian hangat adalah ide yang tidak terlalu baik.

“terimakasih, aku senang bisa mengahabiskan waktu bersamamu, dan maaf kamu kedinginan gara-gara aku” ucap Adelino, dia berulang kali mengeratkan genggamannya. Mungkin agar aku tidak kedinginan lagi.
“tak apa, lagi pula ini sudah hangat. Mantelmu benar-benar membantu. Dan juga besok giliran aku yang menentukan tempat kemana kita akan pergi. Anggap saja ini sebagai cara aku memaafkanmu.” Bisa kulihat Adelino menggangguk dan menyuruhku untuk segera masuk. Aku pun masuk ketika sampai di kamar entah mengapa fokusku langsung menuju ke arah kalender. Bisa kulihat tanggal 2 juni tercetak di sana.

Entah hanya aku atau memang pagi ini terasa lebih indah, burung berkicauan udara yang sejuk. Aku pun buru-buru membasuh diri, membuka lemari menimang-nimang baju apa yang pantas kupakai hari ini. Pilihanku jatuh pada outer pink dengan dalaman putih dan celana jeans. Saat aku melewati meja makan aku bisa melihat note dan satu seat makan pagi sudah tertata rapi.

Jangan lupa dimakan, maaf mama harus berangkat lebih dulu. Mama ke datangan tamu penting. Mama sayang kamu.
Selalu begini, mamaku adalah seorang desainer yang cukup terkenal. Dia jarang berada di rumah mungkin seminggu hanya 3 hari.

Bisa kulihat Adelino sudah menunggu di depan rumah dengan coat hitam yang melekat di tubuhnya.
“ayo kita berangkat.” Aku pun menarik tangan Adelino memasuki taksi yang sudah aku pesan.

“jadi kita mau kemana, jika tebakanku benar tempat yang akan kita kunjungi dipenuhi permainan.” Entah kenapa mendengar pernyataan Adelino membuat aku senang, dia memang mengerti aku. Setelah beberapa menit aku dan Adelino sudah sampai di depan gerbang taman bermain. Hal pertama yang aku lakukan adalah menarik tangan Adelino memasuki rumah hantu.

“yakin mau masuk? Bukannya kamu takut ya?” aku pun menggeleng mencoba terlihat berani aku pun menjawab
“aku enggak takut ayo masuk.” Dan setelah itu aku menyesal, bayangkan saat asik-asik mengobrol dengan Adelino seseorang memegang pundakku dengan riasan yang bisa kubilang sangat menyeramkan. Keluar dari rumah hantu itu aku langsung meminta tolong Adelino membelikanku minum. Kurasa jantungku sedang tidak baik-baik saja.

“nih minum, kan sudah kubilang kenapa memaksa masuk ke sana?” ada sedikit nada khawatir di dalam pertanyaan Adelino.
“entahlah aku hanya ingin merasakan, ternyata efeknya cukup buruk.” Setelah mendengar jawabanku Adelino malah tertawa. Bisa kulihat sudut matanya mengeluarkan sedikit air mata.
“ih jangan ketawa, ayo ke sana.” Aku pun menarik tangan Adelino ke salah satu tempat yang ada di dekat rumah hantu.

Aku iseng-iseng mengajak Adelino menaiki hysteria. Wahana ini cukup ekstream untuk orang yang tidak menyukai ketinggian seperti Adelino. Aku kira dia akan menolak tapi ternyata dia mau. Selama di atas wahana itu bisa kulihat Adelino selalu memjamkan mata hingga akhir. Turun dari hysteria Adelino langsung memuntahkan semua yang ada di perutnya aku pun menepuk-nepuk punggungnya sambil berulang kali mengucapkan kata maaf.

“maaf, aku tidak menyangka kamu benar-benar mau mengikutiku menaiki wahana itu.” Setelah meminum minuman yang kuberi adelino menatapku, tatapan yang mampu membuat rasa hangat merayapi jantungku.
“mungkin kamu lupa aku takut ketinggian, tapi hari ini aku memutuskan untuk mengikuti semua kemauanmu, anggap saja pengganti karna aku memaksamu libur bekerja selama 5 hari.”
Aku tersenyum dan langsung menariknya menuju orang yang menjual balon. Aku membeli satu balon doraemon dan memberikannya pada Adelino.
“kamu masih suka doraemon bukan?” Adelino hanya mengangguk. Setelah puas bermain beberapa wahana dan hari juga semakin gelap aku memutuskan untuk pulang, rasanya benar-benar lelah lagi pula kupikir seharian ini aku dan Adelino menghabiskan banyak waktu bersama.

Cerpen Karangan: Bakpaocoklatisikeju
Penulis cerita ini Cipa. Gadis tomboy ini pecinta segala hal berbau korea dan jepang. Ia seorang EXO-L dan NCTZEN, jika ingin mengenal sosok Cipa lebih banyak kalian bisa menghubunginya di rodifahislamidina0[-at-]gmail.com dan di instagram @Swugurls.

Cerpen Bersamamu (Part 1) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


So Long

Oleh:
Ku lewati jalanan dengan langkah tertatih untuk menuju pulang ke rumah. Bulan-bulan dan para bintang yang terlihat menunduk sedih karena tertutup mendung. Hujan deras mengguyur seluruh tubuhku yang separuh

Meraba Bulir Kenangan

Oleh:
Risa masih belum menyerah untuk mencari serpihan masa lalunya. Kaki jenjang bersepatu boots hitam menapaki anak tangga berselimut salju. Bulir-bulir Kristal es menghujam tubuh yang dibalut mantel biru tua

Januari Menolak Lupa

Oleh:
Hujan diawal Januari tampak lebih sering turun. Ia datang membasahi bumi dan segala isinya. Pagi ini bersama derasnya hujan aku kembali mengenang dirinya. Entahlah seperti halnya hujan di bulan

Perempuan Penunggu Embun

Oleh:
Malam itu, cuaca di luar begitu dingin. Sedangkan pikiranku masih saja berotasi tentang seseorang di pagi hari, berotasi dan semakin berotasi. Sampai akhirnya denting jam pun berbunyi. Sudah pukul

Maafkan Keegoisanku

Oleh:
Aku merasakan tubuhku tidak seimbang, pandanganku seakan mulai gelap, tubuhku limbung dan entahlah. Entah apa yang terjadi setelah itu. Aku terbangun dari mimpiku entah apa yang terjadi aku juga

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *