Bersamamu (Part 2)
Cerpen Karangan: BakpaocoklatisikejuKategori: Cerpen Cinta Sedih, Cerpen Korea, Cerpen Romantis
Lolos moderasi pada: 16 July 2023
Hari ini tanggal 4 juni. Aku bangun dan bisa kucium bau masakan memasuki kamarku. Aku berlari kebawah dan melihat sosok yang kurindukan sedang memasak tanpa basa-basi langsung kupeluk tubuh mama.
“sudah bangun? Vega.. Vega umurmu beneran 20 kok masih kayak anak 5 tahun ini kelakuannya.” Aku tidak perduli biarlah, aku merindukan mama.
“lepas dulu ayo kita sarapan.” Aku pun melepas pelukanku dan mulai duduk di meja makan. Tepat saat makanan di piringku habis handphoneku berbunyi bisa kulihat nama tuan choi di sana.
Setalah sambungan terputus aku pun bergegas kembali ke kamar, mengganti bajuku dengan baju kantor. Sepertinya hari ini aku harus membatalkan rencana untuk pergi Namsan tower dengan Adelino, karna tiba-tiba tamu dari Indonesia datang dan kantor membutuhkan penerjemah. Sebenarnya aku akan menghubungi Adelino namun aku sadar aku bahkan tidak punya nomer handphonenya.
Setelah berpamitan pada Mama aku pun segera menjalan kan mobil ku menuju kantor. Sesampainya di kantor aku bergegas menuju ruangan tuan choi.
“permisi tuan choi” setelah aku mendapatkan jawaban dari dalam aku pun segera masuk. Ternyata tamu kali ini adalah salah satu pembisnis sukses asal Indonesia. Di antara semua penerjemah bisa di bilang aku satu-satunya penerjemah yang cukup fasih berbahasa indonesia di kantor ini.
Bisa kulihat jam di pergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tugasku telah usai dan aku sedang dalam perjalanan pulang. Saat akan menaiki mobil aku melihat siluet seseorang yang memandangku semakin lama semakin jelas.
“Vega kamu belum pulang?” oh… ternyata itu suara Adelino,
“aku akan pulang sebelum aku menyadari ada orang yang sedang memperhatikanku, jadi mau kuantar? kita pulang bersama” bisa kulihat Adelino menggeleng
“tidak perlu aku hanya ingin menyapa, segeralah pulang, hat-hati besok aku jemput jam seperti biasa.” Setelah itu bisa kulihat adelino melangkah pergi menjauh dan semakin jauh.
Esoknya aku bangun lebih awal, dan bergegas mandi. Aku tau ini bukan kencan tapi aku tidak bisa berhenti mengobrak-abrik lemari bajuku dan pilihanku jatuh pada dress berwarna peach selutut. Kupikir ini satu-satunya dress yang kupunya. Bisa kulihat pantulanku di cermin untuk sesaat kupikir aku terlihat cantik. Aku keluar dari rumah dan kali ini aku memutuskan untuk membawa mobilku. Kalau dipikir-pikir saat sebelumnya aku keluar bersama Adelino kenapa tidak terpikit untuk membawa mobil sendiri.
Di ujung sana aku melihat Adelino menatap jalanan, dia tampan kuakui dengan kemeja hitam yang digulung sampai siku dan celana jeans hitam yang melekat di tubuhya.
“masuk, kupikir lebih baik aku membawa mobil sendiri, tidak papa kan?” Adelino pun masuk tanpa banyak bicara. Aku pun mulai menjalankan mobil
“jadi kemana kita?” tanyaku.
“Namsan tower.” Entah mengapa kupikir hari ini suasanan hati Adelino sedang tidak baik-baik saja.
Tidak ada senyum di wajahnya, yang ada hanya wajah murung.
Setelah beberapa jam Akhirnya kami sampai di Namsan tower. Aku mengusulkan untuk naik kereta gantung untuk menuju atas tapi Adelino menolak dia bilang dia ingin menghabiskan waktu lebih lama bersamaku. Jadilah kami berjalan menaiki tangga untuk menuju puncak. Korea sedang musim semi di sepanjang kanan-kiri tangga bunga sakura yang sedang mekar berwarna pink itu membuat waktuku bersama Adelino menjadi lebih indah. Adelino selangkah lebih dulu di depanku dan aku mulai mematung entah kenapa melihat punggungnya membuat air mataku jatuh, rasanya menyesakkan seakan-akan sosok di depanku ini mampu menghilang kapanpun, menghilang seperti angin.
Adelino yang sadar aku tertinggal berbalik dan detik itu juga aku menghapus air mata yang menggenang di pelupuk mataku. Bisa kurasakan tangan Adelino menggenggam tanganku menarikku untuk berajalan sejajar dengannya. Hanya berjalan tanpa mengungkapkan apapun, hanya berjalan diiringi hembusan angin musim semi. Setelah beberapa menit akhirnya aku dan Adelino sampai di puncak.
“jadi apa kita akan membeli gembok?” tanyaku.
“tidak, aku ingin beli churros dulu” Adelino menarik tanganku menuju tempat penjual churros.
Bisa kulihat Adelino memesan dua churros oreo dengan coklat putih di atasnya. Keluar dari tempat churros aku dan Adelino menuju tempat penjual gembok. Kulihat Adelino mengambil gembok berwana putih dengan gantungan doraemon di sisinya.
“curang, aku mau yang itu” kataku.
“tidak perlu” balasnya. Adelino menarik tanganku menuju pagar tempat di mana gembok itu bisa dikaitkan. Setelah sampai di sisi pagar yang kosong Adelino berucap.
“tidak perlu memasang wajah menyebalkan begitu, gembok ini akan kutulis nama kita berdua” awalnya aku hanya mengangguk-angguk kan kepala tapi kemudian aku tersadar. “apa maksudmu?” Adelino melepaskan genggamannya dan mencubit pipiku.
“kamu tidak berubah, masih sama seperti dulu. Vega si tidak peka. Aku menyukaimu”.
Aku tertawa kemudian memeluknnya, “bisa kuartikan itu sebagai ajakan berkencan?” dan bisa kurasakan Adelino membalas pelukanku sambil menjawab Iya.
Aku dan Adelino memasang gembok itu setelah memasang gembok itu Adelino mengajakku turun dan ingin ke myeongdong. Aku dan Adelino pun turun tapi saat di tengah perjalanan Adelino berhenti aku pun menoleh padanya dan bisa kulihat perlahan tubuh Adelino menghilang bersama angin.
“Maaf Vega ku pikir sudah waktunya aku pergi, beberapa hari yang lalu sudah kukatakan bukan bahwa aku tidak bisa berlama-lama di sisimu karna aku harus pergi lagi. Terimakasih selama 5 hari ini sudah mau bertemu dan membuat kenangan bersamaku. Dan maaf aku belum bisa menjadi pacar yang baik untukmu. Sekarang aku bisa pergi tanpa ada penyesalan.” Dan Adelino menghilang benar-benar menghilang tanpa jejak. Apa maksutnya? Ini bercanda bukan. Adelino pergi, pergi untuk selamanya? Aku kira dia hanya pergi untuk kembali ke Amerika dan setelah semuanya beres dia akan menemuiku lagi.
Aku tidak tau apa yang terjadi, apa itu hanya mimpi karna sekarang saat aku membuka mata aku sudah ada di dalam kamarku lagi. Samar aku bisa mendengar suara mama dan beberapa suara yang familiar di telingaku. Saat aku membuka pintu kamar bisa kulihat Mama, tante Maya dan om Brian.
“oh Vega sudah bangun?” aku mengabaikan ucapan Mama perhatianku beralih pada tante Maya dan om Brian.
“Adelino dimana?” untuk sesaat bisa kulihat tante Maya terkejut dan pelukan om Brian di pundak Tante Maya mengerat.
Om Brian mulai buka suara.
“sebenarnya Vega. Adelino sudah tidak bersama kita lagi. Dia sudah pergi untuk selamanya, tuhan memanggilnya lebih dulu. Adelino meninggal karna kecelakaan yang terjadi 5 bulan lalu dan hari ini tepat 5 minggu setelah dia pergi. Awalnya kami hendak memberitahumu lebih cepat tapi beberapa kali Adelino mendatangi kami lewat mimpi dan berkata untuk memberitahumu tepat setelah 5 minggu kepergiannya maka dari itu kemarin kami mengambil penerbangan untuk kemari. Kami juga ingin memberikan barang-barang ini padamu. Kami tidak tau apa isinya tapi di kotak itu tertulis namamu”
Setelah mendengar penuturan om Brian rasanya kakiku lemas, dadaku sedak dan pandanganku mengabur. Bisa kurasakan pipiku basah, aku menangis. Ini tidak mungkin maksudku baru 5 hari yang lalu aku bersamanya, menghabiskan waktu di museum, taman bermain, sungai han bahkan kami mengunjungi Namsan tower. Tapi hari ini, aku tidak menyangka bagaimana kamu tega mempermainkanku.
5 tahun setelah kejadian yang tidak masuk akal itu. Aku memutuskan untuk kembali ke Namsan tower setelah sebelumnya aku benar-benar tidak mau menginjakkan kakiku di tempat itu. Menaiki tangga menuju ke puncak membuat air mataku turun lagi. Sebenarnya 5 hari setelah om Brian memberitahuku aku memutuskan untuk pergi ke Amerika. Dan ternyata memang ada makam atas nama Adelino. Kukira awalnya om Brian dan Tante Maya membohongiku ternyata Adelino benar telah pergi. Sesampainya di puncak aku segera menyusuri pagar yang dipenuhi beribu-ribu gembok, dan sepertinya dalam 5 tahun gembok di sini semakin banyak. Apa aku bisa menemukan milikku. Setelah beberapa saat akhirnya aku menemukan gembok putih dengan doraemon itu dan bisa kulihat tulisan di gembok itu, Namaku dan Adelino ditulis dengan tulisan kecil dan miring itu benar-benar tulisan Adelino. Aku membuka gembok ini beruntungnya dulu Adelino mempersilahkan aku menyimpan kunci gembok ini.
Awalnya aku akan membuang gembok ini di sungai han tapi setelah dipikir lagi. Aku akan menyimpannya, menyimpang semua kenangan dan semua perasaan yang pernah aku lalui bersama Adelino. Terimakasih kamu pernah menjadi orang yang mengisi hariku. Kini aku ikhlaskan kepergianmu. Semoga kamu tenang Adelino.
Cerpen Karangan: Bakpaocoklatisikeju
Penulis cerita ini Cipa. Gadis tomboy ini pecinta segala hal berbau korea dan jepang. Ia seorang EXO-L dan NCTZEN, jika ingin mengenal sosok Cipa lebih banyak kalian bisa menghubunginya di rodifahislamidina0[-at-]gmail.com dan di instagram @Swugurls.
Cerpen Bersamamu (Part 2) merupakan cerita pendek karangan Bakpaocoklatisikeju, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Firasat
Oleh: Rezy RefroKriiingg!!!. Pukul 3 sore bel sekolah akhirnya berbunyi lebih indah. Aku membereskan buku matematikaku yang sangat tak berguna ke dalam ransel putihku. Semua teman-teman di dalam kelas sudah hampir
Kenyataan
Oleh: Galih Rakastiwi“Ciee… yang baru jadian..” Ucap Ayu pada sesosok gadis berseragam putih abu-abu yang sedang berlari mendekatinya, di depan pintu gerbang sekolah. “Hehehe… kok kamu tau sih..?” Tanya Sherly, dengan
Destiny
Oleh: Nadia Angelica“Aku tahu kau menyukainya, dongsaeng. Karena itu aku meninggalkan kalian berdua.” Kim Hyemin adalah seorang wanita yang hidupnya penuh teka-teki. Dilahirkan dari orangtua yang Workhaholic, ia hanyalah seorang mahasiswa
Jingga Yang Mencintai Senja (Part 3)
Oleh: Safitri SaraswatiPerawat berbeda memeriksa tekanan darahku lalu ia juga mengambil darahku, ia mengatakan untuk mengecek kadar HB yang entah maksudnya apa. Kemudian aku dibawa ke ruang rontgen, untuk melihat kondisi
Penyesalan
Oleh: JuantiSenja itu aku duduk berdua dengannya, menatap awan yang telah memerah, sesungguhnya ada yang ingin aku utarakan kepada laki laki yang ada di sampingku ini, tapi aku tak mampu,
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply