Kenangan Indah Masa Lalu (Part 1)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Remaja, Cerpen Romantis
Lolos moderasi pada: 10 March 2017

Angin malam terasa dingin menyentuh pipiku. Dibumbui oleh hujan yang sudah sedari tadi turun dengan derasnya menambah sensasi dingin malam ini. Aku yang kedinginan menggosok-gosokkan kedua tanganku sambil kutiup hangat. Sesekali kucek handphone yang berada di sakuku. Jam sudah menujukan pukul 7 dan suasana halte dekat kampusku sudah agak sepi. Hanya saja sesekali aku melihat beberapa kendaraan pribadi berlalu lalang dengan santainya. Sudah sepuluh menit berlalu tak tak ada satupun tanda-tanda angkutan umum datang, akhirnya kuputuskan untuk duduk di bangku halte yang basah. Dengan sabar aku menunggu. Tanpa kusadari, pandanganku mengarah kepada genangan air yang berada di jalanan. Sesekali terjadi riak sebab tetesan air hujan. Entah kenapa setiap melihat genangan air memoriku melayang jauh ke masa lalu dimana masa putih abu-abu.

Tepatnya pada saat SMA kelas dua. Waktu itu jam pelajaran baru selesai dan bel istirahat pun berbunyi. Aku yang mendengar bel tersebut langsung membuka buku novel favoritku dan mulai membaca, walau keadaan kelas mulai ramai. namun itu tak akan membuatku terganggu. Beberapa detik berlalu, entah kenapa keadaan kelas hening seketika. Diikuti dengan suara langkah kaki. Tak… tak… begitulah bunyinya. Kulemparkan pandanganku kedepan kelas. kulihat guru BK sudah berdiri di depan kelas. Pantes langsung diam guru BK yang terkenal killer sedang berapa di depan kelas.
“anak-anak ini ada teman baru untuk kalian”. Ucapnya berwibawa, auranya sangat kelihatan bahwa orang ini sangat disegani oleh murid-murid.
“baiklah nadya silahkan masuk” beliau mempersilakan masuk seseorang. Lalu masuklah seorang perempuan berkulit putih, berambut panjang hitam. Aku hanya melihatnya sekilas dan kembali membaca lagi. Namun sayu-sayu aku mendengar suaranya yang menyebutkan namanya, yaitu nadya. Selebihnya aku tidak tahu aku sudah tenggelam dalam lautan tulisan yang aku baca.

Beberapa saat kemudian, entah apa saja yang sudah dibicarakan, suara sepatu mendekat, aku tak menghiraukannya.
“hey salam kenal?”. ucapnya. Entah ia bialang kepada siapa. konsentrasiku masih pada buku. “hey kamu, yang baca buku”. Barulah aku menoleh ke arah asal suara itu dan mengaggukkan kepalaku lalu kembali membaca. “hey nama kamu siapa” ucapnya lagi bertanya kepadaku. Sungguh ini menggangguku kenapa sih harus di sampingku, loh tunggu dulu jadi dia di sampingku. Aku baru tersadar kalau bangku kosong di sebelaku sudah diisi olehnya. Sunggu ini akan menjadi sangat merepotkan. Aku mulai berbicara sendiri dalam hatiku. “hey ayolah kenapa sih kamu tidak menjawab kan aku cuman pengen tau siapa namamu, juga tak adil kan, aku sudah memperkenalkan diriku di depan kelas, tentunya kamu pasti sudah mendengarnya, namun sekarang kamu tak mau meberitahu namamu dan malah mengacuhkanku” dia mulai nyerocos. Ini dia yang tidak aku suka jika ada seseorang yang duduk di sebelahku. Terpaksa aku menoleh kepadanya lagi.
“baiklah namaku Arif aku sudah tau namamu dan udah itu aja”. sengaja kujawab singkat agar ia tidak bertanya lagi. Seperti yang aku duga akhirnya dia duduk dan berbicara dengan teman yang berada di depan bangkunya, entah aku tak tau apa yang ia bicarakan dengan teman depan bangkunya. Aku hanya diam dan kembali membaca.

Kesokan paginya. aku sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Tak lupa kumasukkan headphone ke dalam ranselku beserta buku-buku pelajaran untuk hari ini. “Arif udah sarapan belum?” Tanya ibukku dari dapur. “udah bu, tadi udah sarapan roti” jawabku sambil memasang sepatu. “oh. Iya arif bentar lagi akan ada anak temen ibu akan ke sini sepetinya satu sekolah denganmu, kalau bisa kamu bareng dia yah soalnya dia masih baru di daerah ini” ucap ibuku lagi. “iya, iya tapi arif udah telat jadi gak bisa nunggu” langsung aku membuka pintu dan menutupnya kembali.

Aku buka pintu gerbang rumah, tak disangka di sana ada seorang perempuan yang sudah menunggu membelakangi gerbang yang kubuka. Mendengar suara denyitan gerbang tadi ia membalikan tubuhnya yang ternyata seorang yang kukenal. “si merepotkan” gumamku lirih. Tanpa memperhatikannya lagi aku segera berbelok dan melangkah menjauh. “ih arif kebiasaann nyuekin akunya” suara dari belakang. Ternyata ia mengekorku. Aku yang merasa terganggu mempercepat langkahku tanpa menghiraukan apa yang ia katakan. “rif tunggu aku, kamu terlalu cepat jalannya” mendengar ucapannya aku mempercepat lagi langkahku. Kali ini bukan melangkah biasa namun sedikit berlari. “rif ayolah tung… aw.” nadya tersandung dan terjatuh. Mendengar teriakannya tadi aku berhenti sejenak. Muncul pertanyaan apakah aku akan menolongnya atau tidak. Namun aku masih ragu, kumelangkah satu kali, dua kali, dan akhirnya berbalik juga menghampirinya yang terjatuh.

Kulihat ia masih terduduk di tempat ia jatuh namun anehnya ia tersenyum saat aku didekatnya. Entah kenapa denang gadis ini aku juga tak mengerti. Aku menjulurkan tanganku untuk pegangan agar ia bisa berdiri. Ia meraih tanganku dan bangkit. “aduh.. rif tunggu, sepertinya kakiku terkilir” nadya meringis kesakitan. Dari raut mukanya sepertinya ia tak berbohong. Akhirnya aku membelakanginya dan berjongkok. “eh rif kamu kenapa kok jongkok?” nadya bertanya. “ayo aku gendong kamu”. Nadya masih bingung dengan perlakuanku. “ayoo naik atau aku tinggal” ucapku lagi. Namun meski dia tidak naik aku tak akan meninggalkannya sendiri karena itu tanggung jawabku yang sudah membuatnya terjatuh. “ya udah deh kalau kamu maksa” akhirnya nadya berada di gendonganku dan dengan sigap aku berjalan menuju sekolah yang sudah tak jauh lagi.

Sampai juga aku ke sekolah walau agak ngos-ngosan karena gendong nadya sampai ke UKS. Nadya kini duduk di tepian kasur. Sepertinya ia terluka di bagian mata kakinya. Aku yang merasa bersalah mengambil obat merah, alkohol, kapas dan plester lalu menuju ke tempat nadya duduk. Aku berjongkok tanpa berkata apapun.
“rif tidak usah nanti aku obatin sendiri kok” seakan nadya paham dengan apa yang ingin aku lakukan. Namun aku tak menghiraukanya. Aku menuangkan sedikit alkohol di atas kapas dan perlahan membersihkan luka di mata kaki nadya. Nadya meringis kesakitan. Sesekali kutiup lukanya untuk meringankan sakitnya. Setelah lukanya bersih kuteteskan obat merah di atas kapas dan menempelkanya pada luka nadya untuk mengurangi kuman yang masih menempel. Ini dia sensasi sakit yang sebenarnya. Kulihat nadya menggigit bibirnya menahan sakit yang sangat. Kubuka kapasnya dan kupasang plester tepat pada lukanya.
“nih udah, mangkanya lain kali jangan ceroboh lagi. Dasar gadis yang merepotkan” entah kenapa aku selalu memanggilnya merepotkan, padahal yang aku maksud adalah untuk berhati-hati saja.
“iya rif maaf buat kamu repot, tapi kamu baik juga ya, sampai mau nolongin aku, aku kira tadi kamu bakal ninggalin aku eh ternyata kamu nolongin aku. Maafin kecerobohanku ya rif” kali ini nadya berbicara panjang lebar. Meski bicaranya panjang lebar, aku merasa ada yang aneh terhadapku. Rasa bahagia seakan mengalir di pembuluh darahku setelah mendengar nadya menngucapkan terima kasih tadi, hal yang baru aku dengar pertama kali baru dari dirinya ini. “dasar merepotkan” ucapku lagi, namun kali ini aku sedikit tersenyum dan berjalan keluar dari UKS. “rif kamu mau ke mana?” Tanya nadya kali ini. “aku masuk kelas dulu, jadi kamu istirahat disitu nanti aku ke sini lagi” entah kenapa aku bisa bicara seperti itu. Apa ini karena tanggunng jawab atau apa aku juga tidak tau. Yang terpenting sekarang aku merasa bahagia.

Cerpen Karangan: Faisal Amir
Facebook: Faisal

Cerpen Kenangan Indah Masa Lalu (Part 1) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Will You Marry Me?

Oleh:
9 Maret 2013 Masih membekas di ingatanku. tanggal dimana kau pertama kali berani menggenggam tanganku, berani mengatakan suatu hal yang membuat aku terkejut dan terdiam tak bisa berucap apa

Arif Part 1

Oleh:
Aku teringat pertemuan kita pertama kali. Hal yang tidak disengaja hari itu. Seorang temanku meminta untuk ditemani mengambil tugasnya yang sedang di foto copi. Malam malam, habis hujan pula.

I Hate You But…

Oleh:
Kukenal dia ketika masa orientasi siswa atau biasa disingkat MOS. Dia adalah siswa pertama yang bicara kepadaku ketika aku kebingungan mencari barisan kelompokku. “Sini, kamu satu kelompok denganku!” katanya

Si Pintar Versus Si Beruntung (Part 3)

Oleh:
“febri, febri bangun nak” suara yang mengusik ketenanganku sehingga aku terbangun dari tidurku, saat aku buka mataku aku melihat bahwa aku sedang dalam ruang UKS. “aduh kepalaku” aku pengangi

07.30

Oleh:
“Gubraaakk!!” Haduh keadaan jalanan di sekitar sekolahku memang tak pernah kunjung baik. Berkali-kali angkutan umum yang kunaiki terjebak beberapa detik di lubang yang sama. Aku memang berniat untuk memiliki

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *