Sketsa Cinta (Part 2)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam), Cerpen Remaja, Cerpen Romantis
Lolos moderasi pada: 6 May 2017

Semenjak kak doni memintaku untuk membuat poster, aku mempunyai akses lebih mudah untuk berkomunikasi dengannya meskipun hanya sharing tentang poster dan itu pun sangat jarang bisa aku lakukan, karena pandangan sinis kak luna dan cewek-cewek di osis yang suka dengan kak doni membuatku tak berani berlama-lama ngobrol dengan sang ketua osis, namun itu saja sudah sangat membuatku bahagia. Gisya juga ikutan bahagia karena kemajuanku ini.
“gitu dong, kalau bisa nih ya, lo maksimalin kerjaan lo, jadi nanti doni pasti nyari lo lagi buat pekerjaan gambar menggambar poster,” pujinya, aku tersipu, aku sudah bahagia sejauh ini bisa mengobrol lagi dengan dewa penolongku, ya, cukup seperti ini saja sepertinya.
“tapi lo gak mau sampai sini aja kan?” aku menoleh pada gisya, bagaimana gisya bisa tau apa yang baru saja aku pikirkan? “lo jangan cepat puas dong Ta, ini baru awal, lo harus melancarkan serangan serangan cinta yang lainnya,” gisya menggebu gebu, kenapa dia yang lebih semangat ya?
“serangan cinta apaan? yang ada serangan dari donilover nanti ke gue, lagian lo kemaren nyuruh gue buat nyerah, sekarang malah semangat ngasih dukungan buat serangan cinta, gimana sih lo,” aku mengusap poninya asal, dia heboh menepis tanganku, poninya itu adalah pemanis yang sebenarnya menutupi kekurangannya, ya, dahi gisya lebih lebar sedikit dariku.
“jangan pesimis kenapa sih jadi orang, optimis dong. Lagian kemaren gue kesel sama lo, gampang banget bilang nyerah, nyoba aja belum,” Dia menepuk bahuku agak keras, mungkin sekalian balas dendam karena aku berani membuka dahinya secara tidak sengaja tadi.
“gak tau ya, tapi rasanya gue sekarang udah cukup bahagia, bisa ngobrol banyak sama orang yang gue suka setelah sekian lama, gue takut kalau gue nekat, nanti yang ada gue malah jauh sama dia, bukannya kalo dia gak tau kalo gue suka, gue akan lebih nyaman interaksi sama dia?” aku yakin alasanku tak akan pernah diterima baik oleh gisya, kapan sih dia setuju sama pendapatku, kok aneh aku bisa sahabatan sama dia kalau semua pendapatku dibantah terus?.
“ya untuk sekarang mungkin lo bisa ngerasa seperti itu, tapi lama kelamaan, lo pasti bakal pengen lebih dari itu, percaya sama gue, saat lo udah di situasi itu, lo akan lebih sakit karena lo akan makin berat liat dia sama perempuan lain.” Kaan, Apa aku bilang, selalu ada bantahan kan dari dia? tapi, apa yang gisya bilang bener juga sih, bertindak sekarang atau lupakan atau bersiap merasakan sakit saat kak doni punya kekasih nanti.
“tapi kan ujungnya pasti pisah sya, mau sekarang ataupun nanti, gue nyatain atau enggak, kalau kak doni punya pacar nanti, gue tetap akan ngerasa sakit dan bakal jauh dari dia kan pada akhirnya, setidaknya gue pernah ngerasain sedikit lebih dekat sama dia, itu udah lebih dari cukup buat gue,” aku mengela nafas, kuatkah nanti saat aku mendengar kak doni sudah punya kekasih? ya mungkin bukan Cuma aku, tapi hampir 90% perempuan di sekolah ini juga akan merasakan hal yang sama, gisya mungkin juga merasakan hal yang sama. Ehh tapi gisya kan udah punya ilham, ah gak menutup kemungkinan juga dia akan merasakan hal yang sama denganku nanti, dia kan cewek waras yang menyimpan kagum pada kak doni meskipun dengan alasan yang berbeda denganku.
“hmmm, bener juga, dan saat itu terjadi lo gak akan sendirian ngerasain patah hatinya Ta, mungkin gue dan 90% anak sekolahaan ini juga akan merasakan patah hati masal.” Gisya mengangguk anggukan kepalanya sambil meminum aqua dinginnya, tunggu, ini gak pernah terjadi, gisya menyetujui pendapatku, yeay! Akhirnya, aku menoleh padanya dengan perasaan bangga,
“tapi Ta, dengan sikap lo yang seperti itu, lo hanya akan membuat sakit hati lo lebih berat nantinya,” hanya dua detik gisya setuju denganku, dan kini dia sudah mulai lagi dengan bantahannya, “kalau misalnya lo nyatain sekarang, dan ya anggaplah lo di tolak, lo Cuma akan ngerasain sakitnya bentar, setelah itu lo akan lupa semuanya serta perasaan cinta lo, dan saat kak doni punya pacar nanti, lo gak akan ngerasain apapun lagi, lo bebas dari perasaan sakit hati lo, beda kalau misalnya lo terus bisa intens komunikasi sama dia, nanti lo berharap lebih dan dia gak punya rasa apapun sama lo, dan ternyata lo tau nanti dia punya pacar, lo bakal sakit hati lebih dari biasanya, Ta. Karena udah banyak kenangan yang lo ukir sama kak Doni, dan bakal bikin lo semakin lama dan semakin susah buat lupa.” Aku hanya melongo mendengar bantahannya yang sangat mengena di hati, wajah banggaku hilang, memang susah membuat dia mengakui pendapatku. kenapa dia pintar sekali mengilustrasikan keadaan, apakah dia pernah juga seperti ini?
“gue pernah ada di posisi lo saat ini, waktu SMP dulu, persis gue suka sama ketua klub basket, dan kerena gue terlalu nyaman ada di posisi lo kayak gini dulu, jadi waktu gue tau dia udah punya pacar, gue sakit hati banget, gue kira dia bakal sama gue, tapi ternyata dia pacaran sama temen sebangku gue. Itu kenapa gue pengen lo buruan nyatain aja, kalo emang harus sakit, ya sakit aja tapi sebentar, gak kayak gue lama. Lo pikir ilham bisa gampang ngambil hati gue? lama juga tau, baru pas gue masuk SMA aja dia gue terima, soalnya dia gak nyerah merjuangin gue meskipun udah gue judesin selama dua tahun,” jawabnya sekaakan mendengar pikiran gue, gisya tuh peramal bukan sih, kenapa bisa tau apa yang gue pikirkan sebelum gue bilang,
“kesempatannya sedikit, Cuma 0,000001% gue berhasil,” gue menunduk, mengusap buku sketsa yang selalu gue bawa kemana mana, ada dua alasan kenapa aku selalu membawa buku sketsaku kemanapuun aku pergi adalah satu, aku sedikit takut kalau gisya iseng dan memperlihatkan buku sketsaku ke teman sekelas, gisya itu kalo isengnya kumat kadang membahayakan, dua, aku takut buku sketsa itu hilang, buku sketsa itu berisi 90% wajah kak doni semua, ada beberapa sketsa wajahku dengan wajah kak doni, dan dua wajah gisya juga karena dia memaksa agar wajahnya ada di buku sketsaku.
“dan, berharaplah pada 0,000001% itu lo berhasil,” dia menepuk nepuk pipiku dengan kedua telapak tangannya dan menggerakannya ke kiri dan kekanan sambil tersenyum sangat manis, aku langsung meniupnya, lalu mengacak ganas poninya dan kabur sebelum aku di serang jurus cakar tajam miliknya.
“RITTTTTAAA!!”

Seperti biasa, para anggota osis selalu ngaret bila diajak untuk rapat mingguan, dan entah kenapa aku selalu datang paling duluan menunggu mereka dengan kesal.
“kamu kalo kesel emang suka gambar ya?” sial!!! Suara itu lagi, kak doni sepertinya memang siluman, hadirnya selalu tiba-tiba dan mengagetkan. Okee anto benar, ruang osis ini ada penunggunya, siluman berwajah tampan dan bernama doni ardiansyah. Mana aku (lagi-lagi) sedang membuat sketsa wajahnya. Aku tak punya objek yang lain untuk kugambar selain kak doni, karena hanya dia yang ada di pikiranku. Aku cepat-cepat menutup buku sketsaku.
“hehehe, ya gitu deh kak, kakak sendiri gimana?” aku usahakan suaraku biasa aja untuk menutupi grogi. Sampai sekarang aku masih selalu gugup bila berhadapan dengannya.
“sama, aku juga suka menggambar sketsa,” jawabnya. Sambil menaruh tas tak jauh di sampingku lalu duduk bersila.
“oya? Gambar sketsa apa??” tanyaku antusias, senang sekali bila orang yang kita suka punya kesamaan.
“apa aja, pemandangan, binatang, gedung, dan sketsa seseorang yang selalu aku pikirkan,” jawabnya jujur, lalu dia mengeluarkan buku sketsa yang disampul hitam dan pensil, lalu bersandar ke tembok yang ada satu meter di sampingku, jawaban itu sangat membuat hatiku sakit, itu berarti aku sudah tak ada harapan lagi. “lanjut aja gambarnya, dari pada bete nungguin yang lain, heran, kalau pada pengen cepat pulang harusnya datang sesuai jadwal kan,” Katanya lagi, dan aku menurut, aku membuka lembar baru buku sketsaku, aku tak tau apa yang aku gambar, yang aku gambar hanya benang kusut sekusut pikiran dan hatiku.

“selesaaaaaai.” Katanya, kak doni menatap hasil gambarnya dan tersenyum “karena aku tak berani bilang cinta padanya, aku hanya bisa menggambarnya saja. Hehe,” dia terkekeh. Aku hanya cemberut, ingin rasanya aku keluar dari tempat itu, tiba-tiba ruangan ini terasa sesak sekali.
“aku sulit sekali mengatakan cinta padanya, aku takut dia menolakku karena aku tiba tiba datang dan mungkin tak sesuai dengan yang dia harapkan, aku takut resiko itu akan membuat hatiku sakit, aku cukup bahagia melihatnya dari jauh dan menggambar wajahnya di sini.” Dia mengelus buku sketsanya, Kak doni menunduk, mukanya memerah. Aku tak ingin mendengar curhatannya yang tiba-tiba mengenai cintanya pada cewek siapalah itu!
“boleh tau kenapa kakak suka sama dia?” ya, aku penasaran berat, entah apapun jawabannya nanti aku harus siap sakit hati. Maaf gisya, sepertinya aku udah tahu pilihanku tentang cinta bertepuk sebelah tangan ini, setelah ini mungkin aku akan melupakan kak doni. Karena aku sudah mendengar dari kak doni sendiri bahwa dia memang sedang menyukai orang lain. Kesempatan 0,000001% itu lenyap, sekarang 100% aku gak punya kesempatan untuk bersamanya. Dan mungkin kalau aku belajar melupakannya mulai dari besok, saat kak doni sudah berani mengungkapkan cintanya dan memiliki kekasih, aku sudah tidak terlalu sakit lagi.
“dulu dia pernah berjanji satu hal, aku bahkan sudah lupa, namun dia ternyata orang yang bisa menepati janji. Meskipun kita jarang bertemu dia menepati apa yang dia bilang, dia bisa menjaga perkataannya, ya aku bisa percaya padanya. Susah lho sekarang dapetin orang yang menjaga ucapannya.” Jelasnya. Siapa perempuan beruntung itu?
“kakak gak nyoba buat deketin dia?” siaal kenapa malah nanya itu sih, gak mau tau! sumpah gak usah jawab aku gak mau tau, cukup alasan kenapa dia suka sama cewek itu aja yang bikin hatiku sakit.
“udah, tapi ya sebatas itu aja, gak ada ngajak nonton atau jalan bareng, aku takut merusak apa yang udah aku jalanin antara aku sama dia, aku gak mau dia menjauh,” jawabnya, dia memandang ke langit langit dan tersenyum, kita sama. Tapi sumpah aku gak mau tau, hatiku tiba tiba nyeri. “aku pengecut ya,” katanya lemah, aku menoleh, dia sedang menatap ke arahku dan tertawa sumbang,
“kakak gak pernah mau coba?” itu pertanyaan basa basi, please gak usah dijawab please gak usah jawab,
“pernah, tapi kesempatannya selalu gak ada, aku jarang ketemu juga,” bagus, hilangkan saja kesempatan itu Tuhan.
“mau aku bantu? seperti apa orangnya?” Ya Tuhan ada apa denganku hari ini, aku mau pura pura jadi pahlawan untuk orang yang aku cintai kah? aku bahkan tak punya keberanian macam itu,
“hmm, menurut kamu, apa aku laki laki yang pantas untuk disukai oleh perempuan?” tanyanya malu, kenapa dia bisa gak pede begini? kenapa dia bisa jadi ketua osis kalo dia gak pedean kayak begini?
“gak ada alasan untuk gak suka sama kakak.” Kataku pelan
“apa?” tanyanya, entah memang tidak mendengar atau ingin mendengar lagi apa yang aku bilang dengan jujur itu untuk menaikan tingkat pede nya agar dia bisa menyatakan cinta pada cewek siapapun itu lah, gisya, toloong, telfon kek, apa kek, biar aku cepat keluar dari ruangan ini, tapi aku tak bisa bergerak. Ya, ini kesempatan terakhirku untuk bisa mengobrol berdua bersamanya sebelum aku keluar dari OSIS untuk mulai melupakannya.
“enggak,” aku menggeleng.
“menurut kamu, apa alasan aku bisa disukai?” tanyanya bodoh, inikah doni yang aku sukai? dia tidak bisa peka terhadap sekelilingnya? sayang aku gak bawa air minum, ingin sekali aku guyur kepalanya itu akan bisa berpikir jernih dan peka terhadap orang sekitar, terutama cewek cewek yang sering cari cari perhatian padanya.
“kakak gak sadar kalau banyak anak cewek yang suka sama kakak? Kak luna dan anak-anak osis lainnya, hmm mungkin hampir seluruh cewek di sekolah ini suka sama kakak. Mungkin guru-guru perempuan juga suka sama kakak. Itu menandakan bahwa kakak itu pantas untuk disukai.” Jawabku dingin, kak doni hanya tertawa.
“hahahaa, kamu berlebihan. Kamu ngincer jabatanku ya muji muji kayak begitu?” Katanya sambil sesekali merapikan sketsanya, aku gemas sekali, rasanya aku ingin teriak di telinganya ‘gue ngincer lo, bukan ngincer jabatan lo,’

“menurut kakak, kenapa kakak merasa gak pantas untuk disukai?” aku berbalik tanya.
“hmmm, karena aku bukan bad boy, dan kalah ganteng dari dion.” Katanya sambil tertawa. Kak dion adalah anak basket di sekolahku, garang sekali wajahnya, gisya benar, kak doni memang nyaris sempurna, dia akan sempurna jika dia tak punya kelainan di bagian pengelihatanya, kenapa dia bisa bilang kak dion lebih ganteng darinya, wajah garang begitu dibilang ganteng? benar benar ada yang salah dengan matanya. “cewek cewek bukannya lebih suka sama badboy daripada sama yang kutu buku ya?” tambahnya lagi.
“kakak naksir kak dion?” tanyaku curiga, tawa renyahnya terdengar lagi, kenapa semua yang berkaitan dengan doni ini semuanya bagus untukku? senyumnya, tawanya, nafasnya, oohh tunggu!! Gejala jatuh cinta separah ini kah?!
“mungkin jika aku jadi perempuan,” jawabnya sambil terkekeh,
“kakak menderita krisis percaya diri ya? kakak itu udah sempurna, dan gak ada alasan untuk gak suka sama kakak.” Ups kenapa aku keceplosan, aku langsung menunduk.
“begitu?” dia tersenyum padaku, melihat senyumnya hatiku berdegup lebih cepat dari biasanya, apakah seperti ini yang namanya benar benar jatuh cinta?
“ya, untuk orang yang punya mata normal, akan seperti itu pendapatnya, atau kalo kakak gak percaya, bisa minta komentar orang lain biar meyakinkan,” jelasku gugup sambil terus menggambar entah apa ini, benar benar kacau gambar di depanku, hmm aku kurang berbakat untuk lukisan abstrak, sudah berapa lama aku di sini, kenapa para anggota osis belum pada muncul juga sih. Detak jantungku tak beraturan, pedih dan gugup karena berada di samping orang yang aku sukai.
“gak usah,” katanya sambil tertawa dan meneruskan mencoret coret kertas di depannya, bukannya tadi dia bilang wajah orang yang dia suka sudah selesai?, “aku Cuma butuh opini dari satu orang aja,” godanya, aku meliriknya, dia melihatku “jadi menurut kamu aku benar benar pantas untuk disukai? bahkan oleh orang yang aku sukai juga?” tanyanya, dia menatapku meminta jawaban.
“hmm,” jawabku, aku masih focus menggambar benang gak jelas ini karena tak berani melihat wajahnya, repot nanti kalau aku tiba tiba pingsan karena sudah mengobrol berduaan dan melihat wajahnya sesering ini!
“serius? wahh lega rasa.” Katanya, aku menoleh, tak sengaja mataku melihat hasil gambarnya yang masih dia pegang.
“itu…” mataku terbelalak tak percaya, gisya tak akan percaya ini. Dia akan shock begitu tahu kalau orang yang kak doni sukai adalah,
“kamu.” Katanya sambil terseyum. Dan aku tak bisa berkata apa-apa lagi karena bibirku sudah terkunci dengan senyuman lebar menahan malu. Oh tidak!! Mungkin aku akan pingsan sebentar lagi karena bahagia.

Cerpen Karangan: Lucky Panji Tresna Putri
Facebook: Tresna Putri
penggemar segala jenis novel, hobby travelling, nonton film , makan dan dengerin musik,
bekerja di perusahaan swasta jakarta dan sedang gencar berdoa agar dapat merilis novel . aamiin 🙂

Cerpen Sketsa Cinta (Part 2) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Aku Pasti Bisa!

Oleh:
Di meja sebelah ranjang kamarnya. Yang menurut dika adalah meja belajar. Walaupun butut dan kaki kakinya sedikit keropos. Dika menulis. Menuangkan ide brillian. Yang ada di otak jeniusnya. Tangannya

Dandeloin

Oleh:
Kaila yang sedang bergegas menuju ke kelas bersama teman-temannya, sempat tercengang saat melihat seorang anak laki-laki di ruang perpustakaan. Ia lalu berhenti dan menatap ke arah anak laki-laki itu.

Pahitnya Pengkhianatan

Oleh:
Nama aku Felly, aku sekolah di salah satu SMA di Yogyakarta aku kelas XII ipa 1. Aku mempunyai seorang pacar yang bernama Angga dan seorang sahabat bernama Keshi, kami

Indahnya Mencintai Diam Diam

Oleh:
Senyumnya, tatapan mata teduhnya membuat jantung shila berdetak lebih kencang. Mengingat kejadian 2 hari 1 malamnya (persami) perkemahan sabtu-minggu. “hai shila” Sapa alice, membangunkan shila dari bayang-bayang wajah seorang

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

One response to “Sketsa Cinta (Part 2)”

  1. riska maulida says:

    cerpennya keren (y)

Leave a Reply to riska maulida Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *