Daun Gugur Dan Pohon Yang Tak Peduli
Cerpen Karangan: Muhammad Nur Hidayat AdiyyinKategori: Cerpen Sastra
Lolos moderasi pada: 20 March 2022
Apa yang terjadi jika tak ada kecemasan atas sebuah kepergian?
Jikapun saya adalah daun yang gugur memisahkan diri sedang kau sebuah pohon yang tak peduli, dan selalu percaya bahwa daun yang baru akan tumbuh lagi.
Daun yang gugur dan pohon yang tak peduli
Mereka adalah sepasang kesalahan.
Di januari tanah sedikit basah, sedang daun yang gugur terbaring murung di jalan jalan sunyi dan angin mencoba menerbangkan helainya kemudian membawanya tanpa bisa meminta arah. Daun terhenti di suatu tanah yang hendak mengajaknya menua bersama, tetapi sapuan sapuan kerikil hendak mematahkan tulangnya. Daun bisa saja lebih dulu untuk pergi ke tempat terakhirnya.
Sesaat daun gugur, pohon begitu angkuh dengan ketidak peduliannya, hingga daun mengecup tanah dan menua bersama. Dari bawah daun melihat ketika pohon hidup tanpa daun satu persatu persatu rantingnya patah dan menanti kapan ia jatuh ke tanah, sebab begitu mudah angin memukulnya ketika ranting tanpa daun, dan pohon lupa akan hal ini. Seiring berjalannya waktu ranting patah dan jatuh hingga tak tersisa tempat bagi daun baru untuk tumbuh.
Seperti buah jatuh yang jauh dari pohonnya ranting pun sama, angin tak bisa mebawanya pergi untuk melupa akan kesalahan. Sedang pohon semakin kering menanti disantap rayap sampai ke akar akarnya
Daun yang gugur dan pohon yang tak peduli mereka saling cinta tetapi dengan cara menyakitkan.
Cerpen Karangan: Muhammad Nur Hidayat Adiyyin
Blog: adyyn.blogspot.com
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 20 Maret 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com
Cerpen Daun Gugur Dan Pohon Yang Tak Peduli merupakan cerita pendek karangan Muhammad Nur Hidayat Adiyyin, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Kehilanganmu adalah Patah Hati Terdalam, Maa
Oleh: Nurul FatihaSeketika dia tergeletak tak berdaya. Seluruh badannya menjadi kaku. Suaranya pun sudah tak dapat lagi melantunkan namaku. Tak ada ekspresi sedikitpun. Hanya kedipan matanya saja yang menjadi harapan terbesarku.
Permata Kasandri
Oleh: Randi Anggara PutraTanpa melihat keluar jendela. Kasandra tahu bahwa suara merdu yang sedang melafalkan Ayat-ayat suci itu adalah Kasandri, sang suami. Penatnya rutinitas yang mesti dijalaninya sebagai mahasiswi di salah satu
Membunuh Rindu
Oleh: Alif FebriyantoroIa datang dari desa. Pergi dan berlayar menuju sebuah negeri yang disebut Selatan. Bibir yang dilumuri gincu hitam pekat dengan alis yang sedikit disulam, mengubahnya menjadi seorang pel*cur. Sesal?
Makhluk Tanah Merindukan Warna (Cerpen Kontemporer)
Oleh: Rafika ElviradaEntah mengapa tiba-tiba kaki ini mengajak ke suatu tempat dimana banyak tumbuh pohon-pohon yang menjulang tinggi. Tempat itu biasa aku sebut “bhak”. Ada sejarah untuk tempat itu. Sore itu,
Kepala Yang Melamunkan Matahari
Oleh: Ruhadyan A.W.Matahari. Ia tepat berada di atas dahiku. Menerangi setiap inci pori-pori tubuhku, memperlihatkan secara utuh keberadaanku kepada fana. Berdua aku duduk. Bersama tubuhku di samping, dan aku si kepala
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply